𝑴𝒚 𝑽𝒂𝒏𝒊𝒍𝒍𝒂

485 47 94
                                    

Seokjin menjadi semakin frustrasi karena dia sama sekali tak mengetahui tempat tinggal Byulyi.

"Apa- aku harus membawanya ke tempat tinggalku?"

...

Karena tak punya pilihan, Seokjin akhirnya menggendong Byulyi sampai ke unit apartemennya, lalu meletakkan wanita itu disofa ruang tamu.

"Augh pinggangku" Keluh Seokjin sambil memegangi pinggangnya.

Pria itu masuk kedalam kamarnya lalu membersihkan diri dengan mandi dibawah guyuran air hangat. Setelahnya dia keluar untuk sekedar memeriksa keadaan Byulyi.

"Dia belum sadar" Batin Seokjin cemas. "Apa aku harus membawanya kerumah sakit?"

Seokjin mendadak panik karena Byulyi tak kunjung sadarkan diri. Bahkan posisi tubuhnya nya sama sekali tidak berubah.

Dia kembali mendekatkan telinganya ke hidung Byulyi dan merasakan napas wanita itu lebih lemah dari yang sebelumnya.

Dengan rasa panik yang begitu luar biasa, Seokjin membetulkan posisi Byulyi lalu membuka heels yang masih membalut kaki jenjangnya. Pria itu berusaha untuk menjernihkan pikiran dan berpikir untuk melakukan sesuatu, tapi dia tidak bisa karena sudah terlanjur panik.

"Moon Byulyi-ssi" Panggil Seokjin sambil menggerakkan lengan wanita itu.

"Moon Byulyi-ssi, sadarlah" Panggilnya sekali lagi, kali ini dengan menepuk pelan kedua pipi Byulyi.

Masih tidak ada jawaban. Tetapi Seokjin mendengar samar suara sesak yang berhembus dari indra penciuman wanita itu.

Karena tak punya pilihan lain, Seokjin membuka dua kancing teratas kemeja milik Byulyi dengan harapan wanita itu bisa bernafas dengan normal. Seokjin terus memanggil nama Byulyi tapi dia tak juga kunjung sadar.

Karena sudah sangat cemas, pria itu menggendong Byulyi di punggungnya dan hendak membawanya ke rumah sakit dengan terburu-buru.

Tepat sebelum dia membuka pintu apartemennya, Byulyi melingkarkan tangannya dengan erat memeluk leher Seokjin dan meletakkan kepalanya dibahu pria itu.

"Nyaman sekali" Racaunya.

Seokjin kehabisan kata-kata.

Ingin sekali rasanya melepaskan wanita itu dari gendongannya dan membiarkan dia terjatuh dilantai. Tapi pria itu mengurungkan niatnya.

"Ya, dimana rumahmu?" Tanya Seokjin.

Byulyi tak menjawab.

"Moon Byulyi-ssi, dimana rumahmu?" Tanyanya sekali lagi.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Seokjin kembali meletakkan Byulyi dengan jengkel di sofa lalu masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat.

~***~

"Aku dimana?" Tanya Byulyi panik sesaat setelah dia bangun.

Wanita itu menilik setiap sudut ruangan tetapi dia tidak mengenal tempat ini. Sama sekali.

"Dirumahku" Jawab Seokjin yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Ige mwoya?" Byulyi semakin panik setelah mendapati dirinya berada di apartemen milik bosnya itu.

"Lain kali kalau mau pingsan, jangan didepanku" Sindir Seokjin.

"Ne? Ya, aku tak menyuruhmu membawaku kesini. Tinggalkan saja aku disana, gampang kan?" Balas Byulyi kesal.

"Aku hanya tak mau menjadi seorang pembunuh. Jadi jangan salah sangka. Sebaiknya kau pergi dari sini dan segera kembali ke kantor. Aku memberimu dispensasi keterlambatan sampai pukul sembilan. Lewat dari itu aku akan memberimu surat peringatan" Ucap Seokjin panjang lebar.

Jin x Moonbyul OneshotWhere stories live. Discover now