44 - batu es curhat

Mulai dari awal
                                    

"Tolong, sekali saja.. dengarkan aku dulu" ucapnya.

"Aku tahu aku tak pantas untuk dimaafkan tapi dengar-"

Lagi-lagi, lagi-lagi ada yang mengehntikan ucapannya.

Menghentikannya dengan dingin,

Apakah itu Blaze? Halilintar?

Ah, tidak. Saat itu..

Ice yang menghentikannya.

"Cukup Taufan, bisakah kau berhenti?"

Apakah kata-kata itu benar ia ucapkan?

Tapi mengingat tatapan pasrah dari sang kakak pengguna kuasa angin itu, sepertinya betul, ia berkata begitu padanya.

Alasannya? Bisa dibilang karena mendengar suaranya saja sudah membuatnya naik pitam, namun baru ia sadari, alasan sebenarnya adalah karena ia takut.

Ia takut untuk mengetahui kebenarannya, ia takut untuk mendengar apa yang sebenarnya terjadi, ia takut akan rasa bersalah, bagaimana jika setelah mendengarkan penjelasan Taufan ia malah akan merasa bersalah? Bagaimana jika setelah Taufan menjelaskan, ia akan kehilangan orang yang dapat ia benci dan ia salahkan? Bagaimana jika-

Bagaimana jika setelah Taufan menjelaskan, ia akan pergi, meninggalkan mereka karena merasa tugasnya sudah selesai?

Ah, setidaknya, jika ia tidak membiarkan Taufan menjelaskan, Taufan tidak akan kemana-mana bukan? Namun ternyata ia salah, setelah satu bulan usaha Taufan untuk menjelaskan gagal total, ia melangkah pergi dari kehidupan mereka.

Ice kira dirinya akan lega. Ia kira ia akan merasa lega karena atmosfir di kehidupannya akan berubah seperti semula. Ceria, seperti biasanya.

Hanya saja, berkurang dua orang.

Ah tidak, ia kira ia dapat merasa lega. Ia kira dengan perginya Taufan dari hadapannya untuk sementara, ia dapat membetulkan segala isi kepalanya yang acak-acakan. Ia dapat berdamai dengan emosinya dan mungkin, bila ia sudah siap.. mungkin bila mereka semua sudah siap, mereka akan dapat menyambut Taufan kembali.

Namun kenapa? Saat ia bertemu dengan Taufan, kenapa selalu terasa jarak yang melebar diantara mereka. Tatapan dari manik safir yang teduh itu kini tak pernah memancarkan kehangatan, hanya terlihat kehampaan, seakan ada jurang yang memisahkan mereka. Bahkan manik safir itu tak pernah mau menemui tatapan Ice secara langsung.

Kenapa? Aku kira jika kita berpisah sementara mungkin hal ini akan berubah menjadi lebih baik?

Lalu kenapa? Kenapa kau memperlakukanku seakan kita hanyalah orang yang bekerja di agensi yang sama?

Dimana kehangatanmu? Dimana senyumanmu dan afeksimu yang selalu kau berikan padaku?

Saat Ice tersadar, adeksi dari sang pemilik manik safir bukan lagi diperuntukkan bagi dirinya. Bukan lagi diperuntukkan untuk orang-orang yang pernah hidup bersamanya.

Afeksi nya itu kini dicurahkan sepenuh hati untuk seseorang yang bahkan lebih bermulut tajam darinya, kenapa?

Mengapa mudah sekali bagimu untuk kembali bahagia padahal aku-

Ah tidak,

Apa yang telah ia lakukan? Apa karena ia membuang Taufan dari hidupnya, kini Taufan tak akan mau kembali padanya?

Sulit baginya untuk melalui hari-hari itu, ia kira ia sudah berdamai dengan situasi, namun nampaknya, selalu ada rasa tidak senang saat ia harus melihat bahwa afeksi yang dahulunya secara alami menjadi miliknya, kini betapa ia merindukannya pun ia tak dapat mendapatkannya kembali.

Ada rasa..iri. ada rasa kesal.

Dan lagi-lagi, walau ia tahu ia salah namun, satu sisi darinya menyalahkan Taufan. Untuk dapat berdamai dengan diri sendiri dengan semudah itu.

Ia kesal, ia tahu itu. Ia cukup senang saat Solar menjadi agen S, karena bukan hanya anggota keluarga nya lagi-lagi berhasil menjadi salah satu agen terbaik, namun juga dengan begitu, mungkin...

Mungkin sang kakak bermanik safir itu tak akan lagi dapat memberikan afeksinya pada sang bungsu.

Tapi sekali lagi, prediksi nya salah besar.

Sekali lagi, yang ia kira adalah awal dari rasa senang malah menjadi rasa gusar.

Melihat bagaimana sorot mata sang bungsu itu memantulkan segala rasa takutnya,

Ia tahu ada yang tidak beres.

Apa?

Taufan kenapa?

Apa dia baik-baik saja?



Apa benar ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri?

Apakah sebenarnya ada hal besar yang tidak mereka ketahui?

Aah, ia benar-benar merindukan hari dimana ia dapat dengan mudah membicarakan keluhan satu sama lain dan mengetahui tentang kehidupan satu sama lain dengan mudah bersama Taufan.

//Author's note//

Jadi gini guys.. aku gatau ini bisa dimengerti atau ngga but manusia itu makhluk yg kompleks so aku pengen aja gitu bikin sedikit pov nya Ice dan segala kelabilan nya ehe.

Menurut kalian.. Taufan kapan bakal kasi tau mereka?

Anyway maap ya apdet tengah malem, maap juga belom balesin kalian, maap klo maksud. Aku nulis beginian hampir jam 2 pagi wkwkwkwk half asleep

Semoga suka mohon komen ya






BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang