8

983 232 18
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.
.
.

Keesokan harinya

Jisoo tidak mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Jennie, dia berada di kamarnya ketika keluarganya sudah pergi. Dia tidak tahu bagaimana harus berbicara atau menyapa Jennie setelah apa yang hampir terjadi pada mereka  semalam. 

Dia berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit. Dia tidak tahu apa yang dia pikirkan semalam, kenapa dia hampir mencium Jennie. 

Tiba-tiba sebuah ketukan di pintu mengejutkannya, Lisa berjalan masuk dengan es krim di tangannya. 

"Hari bermain!" Lisa berteriak membuat Jisoo duduk dan tersenyum, keduanya akan selalu bermain setiap seminggu sekali. Ini adalah waktu ikatan kecil mereka. 

Keduanya mulai bermain sambil berbicara, Jisoo memberi tahu Lisa bahwa Rosé adalah bi dan dia memiliki kesempatan untuk membuat gadis yang lebih muda begitu bahagia. 

Melihat Lisa yang bahagia membuat Jisoo bertanya-tanya kapan dia akan merasakan itu, dan kemudian tiba-tiba dia kembali ke pikirannya lagi.  Dia mulai mengingat Jennie dan ciuman yang hampir terjadi semalam. 

Lisa mulai khawatir saat dia melihat sahabatnya, dia tahu ada sesuatu yang mengganggu gadis itu. 

"Jisoo-yah, kau baik-baik saja?" Kata Lisa sambil melihat ke arah temannya, dia mengpause gamenya sebentar. 

Jisoo balas menatapnya sambil mengangguk dan tersenyum lemah.

"Bohong" Kata Lisa, dia sangat mengenal Jisoo. Jisoo menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di sandaran kepala ranjang. 

"Aku pikir aku melakukan sesuatu hal yang bodoh" Kata Jisoo sambil menatap Lisa.

"Apa yang kamu lakukan?" Yang lebih muda berkata, Jisoo hanya menatapnya sebentar dan mulai berpikir apakah dia harus memberi tahunya. 

"Aku belum mau menceritakannya" Kata Jisoo, Lisa menatapnya dan tersenyum. Dia tidak ingin memaksa Jisoo untuk menceritakan sesuatu, karena dia tahu saat gadis itu siap atau cukup nyaman untuk menceritakannya, Jisoo pasti akan menceritakannya padanya. 

"Aku mengerti" Kata Lisa, melihat kembali ke game. Kemudian dia memikirkan sesuatu yang membuatnya kembali menatap Jisoo. 

"Kamu tidak menggunakan narkoba, kan?" Kata Lisa membuat Jisoo terkejut. 

"Apa?- apa?" Kata Jisoo sambil menatap sahabatnya dengan bingung. Kenapa Lisa bisa berpikir begitu. 

"Oke, kamu tidak" Kata Lisa, menertawakan kekonyolannya sendiri. 

"Percayalah, aku tidak" Kata Jisoo sambil tertawa bersama Lisa. Gadis itu mengangguk dan mereka melanjutkan game mereka. 

Setelah ronde pertama, Lisa bangkit dari tempat tidur dan mengambil es krim yang dibawanya tadi. 

"Ini, makanlah sebelum mulai mencair" Kata Lisa sambil memberikan Jisoo es krim dengan sendok. Gadis itu dengan senang hati menerimanya dan mereka mulai makan. 

"Hal bodoh yang kau bicarakan tadi" Kata Lisa, membuat Jisoo menatapnya dan dia tersedak es krim. Lisa menertawakannya sebentar sebelum berbicara lagi. 

"Aku hanya ingin memberitahumu, itu tidak bodoh jika itu membuatmu bahagia." 

--

Beberapa Jam kemudian

Jisoo harus pergi ke perusahaan mereka, Ayahnya membutuhkan bantuannya untuk memutuskan keputusan lagi. Lisa memahaminya dan mengantarnya ke sana. 

Gadis itu memutuskan untuk mengunjungi Chaeyoung, Jisoo sangat senang melihat Lisa seperti itu. Dia tahu sahabatnya akan menjaga Rosé dengan baik. 

"Jisoo, bagaimana menurutmu?" Kata Ayahnya membuat dia menatapnya. 

Jisoo tidak tahu harus memutuskan apa, pikirannya dipenuhi dengan masalah tentang Jennie dan mereka yang hampir berciuman. Yang bisa dia pikirkan hanyalah Jennie, dan Jennie satu-satunya. 

"Jisoo" Ayahnya sekali lagi berkata, dia hanya melihat ke tanah dan menggelengkan kepalanya dengan ringan. Ia memejamkan matanya sambil menarik napas dalam-dalam. 

Untung Ibunya tidak ada di sana, karena jika dia ada Jisoo yakin dia akan membandingkannya dengan Jin lagi. 

"Ayah, Ak-" Ucapan Jisoo terputus ketika dia mendengar seseorang memasuki kantor.

"Maaf kami terlambat" Kata Seok-jin, membuat Jisoo melihat ke arah pintu untuk melihat dengan siapa dia datang.

Itu adalah gadis yang dia hindari, gadis yang hampir berciuman dengannya semalam, gadis yang membuat jantungnya berdegup kencang. Begitu mata Jennie bertemu dengan matanya, Jisoo merasa dunianya berhenti sesaat, ketika Jennie tersenyum padanya semua pikirannya hilang. Seperti benar-benar kosong.

"Jadi, haruskah kita mempercayai mereka?" Jin bertanya membuat Jisoo menatapnya dan ayahnya, dia mendengar Ayahnya menghela nafas.

"Aku pikir kita harus melakukan penelitian lebih lanjut tentang mereka, dan juga perusahaan yang mempercayai mereka" Tiba-tiba jisoo berkata, membuat ayahnya melihat ke arahnya.

Semenit yang lalu Jisoo tidak bisa menjawab atau memikirkan keputusan tapi sekarang tiba-tiba dia bisa menjawab. 

"Kita juga perlu melihat apakah perusahaan lain yang mempercayai mereka berakhir dengan baik, kita harus yakin" Tambah Jisoo, membuat ayahnya tersenyum bangga padanya. 

Jennie tersenyum lebar pada jisoo, dia senang melihat sisi kerja Jisoo.  Setelah beberapa pembicaraan kecil lagi, mereka selesai memutuskan. 

Jin menawarkan untuk makan di luar dan ayahnya dengan senang hati setuju, Jin dan Seung-hyun adalah yang pertama meninggalkan kantor. 

Jennie sekali lagi menatap Jisoo, keduanya saling memandang dan tersenyum sebentar sebelum mengikuti mereka. 

Dengan Jennie berada di sana beberapa waktu lalu adalah alasan mengapa Jisoo tiba-tiba mempunyai ide, setiap kali Jisoo bersama Jennie dia merasa bisa melakukan apa saja.

--

Follow dan comment setelah membaca

An act of Love (Jensoo)Where stories live. Discover now