41-Four Season, which is true?

Mulai dari awal
                                    

"Dokter tau darimana?" tanya Naruto, ia heran kenapa dokternya ini tau segala hal tentangnya.

"Oh, kamu tidak tau dokter mana yang merawatmu?" Shizune bertanya balik.

"Itu ... Dokter Shizune?" tanya Naruto tak yakin.

"Tidak, bukan aku. Itu adalah sekretaris pribadi dokter Tsunade. Kamu mengenal Tsunade sama, kan?"

Naruto ber-ah. "Ternyata sekretaris dokter Tsunade, ya aku mengenalnya. Dia dan ibuku adalah sepupu."

Naruto berpikir sebentar.

"Kalau dipikir, aku belum bertemu atau berpapasan dengan beliau," lanjut Naruto.

"Ketua sangat sibuk jika sudah berada di ruangannya, dan hari ini pun, dia punya pasien disana."

Naruto berbicang dengan Shizune sampai jam temu mereka habis, Naruto mengucapkan salam perpisahan dan keluar dari ruangan itu.

Ia berjalan melewati taman kecil di samping rumah sakit untuk sampai ke tempat parkir setelah menebus obatnya, matanya bergerak melihat keindahan musim semi yang hadir, daun kembali menghijau, dan cikal bunga Sakura terlihat menggerombol di dahan. Naruto mengamati pohon Sakura itu sebentar sebelum sadar siapa yang ada di bawahnya.

Itu adalah dokter Tsunade, ia memakai jas putih khas dokter, rambut panjangnya diikat tinggi, dan diusia yang tak lagi muda, wajahnya masih terlihat cantik seperti wanita Eropa dan Jepang.

Bukan itu yang menjadi perhatian penuh Naruto, melainkan pria disamping Tsunade.

"Sasuke?" gumam Naruto, ia tak akan salah melihatnya, itu benar-benar Sasuke. Pria itu masih memakai jas kotak-kotak yang sama di pagi hari.

Jarak antara Naruto dan keduanya agak jauh, jadi tidak terdengar apa yang di bicarakan, kecuali jika mereka berteriak.

Naruto memposisikan dirinya agar tidak terlalu terlihat, sepertinya Sasuke tengah berdiskusi tentang sesuatu pada Tsunade, matanya bergerak ke arah tangan Sasuke, dan ia melihat gelang pasien di pergelangan tangan kirinya, itu berarti, Sasuke adalah salah satu pasien Tsunade.

Mereka terlihat damai saat berbicara, mamun itu tidak lama, sampai ada perempuan paruh baya lain yang mendatangi mereka, dia memakai setelan kantor yang terlihat mewah berwarna hijau tua mengkilap, tubuhnya tinggi dan langsing seperti model, Naruto tau merek yang digunakannya, ia pernah mempromosikannya beberapa saat yang lalu.

Selanjutnya, suasana terlihat tegang, Sasuke menatap perempuan itu dengan pandangan jijik, berkali-kali perempuan itu berusaha menyentuh tangan Sasuke, tapi selalu di tepis.

"Sasuke, maafkan aku," suara wanita itu melengking, wajahnya terlihat sangat sedih.

"Enyah!" Bentak Sasuke, sedangkan Tsunade sedikit bergerak ke samping untuk mengamati.

"Kamu bisa memakiku sesuka hati, tapi jangan mengusirku, bagaimanapun aku masih Ibumu,"

Mata Naruto melebar, iris birunya merekam wajah perempuan itu, yang ternyata memang mirip dengan Sasuke.

"Sejak kapan kamu masih menganggapku putramu? Bukankah kamu yang membuangku dan ayah demi pria berengsek itu?!" Suara Sasuke ikut meninggi.

"Sasuke ...," Ibu Sasuke terisak, sepertinya ia sangat menyesal.

"Kenapa? Apa yang kamu harapkan dari sampah yang telah kamu buang, apakah selama ini kamu pernah mencoba menemuiku? Apakah di dalam hati kecilmu ... pernah terlintas untuk kembali bersama keluarga kecilmu lagi?" Suara Sasuke tersendat-sendat, dan Naruto merasakan hatinya sakit, mereka bertengkar dengan kalimat yang semakin tidak enak di dengar, Naruto masih mengamati, dan ponsel di sakunya bergetar, ia melihat nama yang tertera, dan menjauh dari sana.

[Ada apa, Bu?] tanya Naruto.

[Putraku, bisakah kamu ke Perancis secepatnya, Ibu benar-benar merindukanmu]

[Iya, Naruto dan Sasuke sudah memesan tiket untuk minggu depan]

Hening sebentar.

[Sasuke ikut?] tanya Kushina dengan suara pelan.

[Tentu saja, kalau tidak, siapa yang akan menahan nyawaku tetap di tubuh saat penerbangan?] Naruto sedikit bercanda.

[Jangan seperti itu, baiklah, terserahmu.]

[Ya, Naruto tutup panggilannya]

Naruto mematikan panggilan, dan kembali ke tempat tadi, ternyata disana tidak ada orang lagi, Sasuke, Ibunya, maupun Tsunade telah pergi.

Naruto melihat pohon Sakura yang tetap teguh saat terkena angin, lalu pandangannya berubah ke arah langit biru diatas.

"Aku tidak tau harus kasihan kepada siapa."


Banyak komentar di episode kemarin, entah itu yang pengen Sasunaru cerai atau membelot ke ship lain. Lun tampung semua, dan keaktifan kalian buat ngikutin cerita ini, benar-benar moodboster Lun. Little spoiler, Sasuke maupun Naruto punya rencananya masing-masing, kalian mungkin sebentar lagi akan menemukan alasan dibalik calm nya Naruto. So, stay tuned ya(。・ω・。)

22/08/2021

-Lunarica-

TIME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang