Bagian 2

231 29 8
                                    

Chapter 2

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 2

Semangat Kompetitif

.

.

.

Sam dan aku sama-sama terkejut. Dalam situasi ini, dia bahkan tak bisa bertindak dan aku yang berinisiatif untuk mendorongnya; tapi dia tak bergeser sama sekali. Wanita yang melihat kami berdua juga tampak membeku dalam posisinya. Yang dapat ia lakukan adalah menggerakkan bola matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Aku berusaha menguatkan diriku. Dalam beberapa detik aku langsung fokus melihat apakah dia akan mengambil kamera, dan mengarahkan pada kami berdua. Tapi, saat aku melihat lebih jeli padanya, dia tampak sama sekali tak membawa kamera. Wanita itu pun berdehem, berusaha membersihkan tenggorokannya.

"Maaf karena telah menerobos tanpa permisi seperti ini. Salah satu karyawanmu bilang kalau aku bisa menemuimu langsung di ruang kerjamu, tapi aku harusnya mengetuk dulu. Aku akan kembali lagi nanti."

Ucapan itu seakan langsung menyadarkan Sam. Dia pun bergerak mundur dari hadapanku, menyisakan rasa hangat dari terpaan napasnya.

"Tak perlu. Kamu sama sekali tak mengganggu sesuatu yang penting." ujar Sam.

Aku berjalan menjauhi dinding tadi dan perlahan merapikan kembali pakaianku yang kusut.

"Bukankah itu benar, Rienno?" tanya Sam sambil melihat kearahku.

'Aku harus membantunya untuk menjelaskan situasi canggung ini. Bagaimanapun juga, harga diriku telah dipertaruhkan juga disini!'

"Benar! Tak ada sesuatu yang benar-benar penting tadi!" jawabku lantang.

"Kami hanya.... umm.. uhh,..." aku terbata bingung harus memberikan alasan logis apa.

"Kami berdua hanya mengatur sebuah taruhan kecil." sambung Sam menutupi kegagapanku.

"Tepat! Yang kamu lihat hanyalah tindakan Sam yang kesal karena dia kalah, itu saja." kataku lagi. Ucapanku langsung membuat Sam melotot tak suka padaku, jelas sekali dia tidak terima dengan hal itu. Tapi dia tetap tidak menyangkal itu. Tentu saja itu benar, aku telah membuktikan bakatku kepadanya dan dia memanglah terlihat kesal karena aku unggul akan suatu hal darinya. Wanita itu kemudian tersenyum hangat, dia tentu saja percaya akan perkataan kami.

"Kalian berdua pasti sangat dekat kan? Aku dengar kalau Sam Rivera tidak begitu mudah menunjukkan emosinya pada siapapun."

Aku membuka mulutku untuk menjawab perkataan wanita itu, tapi Sam sudah duluan bicara.

"Itu benar. Rienno memang sahabat baikku, dia selalu punya cara untuk membuatku kesal."

'Bohong banget. Dia berusaha keras membuat seakan kami berdua terlihat seperti saingan yang saling mendukung satu sama lain. Tentu saja! ini perang! Meskipun aku bisa melihat kenapa wanita ini akan berasumsi seperti itu tentang kami. Rivera memang punya reputasi yang terkenal dingin dan acuh, yang tak akan mungkin mendorong seorang pria ke dinding dan berdiri dengan jarak sangat dekat.'

The Sweetest Thing [Boys Love]Where stories live. Discover now