"Nalla." Alan kaget, lalu segera mendekati Nalla dan duduk di sampingnya.

Nalla pun menatap Alan dan ikut menahan kaget karena melihat wajah suaminya.

Alan meraba-raba wajah Nalla dengan begitu cemas dan khawatir. "Apa yang terjadi!"

Dengan cepat, Nalla menyapu air matanya. Lalu menatap Alan lebih khawatir. "Aku ambilin kotak P3K dulu." baru saja Nalla berdiri, tangannya ditarik oleh Alan.

Kini mereka saling menatap.

"Jawab, aku. Siapa yang udah buat kamu kayak gini?" tanyanya lagi.

"Mas, luka kamu bahaya loh. Darahnya masih keluar____"

"Nalla, jawab...kamu kenapa?"

Nalla terdiam sesaat, lalu menunduk.

Perlahan, Alan mengangkat dagu perempuan itu dengan lembut, lalu ditatapnya kedua bola mata Nalla. "Kalo kamu gak akan jawab, aku juga gak akan obati luka aku."

Nalla tertegun saat menatap manik mata Alan. Mata laki-laki itu berkaca-kaca.

Alan benar-benar sangat khawatir.

Detik berikutnya Nalla memeluk tubuh Alan dengan tangisannya yang begitu tampak ketakutan. Alan kini menahan kaget.

"Sayang, kamu kenapa?" Alan kini memeluk Nalla lebih kuat lagi, berkali-kali ia mencium puncak kepala perempuan itu.

"Mas..." Nalla semakin tak ingin lepas dari pelukan Alan, "Aku hampir di lecehkan,"

Alan terdiam kaget.

"Kamu tau kan, Yoza klien aku kemarin? Di restoran tadi, gak tau kenapa sewaktu aku lagi ditoilet, ada dia. Terus..." Nalla menangis kembali, tak bisa menyelesaikan ucapannya.

"Tenang, Sayang. Ada aku. Ayo, lanjut." ujar Alan yang tampak sudah mengeraskan rahangnya dan mengepalkan kedua tangan.

"D-dia mengatakan hal yang gak penting, terus waktu aku mau pergi, dia narik pinggang aku, dan ingin mencium aku."

Alan melonggarkan pelukannya. Menatap Nalla, menahan kaget dengan apa yang baru saja di sebutkan oleh Istrinya.

"A-apa?"

Nalla masih terisak dalam tangisannya. Ia kini membuka high heels nya dan melemparkannya ke sembarang arah. Lalu kedua kakinya ia naikan ke atas ranjang dan kembali memeluk sang suami sambil kembali menangis.

Alan menatap kosong ke depan. Tangannya terkepal kuat, bisa-bisanya Pria itu melakukan hal kurang ajar dan berani menyentuh Istrinya.

"Aku gak akan biarin orang itu selamat." ujar Alan.

Nalla berhenti menangis, lalu ia mendongak ke atas, menatap Alan khawatir. "Mas, tolong jangan. Luka kamu masih___"

"Gak Nal, aku gak peduli sama luka aku. Kamu Istri aku. Aku gak akan biarin siapapun yang berani nyentuh kamu!"

Nalla kembali memeluk suaminya. Namun, ia tak menangis kali ini. Ia berdoa dalam hati, agar suaminya baik-baik saja di mana pun nanti.

Alan kini merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan segera menelpon Vian.

"Iya, Tuan muda?"

"Besok batalkan semua pertemuan dengan para pembisnis. Ada hal yang lebih penting yang harus saya urus." ujarnya pada Vian.

Mendengar itu, Nalla mendongak kembali, menatap suaminya.

"Baik, Tuan muda."

Alan langsung mematikan ponselnya, lalu melempar asal ke atas ranjang.

NALLAN 2 Where stories live. Discover now