11 || A Slap

326 82 6
                                    

"Kau mau ke mana?"

Jaehee menoleh, kembali mendapati Jungwon yang lebih tinggi itu sudah berdiri di sampingnya lagi.

"Ke Rumah Sakit."

Dahi Jungwon mengernyit bingung, maniknya menatap dan menelisik tubuh Jaehee dari atas sampai bawah.

"Kau baik-baik saja 'kan.. kau sakit?"

Kekehan kecil keluar dari belah bibir Jaehee, "Memangnya aku harus sakit dulu, baru boleh datang ke Rumah Sakit?" tukasnya.

Sedangkan Jungwon hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh.

Helaan nafas sejenak terdengar samar dari Jaehee, gadis itu membenarkan kemeja berwarna cream yang ia pakai.

"Aku mau menjenguk Jira."

Perkataan Jaehee barusan benar-benar membuat Jungwon terkejut. Jira di Rumah Sakit? Kenapa?

"Jira.. kau bilang mau menjenguk Jira?" Jaehee mengangguk sebagai jawaban.

"Jira sakit?" untuk pertanyaan yang ini, Jaehee hanya bisa menunduk.

Dirinya tak kuat dan tak bisa jikalau harus mengulang penjelasan Jake di telepon tadi untuk Jungwon.

"Kau mau menemaniku..?"

Jungwon terdiam. Melihat perubahan raut wajah dan nada bicara Jaehee, sepertinya ini serius.

"Baiklah, aku akan menemanimu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




PLAKK


Satu tamparan keras di berikan oleh wanita paruh baya cantik yang berstatus sebagai Istrinya.

Nafasnya memburu, masih tak habis pikir akan perkataan sang Suami beberapa saat lalu.

"Kau menyuruhku untuk melupakannya begitu saja?!" nada bicara sang Ibu yang kian meninggi itu menarik perhatian Jeno yang berada di kamarnya.

Pemuda yang duduk di kursi sekolah menengah atas itu menuruni anak tangga satu persatu, berjalan menuju ruang kerja sang Ayah.

Jeno sedikit takut, namun juga penasaran. Apa yang sedang terjadi?

Dapat di lihat dari celah pintu yang tak sepenuhnya tertutup ini, sang Ibu yang tengah menangis dan sang Ayah yang terdiam di tempatnya.

"Kau.. menamparku..?" suara sang Ayah terdengar tak percaya.

"Iya! Aku menamparmu! Bersyukurlah karena aku tak membunuhmu tadi malam!" tukas sang Ibu.

Jeno mendelik, apa-apaan ini?

"Hahh.. kau mau membunuhku?" pria paruh baya itu menjeda ucapannya, kemudian bergerak mendekat dan


Grepp


Number Four 「✔」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang