Chapter 1 : Hari Yang Sama Seperti Biasa

5 0 0
                                    


Chapter 1

Lagi dan lagi, seberapapun kita menolaknya hari esok pasti akan selalu tiba juga tanpa mau berkompromi untuk menundanya barang sedetikpun. Dan pagi ini pun masih sama seperti pagi2 lainya tidak ada yang istimewa sama sekali. Aktifitas yang selalu sama sudah menungguku, bangun pagi berangkat sekolah, pulang dan bertemu dengan malam hari lagi untuk mengulangi lagi semuanya dari pagi lagi esoknya. Begitupun seterusnya minggu ini, miggu depan dan minggu yang lainnya benar-benar hidup yang terlalu normal bagiku.

Pagi ini aku berangkat ke sekolah sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Sebenarnya aku juga tidak terlalu antusias untuk berangkat sekolah. Aku hanya melakukan apa yang anak-anak lain seumuran denganku lakukan yaitu sekolah. Aku juga tahu kalau diluar sana juga banyak yang sependapat denganku, mereka ke sekolah hanya karena mengikuti arus kehidupan sepertiku. Tetapi tidak sedikit juga diantara mereka yang benar-benar bersemangat untuk ke sekolah setiap harinya. Seperti mereka yang sungguh punya cita-cita yang tinggi untuk kehidupan yg lebih baik dimasa depan. Dan tidak sedikit juga siswa yang pergi ke sekolah hanya berniat untuk bertemu teman-temannya di sekolah atau mungkin hanya untuk pacaran saja. Bener-benar alasan yang bisa membuat mereka senang atau setidaknya semangat untuk berangkat ke sekolah. Tidak sepertiku yang hanya pergi ke sekolah tanpa alasan tapi ada sedikit hal yang membuatku senang ketika berada disekolah, yaitu "bel pulang sekolah". Ketika mendengar bel pulang sekolah entah kenapa perasaanku sangat gembira, seolah aku mendengar adzan Magrib ketika bulan ramadhan.

Jam menunjukan pukul 07.00 wib, aku sudah tepat berada di depan gerbang sekolah. Ya meskipun aku malas tapi aku bukanlah tipe siswa yang suka melanggar peraturan. Aku hanya tidak ingin terlibat urusan-urusan yang tidak penting seperti dihukum karena terlambat.

Aku : Selamat pagi pak !

Sambil tersenyum malas aku menyapa guru piket yang berjaga di depan gerbang sekolah untuk sekedar mengawasi siswa-siswa yang berpakaian tidak rapi.

"brugg" suaraku yang baru saja mendudukan tubuh ku diatas kursiku didalam ruang kelas.

"Huffttt...."

Aku pun duduk dikursiku yang terletak hampir paling belakang di barisan pojok kelas. Sambil menunggu guru mapel masuk aku memainkan hp yang baru saja aku keluarkan dari sakuku. Ada beberapa pesan masuk dari beberapa perempuan yang saat ini sedang dekat denganku. Baru saja aku mau membaca pesan-pesan tersebut, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkanku dari belakang.

"Woy Leive lo dah ngerjain pr mtk yang kemarin hal 21?" seru Anton dengan suara yg mengagetkanku.

Owh shitt, aku bener2 lupa ada PR mtk hari itu dan sialnya jam pertama adalah pelajaran mtk tersebut. Ditambah lagi guru mapel tersebut adlah salah satu guru yang patut "diwaspadai" di sekolah ini. Aku hanya terdiam pasrah sambil membayangkan hukuman apa yang akan gw terima hari yh?

"Blom ton, gw lupa banget sumpah" jawabku sambil mengaruk kepala yg sebenarnya tidak gatal.

"bagus dah gw jadi ada tmenya." Anto tersenyum senang.

Aku : -_-'.

Tepat setelah jam 07.10 wib sang "algojo" pun masuk kelas dengan membawa setumpuk buku beserta penggaris kayu yg besar. Itu memang Cuma penggaris kayu biasa, tetapi dimata kami itu adalah sebuah pedang Katana Panjang dan Tajam made in Japan yang siap memenggal kepala kami kapan saja.

Dan tepat seperti dugaan kami sang "Algojo" pun langsung menayakan prihal PR minggu kemarin. Mungkin suatu keajaiban bagi kami jika sang algojo lupa menayakan pr yang telah diberikan kepada kami tapi sayangya keajaiban itu tidak pernah terjadi bahkan sampe aku lulus dari sekolah ini. Singkat cerita 9 dari 30 anak dikelas kami harus maju ke depan kelas karena tidak mengerjakan tugas yg diberikan. Kebetulan kelas kami terdiri dari 30 siswa dan kesemuanya adalah laki2 tanpa ada wanita barang secuilpun.

Reine and Leive StoryWhere stories live. Discover now