Bagian 3

182 21 5
                                    

CHAPTER   3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


CHAPTER   3

Partner yang tak sesuai

.

.

.

Sam terdiam sesaat sambil memegang gelas anggur yang berada sejajar dengan dagunya.

"Toko kuemu? Kamu sungguh akan memberikannya begitu saja?" tanya Sam.

"Tentu saja tidak! Aku tak memberikan toko kueku semudah itu. Itulah kenapa kamu harus memberikan toko kuemu saat aku menang nanti." balas Rienno.

Sam menggelengkan kepalanya dan sedikit tertawa.

"Sebegitu percaya dirinya kamu? Dan kamu bilang kalau akulah yang angkuh." tutur Sam.

"Keangkuhan dan kepercayaan diri itu hal yang berbeda." balasku.

"Bagaimana soal kamu yang lelah akan permainan dan taruhan kecilku?" tanya Sam.

"Ini bukan taruhan yang dibuat olehmu. Ini taruhanku! Ideku." jawabku.

Sam menyesap anggurnya perlahan sambil berpikir.

"Benar, hal semacam ini bukanlah sesuatu yang akan muncul begitu saja dari dalam pikiranku. Saat kamu menawarkan untuk bertaruh, ada hal lain yang aku pikirkan." tuturnya.

"Benarkah? Apa?" tanyaku.

Matanya mengarah padaku seakan menyala; menunjukkan sosok mesum.

"Kamu tak bisa menebaknya? Kamu sungguh tak tahu apa yang aku inginkan darimu?" ujarnya penasaran.

"Resepku?" jawabku menerka. Dia malah langsung tertawa saat mendengar hal itu.

"Aku tak menginginkan resepmu, ewww.. Kamu bisa menyimpan kembali cupcake sari gulamu itu." balasnya mengejek.

"Apa kamu baru saja menyebut cupcake yang aku buat dengan eww?" tanyaku tak terima.

"Jangan dianggap serius. Aku memang cenderung tak menyukai cupcake apapun. Dan mencuri resep bukanlah gayaku." balasnya.

"Itu tidak akan dianggap mencuri kalau kamu memenangkannya secara adil dan jujur."

"Kenapa kamu mencoba untuk memberikan resepmu kepadaku?"

"Mana ada!" balasku tak mau kalah.

'Aku hanya begitu lelah untuk bicara sama orang seperti ini. Setiap perkataanku selalu saja dipelintir lagi olehnya hingga menjadi simpul yang rumit.

"Baiklah. Apa taruhan yang ingin kamu usulkan?" tanyaku.

"Itu tak penting sekarang. Lagian, idemu terasa lebih masuk akal." balas Sam.

Dia lalu menaruh gelas anggurnya di atas meja, kemudian dia menyodorkan tangannya yang kosong kepadaku.

"Haruskah kita berjabat tangan untuk hal ini?" ucapnya.

The Sweetest Thing [Boys Love]Where stories live. Discover now