Part 26.1 - Something About Plan

Start from the beginning
                                    

"Itu hanya...sebenarnya Lisette masih belum siap untuk berkeluarga. Dan Lord Malton tidak masalah dengan itu semua. Ia bersedia menunggu Lissy," terang Kaytlin dengan malu padahal bukan ia yang berumah tangga.

Di luar dugaan, Lord Blackmere membersit geli. "Malton yang malang. Syukurlah kau sudah pergi dari sana dan tidak menganggunya."

"Raphael!" Dowager Marchioness menggerutu pelan padanya.

"Aku menyampaikan kejujuran padanya. Suatu saat Malton akan berterima kasih padaku."

"Maaf jika aku harus mendebat Anda, My Lord. Aku yakin Earl of Malton tidak seperti yang Anda pikirkan. Ia akan memegang ucapannya, tidak ada sangkut pautnya dengan kehadiranku ataupun tidak." Kaytlin mengucapkan dengan sopan dan memaksa wajahnya tetap ramah. Itu tidak mudah di saat seseorang baru saja membicarakannya seperti seekor lalat pengganggu dalam rumah tangga Lisette. Apakah Lord Blackmere tidak bisa menahan diri dan menunggu hari sedikit siang untuk membuat kesal seseorang?

Sepertinya tidak.

"Ah, aku lupa sudah mengatakan hal-hal buruk tentang Malton yang suci di depan kakak ipar tersayangnya," balas Lord Blackmere.

"Bukan hal, tetapi persepsi," ralat Kaytlin tak mau kalah.

"Mungkin saja Malton setuju dengan semua itu, tetapi apakah kalian tidak memikirkan bagaimana tanggapan masyarakat?" Pertanyaan Dowager Marchioness mengalihkan Kaytlin.

"Tanggapan masyarakat?"

"Aku harus jujur mengatakannya padamu, Kaytlin. Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah orang-orang akan menyangka mereka tidak bisa memiliki keturunan."

Kaytlin tidak memikirkan sejauh itu. Tapi ia melihat memang Anthony tidak mempermasalahkan karena ia sendiri akan sibuk dengan debut adiknya setahun ke depan. Anthony tipikal pria yang lebih suka menjalankan hal secara bertahap. "Kurasa Earl of Malton tidak akan menggubrisnya. Entah bagaimana dengan Lisette. Ia agak sedikit pemikir."

"Aku tidak akan mencampuri keputusannya itu tetapi ia harus tahu kemungkinan yang akan ia hadapi." Lalu Dowager Marchioness tersenyum tipis. "Untung saja ia hidup di Carlisle."

"Hanya karena mereka jauh dari London bukan berarti masyarakat tidak akan membicarakan." Lord Blackmere kembali membantah seakan tidak rela membiarkan Kaytlin hidup tenang.

Sedapat mungkin Kaytlin tidak ingin terprovokasi. Ia lanjut memotong makanannya di piring dengan masa bodoh. "Anda benar, My Lord. Kita tidak mungkin bisa menghentikan masyarakat berbicara apa pun. Tetapi ucapan tidak akan bisa melukai, sepanjang kita tidak mempedulikannya."

"Sungguh bijak," ledek Lord Blackmere. "Siapa yang mengatakannya?"

"Aku."

Sebenarnya Kaytlin bergurau, tetapi tanpa disangka jawaban itu seperti sihir. Ekspresi sinis Lord Blackmere menghilang dan ia mengangkat wajah menatap Kaytlin mencari sesuatu.

"Itu sebuah pemikiran yang sangat bagus," puji Dowager Marchioness. "Kurasa kau sudah siap untuk memulai debutan dan menghadiri pesta dansa."

Lord Blackmere menoleh pada Dowager Marchioness. "Aku tidak sependapat, My Lady."

"Kaytlin sudah siap, Raphael. Memangnya kau menyuruhnya menunggu berapa tahun lagi? Ia sudah banyak menerima pelajaran tata krama saat aku mengajari Lisette kemarin." Dowager Marchioness beralih pada Kaytlin seiring perubahan nada suaranya menjadi manis. "Dan kurasa kau juga menguasai bahasa Perancis dan Latin sama seperti Lisette, bukan?"

Kaytlin mengangguk. Sedari kecil, ayahnya yang memang orang Perancis sering berbicara padanya dengan bahasa itu lebih sering dibanding bahasa Inggris. Dan ibunya mengajarkan mereka bahasa Latin seperti yang biasa diajarkan kepada anak-anak bangsawan. Meski mereka bukan bangsawan lagi, Josephine de Vere mengatakan ilmu pengetahuan tak berbatas.

"Jadi aku hanya tinggal mengajarimu bagaimana menjadi nyonya rumah yang baik, yang mampu mengatur tempat duduk jamuan makan sesuai urutan gelar. Tapi itu bisa kita pelajari pelan-pelan."

"Apakah itu penting?" Lord Blackmere meletakkan gelas anggur setelah menghabiskan isinya.

"Tentu saja penting." Dowager Marchioness menekankan dengan dagu terangkat. "Itu adalah tugas dari seorang istri bangsawan terhormat."

"Jadi My Lady, kau yakin ia akan mendapatkan__"

"Ya!"

Suasana seketika hening. Lord Blackmere tertegun menatap Dowager Marchioness yang juga balas menatapnya dengan wajah mengeras. Kaytlin berhenti mengunyah mengamati mereka.

Lalu tanpa disangka, Lord Blackmere tertawa singkat. Tawa yang bernada mengejek tentu saja. Tapi ia baru saja tertawa, yang mana sangat jarang dilakukannya hingga Kaytlin hampir tak percaya.

"Apa yang kautertawakan?" tanya Dowager Marchioness dengan bibir membentuk garis lurus.

"Tidak ada," Lord Blackmere mengangkat bahu, lalu menaruh serbetnya, dan berdiri. "Selamat berjuang dengan keras, Nenek."

Pria itu tersenyum sekilas sebelum melangkah pergi diikuti kepala pelayan Winston. Tampaknya suasana hatinya sedang sangat baik hari ini.

"Ia meremehkanku..." Terdengar gumaman Dowager Marchioness setelah kepergian Lord Blackmere. Kini ganti suasana hati Dowager Marchioness yang sepertinya buruk. Wajah sang Dowager sangat suram seperti awan gelap yang menggantung.

"Dan meremehkanmu..."

"Maaf?"

"Cepat selesaikan sarapanmu, Kaytlin!" perintah Dowager Marchioness dengan tatapan membara. Spontan Kaytlin cepat-cepat menyuapkan makanan ke mulutnya. Ia sebenarnya kebingungan berada dalam situasi semacam ini tetapi ia memutuskan menurut saja.

"Karena aku harus mengajarimu bagaimana cara menjadi lady sejati untuk membungkam mulutnya!"

***

Bersambung 26.2 Keep vote dan komen dengan semangat seperti biasa ya.

Tenang, ini baru pemanasan. Double up 17/09/2021 sore. Maunya kujadikan 1 mepet banget waktunya, ada sedikit halangan tadi. Maaf ya dan makasi.

Balik ngetik dulu.

Something About YouWhere stories live. Discover now