Cerita ini adalah fiksi belaka, saya juga bukan seorang sastrawan yang hebat dalam menulis, jadi mohon di maklumi segala kekurangan yang ada dalam penulisan.
---------------------------------------------
Author POV
Keesokan harinya.
Di Kediaman Presdir Kim.
Pagi menyambut dengan kecerahan yang sempurna. Kicauan burung menyapa terdengar lewat sela-sela jendela.
Hari demi hari di lewati Rose dengan baik.
"KAU SUDAH LEWATI HARI INI DENGAN BAIK CHAEYOUNG-AH"
Kalimat itu yang selalu Rose katakan pada dirinya sendiri setiap hari.
Mencoba mencintai Lisa dan mempercayai Lisa adalah hal sulit baginya.
Beberapa minggu sudah berlalu, namun ia masih saja memikirkan Jisoo.
Apa karena Jisoo belum bahagia?
Apa karena ia ingin Jisoo bahagia bersama dengan dia?Rose sendiri bahkan tidak mengerti apa yang hatinya mau.
Terjebak pada perasaan iba atau terjebak pada perasaan cinta.
Kenyataannya, kepada Lisa lah Rose mengakhiri perjalanan cintanya.
Pagi itu Rose memandangi Lisa yang sedang tidur pulas cukup lama.
Hingga tanpa ia sadari waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.Rose ingat bahwa hari ini Lisa ada rapat penting di Taesan, maka dari itu ia langsung mengambil Toa untuk membangunkan Lisa.
"LISA banguuuuuunnnn......" Teriak Rose memakai Toa.
Mendengar suara teriakan Rose yang menggunakan Toa, Lisa pun langsung terbangun.
"Aish.... yak, berisiiiiikkkk." Kata Lisa yang masih setengah sadar.
"Kau harus pergi ke Taesan hari ini untuk menghadiri rapat." Kata Rose.
Mendengar ucapan Rose soal Taesan, Lisa langsung lompat dari kasur.
"Kkamjagiya..." Rose kaget saat melihat Lisa tiba-tiba bangun dari tidurnya dengan cara melompat.
"Aish, uler keket ini bikin jantungan saja." Gumam Rose.
Lisa melihat ke arah jam.
"Yak...Yak... tolong siapkan baju kerjaku, aku sudah terlambat." Kata Lisa sambil berlari ke kamar mandi.
"SUDAH AKU SIAPKAN." Kata Rose yang masih bicara menggunakan Toa.
YOU ARE READING
DORMIR CONMIGO (END)
ספרות חובביםKonten dewasa , 18+++ TIDURLAH DENGANKU!!! "Seperti mata yang tenang menunggu sesuatu yang seharusnya pulang. Akan sesak dadamu jika yang datang hanyalah aku sebagai kenangan." ~ Sebuah Usaha Melupakan, Boy Candra