"Malam itu, tak lama setelah kehilangan buah hati kami. Tidak ada alasan untuk kami tetap tinggal di sini, pada akhirnya kabur menjadi pilihan," ucap Kwan Mei, melirih. "Waktu itu, kami tidaklah tahu mengenai perisai pengurung yang terpasang di desa ini. Oleh karenanya, kami pun tertangkap dan dibuat tak sadarkan diri. Ketika bangun ... tahu-tahu kami telah berada di rumah seolah semua proses melarikan diri itu hanyalah sebuah mimpi. Pun Tang Yuan, telah memperoleh tanda kuncup bunga itu."

Lagi dan lagi, teka-teki buntu. Keterdiaman kembali memenuhi rumah, kali ini tak tahu akan berapa lama kala masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran yang entah apa itu. Namun, berbeda dengan Hui Yan. Ia malah bergumam, meskipun begitu kecil gumamannya, tapi cukuplah terdengar jelas setidaknya oleh Ji Yu yang duduk di sebelahnya. Dan hal itu membangkitkan kembali ingatan Ji Yu ke masa di mana mereka dulu melompati jurang abadi. "Saat aku dan Hui Yan melompat dari jurang ... itu juga saat malam purnama. Menurut kalian, apa purnama itu ada hubungannya kenapa kami datang ke desa ini?"

"Tunggu!" sergah Yue Ming, wajah memucat pun pandangan dilekatkan pada Ji Yu. "Kurasa aku juga mengalami hal yang sama denganmu, purnama."

Lantas bagaimana dengan Xia Chia sendiri, apa mungkin ia tidak mengalami hal ini? Bahkan Yue Ming sendiri tampak tidaklah tahu, menjadikan Hui Yan dengan beraninya memanggil Xia Chia, menyadarkan wanita ini dari lamunan. Alhasil, anggukan diberikan Xia Chia. "Aku sangat ingat saat-saat diriku melompat kala itu, pemandangannya sangatlah indah dan menyejukkan ... bulan bersinar terang, terasa melompat pun tidak akan menyesal."

Yang mana hanya Kwan Mei dan Tang Yuan saja yang tak terkejut, tak mengherankan mereka berempat mulai menanti penjelasan lebih jauh lagi pada pasangan suami-istri ini. Meskipun sebenarnya jawaban itu sendiri telah ada dalam pikiran, tetap saja mereka ingin jawaban pastinya akan seperti apa. Siapa yang tahu, jikalau semua hanya kebetulan belaka, bukan? Biar kata kebetulan itu sebenarnya hal mustahil ada di dunia ini.

"Apa yang ada di kepala kalian saat ini ... adalah benar," ucap Kwan Mei singkat, tapi singkat yang berefek kuat bagi mereka yang mendengar. Biar kata sudah menduga dari awal. Lucu, bukan? "Jika tidak melompati jurang saat malam purnama, sudah dipastikan kita semua tewas bukannya terkurung di sini," tambah Tang Yuan.

"Setelah melompat, saat tubuh kalian terjatuh ... saat itu, saat itu apa mungkin kalian melihat sesuatu yang janggal? Seperti ... seperti ...."

"Seperti bayangan hitam bermata merah menerobos tubuh? Setelahnya kehilangan kesadaran. Apa itu maksudmu, Hui Yan?" potong Kwan Mei, dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Hui Yan sendiri. "Benar, apa yang kau alami dan saksikan sewaktu di jurang abadi adalah apa yang kita semua alami pula. Percayalah, semua warga desa ini pun mengalaminya."

Kali ini, sungguhlah bukan main terkejutnya. Bahkan tanpa embusan angin malam saja, rambut-rambut halus di sekujur tubuh sukses berdiri ketakutan. Belum lagi, tak ada siapa pun yang bersedia memecahkan kesunyian. Semacam waktu telah berhenti, atau alangkah lebih baiknya jikalau memang berhenti saja barangkali.

"Berhentilah menjadi lemah dan terlarut dalam pikiran. Sekarang, kita harus memikirkan cara untuk terbebas dari desa ini. Namun, penjaga desa itu tidak bisa dianggap remeh. Diriku saja mereka belumlah bisa terima, apalagi menganggapku bagian dari mereka, selalu mengucilkanku dalam segala hal penting."

Akan tetapi, apa ini? Apa yang terjadi pada Tang Yuan? Baru saja ia begitulah yakin dan tegas akan ucapan, lantas kini ia seketika membangunkan diri dari duduk sembari telinga berkedut-kedut, sepasang netra membulat bahkan dengan cepat pula mematikan lilin yang merupakan satu-satunya sumber penerangan dalam rumah ini. Dalam diam, Tang Yuan juga memberi syarat untuk semuanya tak bersuara.

Beberapa detik awal, tidak ada apa pun yang terjadi. Bahkan saat semenit berlalu, masih tidak terjadi apa pun. Namun, detik berikutnya, mata setiap orang yang diam mulai bergetar, mengarah ke arah pintu dan jendela rumah yang tertutup. Entah kenapa, deruan angin terdengar tak biasa, suara gemeresak pepohonan dari berbagai arah terdengar seakan sedang ribut akan suatu hal. Memunculkan pula kabut tebal, beringsak masuk melalui celah-celah jendela ataupun pintu, tampak pula kabut menyelimuti setiap tubuh dari masing-masing mereka, kecuali Tang Yuan sendiri.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu