Him and The Truth

Start from the beginning
                                    

"Gue beneran gak tau, Bang apa yang lo omongin. Dan gue gak pernah punya dendam apapun ke elo apalagi ke Kak Yeonji."

Beomgyu memiringkan kepalanya, mengerjap bingung sebelum menoleh ke arah pemuda di sampingnya.

"Ada apa? Bang Jun ama Kai kenapa?" tanyanya, namun, tak mendapat balasan sama sekali.

Yang di tanya malah sibuk menatap perdebatan antara si tertua dan si termuda. Sebelum akhirnya beralih memandang Beomgyu dari atas hingga bawah, menatap dengan tatapan yang menurut Beomgyu sendiri seperti tatapan ketidak sukaan. Lalu pemuda itu kembali mengalihkan pandangannya, mengabaikan keberadaan Beomgyu di situ.

"Tae, lo kenapa, sih?" sewot pemuda beruang itu. Namun, kembali di abaikan.

"Gue nanya ini, anj—"

Bruk

Beomgyu lantas menghentikan ucapannya. Dia menatap ke depan, dan mendapati Hueningkai terduduk di lantai dengan wajah dan rahang penuh lebam.

Hueningkai menghembuskan napasnya kasar, dia menyeringai, mengusap darah di sudut bibirnya. "Terus, kalau gue bilang Beomgyu, lo bakal percaya?!"

"Lo gak ngerasa tingkahnya aneh sejak kejadian itu?!"

Yeonjun diam, sebelum akhirnya bersuara, "Dari mana lo tau? Sedangkan yang lain gak ada yang ngerasa?!"

Pertanyaan itu terlontar, membuat yang di tanya begitu tersenyum miring.

Pemuda itu menolehkan pandangan kepada pemuda beruang di belakang Yeonjun. "Gue sepupuan sama Beomgyu, Puas?"

"Dan otomatis, gue tau persis dia dan seluk beluk keluarganya."

+×+


Soobin mengecek kembali ponselnya, menatap pesan yang di kirimnya kemarin malam yang tak kunjung di balas oleh si penerima. Bagaimana mau di balas, di baca saja tidak.

Dia menghela napas.

"Kenapa lo, Bin? Gue liatin lemes bener."

Yang di tanya melirik ke arah sumber suara, dia menaruh kembali benda pipih itu pada saku celana, lalu menggeleng pelan. "Gue gak apa, Bang," jawabnya, mengulas senyum setelahnya.

"Bener?"

Soobin mengangguk.

"Ya udah. Tapi, kalau ada masalah atau sesuatu yang ganggu lo, cerita aja. Jangan di pendem sendiri. Apa lagi kalau itu tentang netijen, kita julidin bareng-bareng," tandasnya.

Yang lebih muda terlekeh, kembali mengangguk sebagai jawaban.

Soobin mengais tas miliknya lalu menyampirkan pada pundak.

"Gue duluan, ya, Bang!"

"Yoi!"

Pemuda itu melangkah keluar dari Cafe tempatnya bekerja. Siang ini, sepulang kerja Soobin berniat untuk menemui Yeonjun, memberitahu fakta yang dia baru ketahui semalam. Mencoba berunding dan meyakinkan yang lebih tua.

Entahlah, Soobin tidak yakin jika Yeonjun akan mempercayai perkataannya atau tidak. Setidaknya, dia sudah berusaha, bukan?

Setelah sekian lama pula dia mendapat keberanian untuk menemui Yeonjun. Pemuda itu terlalu pengecut hingga terus bersembunyi, dan tidak menangani masalah ini hingga selesai. Dirinya memang sepengecut itu.

Pemuda itu menatap pagar di depannya, ragu untuk menekan bel yang tersedia.

Menimang sebentar, sebelum memberanikan diri menekan bel itu.

Tidak ada jawaban, itulah yang di dapatkannya.

Soobin berpikir, apakah Yeonjun belum pulang dari sekolah? Atau pemuda itu tengah pergi?

Pemuda itu kembali menekan bel. Kembali tidak ada jawaban, sebelum sebuah suara dari arah belakang menginterupsinya.

"Ngapain, lo di sini?!"

+×+


Yoongi menggertakkan giginya kuat. Dia marah sekaligus khawatir dengan Soobin yang tidak kunjung pulang.

Seharusnya sejak satu jam lalu pemuda itu selesai dari part time-nya. Tapi, sampai sekarang dia belum juga menampakkan batang hidungnya.

Pria paruhbaya itu mengambil jaket miliknya, memakainya lalu melangkah keluar dari rumah. Mencari keberadaan Soobin.

Tapi, sepertinya nasib sial kini menimpanya. Di depan sana terlihat seorang wanita paruhbaya, yang sejak beberapa hari lalu menghantui pikirannya.

Hendak berbalik arah, lengannya malah di cengkram dari arah belakang. Dan si pelaku adalah orang yang sama, orang yang sangat dia hindari.

"Di mana anakku, hah?!" tanya wanita paruhbaya itu langsung.

"Gue udah bilang, anak lo dah mati!"

Yoongi terus menepis tangan itu dari lengannya, namun cengkraman itu malah semakin kuat.

"Jangan bercanda dan jawab yang benar!" tegas wanita paruhbaya itu.

Moonbyul, nama wanita itu.

"Jawab pertanyaanku! Sudah belasan tahun lamanya kau menculik anakku dariku!" ulangnya.

Yoongi terkekeh pelan, menatap netra itu dingin. "Kalau gue bilang dia belum mati. Terus, lo mau ngambil dia? Lo gak inget perjanjian kita dulu?"


To Be Continued …

[√] Can't You See Me? [END]Where stories live. Discover now