5

116 18 0
                                    

"Bagus, Katie! Tambahkan gairahmu! Ayo! Buat dirimu terlihat mempunyai harga diri yang sangat tinggi! Angkat dagumu! Konsentrasi, Katie!" teriak pemandu photoshoot-ku bertubi-tubi.

Aku berusaha memperbaiki postur badan dan ekspresi mukaku mengikuti apa kata sang pemandu. Aku mengangkat daguku sedikit lebih tinggi, tepat seperti yang ia katakan. Kemudian shutter sound effect dan flash kamera menyala beberapa kali.

"Kurasa yang terakhir tadi itu sangat bagus. Kerja yang sangat baik, Katie!" puji sang pemandu, Marcus Thompson.

Baru-baru ini sepertinya kinerjaku meningkat. Maka itulah sekarang majalah-majalah yang lumayan ternama juga mulai mem-booking-ku. Semuanya berkat kerja kerasku juga pastinya. Sayang sih, masih belum ada merek-merek baju terkenal yang hendak mem-booking-ku untuk berjalan di catwalk dengan desain baju-baju mereka yang sangat oh em ji.

Oke tidak, itu lebay. Tapi itulah impianku untuk sekarang ini jika boleh jujur.

Aku berjalan keluar dari area photoshoot menuju Adelheid yang tersenyum puas melihat hasil kerjaku.

"Wow, kinerjamu meningkat cepat. Aku bangga padamu, Kat." ucapnya seraya menyodorkanku sebuah botol minum. Dan ya, ia memanggilku 'Kat'. Ia mempunyai obsesi tidak sehat terhadap cokelat Kit Kat. Ayolah, mengapa orang di sekelilingku mempunyai suatu obsesi tidak sehat terhadap suatu makanan?

"Ya, aku juga tidak menyangka. Thanks." Aku baru saja ingin membuka botol minum tersebut, namun kemudian aku tersadar setelah sekilas melihat sampul botol tersebut dan menatapnya. Kemudian aku mengalihkan pandanganku menuju Adelheid dan menautkan sebelah alisku. "Minuman berion?"

"Agar kau bisa tetap fit. Kerjaanmu semakin hari semakin berat. Percayalah, kau akan sering memerlukannya di masa depan nanti." jelas Adelheid.

Aku mengangguk pelan beberapa kali dan mulai membuka botolnya. Kemudian aku kudu meneguknya sampai tinggal setengah. "Aku sering melihat kakakku meminum ini, namun aku tak tertarik untuk mencobanya. Tapi ternyata enak juga."

"Nah, kan. Sudah kubilang." Adelheid kembali tersenyum puas. Ah, dasar.

Mumpung sekarang masih waktunya istirahat, Adelheid dan aku pun berbincang sejenak.

"Kat, kau sudah dengar? Band yang bernama 5 Seconds to Mars atau apalah itu sudah kembali lagi ke London."

Seketika setelah Adelheid mengucapkan tersebut, aku tertawa lepas. "5 Seconds of Summer, Adelheid. Bukan 5 Seconds to Mars." ucapku di sela-sela tawaku.

"Astaga, aku lupa." Adelheid mulai ikut tertawa juga. "5 Seconds of Summer, ya? Astaga, aku terbalik. Entah kenapa aku suka terbalik-balik antara band 5 Seconds of Summer dan 30 Seconds to Mars."

"Hmm... sudah kembali ke London, ya?"

For your information, aku sudah menceritakan tentang semuanya kepada Adelheid. Dan ia lumayan mendukung hal ini juga.

"Tapi mengapa aku belum mendengarnya di media sosial?" tanyaku kagum.

"Kat, kau lupa? Aku kan punya sumber-sumber." Ia memainkan kedua alisnya.

Oh iya, aku lupa. Adelheid kan seperti penengah dunia Hollywood. Ia orang yang tahu semua kabar yang menyangkut dunia Hollywood lebih cepat daripada media massa. Seperti yang ia bilang, ia memiliki informan miliknya sendiri. Dan ia tak berniat untuk membaginya denganku. Huft. Dasar pelit.

"Mereka sedang di pesawat menuju ke London. Dan tujuan mereka ke sini adalah untuk menyelesaikan album pertama mereka dengan John Feldmann." jelas Adelheid.

Aku mengangguk-ngangguk mengerti. "Oalah, album pertama toh."

"Iya. Apa yang kau akan lakukan?" tanya Adelheid penasaran.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Namun Luke Hemmings, vokalis band tersebut, sudah mengetahui tentang semua ini jadi mungkin aku akan hangout dengannya untuk sementara." ucapku sambil mengedikkan bahu.

"Ahhhh, hidupmu enak sekali, ya. Dikelilingi oleh cowok-cowok cakep, termasuk juga kakakmu."

"Pikiranmu selalu cowok cakep." komentarku.

"Lama-lama rasanya aku ingin menendangmu sampai ke Afrika." canda Adelheid.

"Agar kau bisa merebut semua cowok cakep di sekelilingku sekarang?" candaku balik, dan kita berdua pun tertawa.

"Katie! Bersiaplah untuk sesi pemotretan selanjutnya!" teriak Marcus kepadaku.

"Iya!"

**********

Aku membanting pintu apartemen kakakku terbuka lebar dan masuk ke dalamnya, lalu aku segera merebahkan badanku ke sofa terdekat.

"Ah capeeek." gumamku.

Namun tepat setelah aku membetulkan posisi tidurku dan hendak tidur siang, ponselku berdering.

I used to rule the world

Seas would rise when I gave the word

Now in the morning I sleep alone

Sweep the streets I used to own

Viva La Vida oleh Coldplay. Berarti yang sedang menelepon kakakku. Ya, itu ringtone khusus jika kakakku yang menelepon. Jangan tanya aku, kakakkulah yang mengubah pengaturan ringtone ponselku.

"Halo, Josh?"

"Hei, K. Kau sudah pulang?" tanya kakakku.

"Sudah. Memangnya kenapa?"

"Bagus. Aku punya kejutan untukmu hari ini." jawab Josh antusias.

Tunggu, kejutan? Oke, aku mulai khawatir di sini. Karena setiap kejutan dari Josh selalu membuatku nyaris jantungan, kadang juga bisa membuat kesabaranku (yang percayalah, besarnya melebihi besar bokong Kim Kardashian) terkuras habis.

"Kejutan apa?" tanyaku mulai penasaran

"Namanya kejutan, mana mungkin kuberi tahu." jawabnya mengejek.

"Aku tidak tahu harus senang atau khawatir tentang ini, Josh."

"Tenang dan tunggu saja, ini bukan salah satu dari tipuan muslihatku kok."

Josh, perkataanmu tidak mengurangi rasa khawatirku sama sekali.

Ingin sekali aku membalasnya dengan kalimat itu, namun pada akhirnya aku hanya mencoba menjadi adik yang baik. "Baiklah, akan kutunggu."

"Oke, dah!" Belum sempat aku menjawab, ia sudah mematikannya duluan.

Tipikal Josh sekali.

Aku pun meletakkan ponselku di meja dan kembali merebahkan badanku di sofa sambil membenamkan wajahku pada bantal yang sangat sangat sangat empuk ini.

Namun sayang sekali, beberapa detik setelah aku mencoba untuk beristirahat, bel berbunyi. Ah, mungkinkah ini 'kejutan' yang dimaksud Josh? Karena sejak pertama kali aku mulai tinggal di sini, aku tidak pernah mendengar bel dibunyikan. Tapi entahlah, mungkin hanya tagihan untuk listrik atau air atau apa aku tak peduli.

Aku berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu dengan sangat malas. Tentu saja, sudah dua cobaan ditimpakan kepadaku tepat ketika aku ingin beristirahat dari pekerjaanku yang saat ini cukup melelahkan. Kemudian aku pun berjinjit dan mengintip ke balik pintu melalui lubang kecil yang memang fungsinya untuk hal itu.

Dan tebak apa yang kulihat?

Luke Hemmings.

Biar kuulangi kembali, Luke flucking Hemmings sedang berdiri di ambang pintu apartemen kakakku.

Well, fluck you, Josh.

**********

SUAMI GUE BERAKSIIII HAHAHAHAHAHAHA-

oke, stop. jangan hiraukan kalimat di atas lol

jadi ceritanya Luke udah nyamperin Katie, nah nanti kedepannya gimana?

wah, itu sih liat nanti di chapter-chapter selanjutnya huehehehehe

No Goodbyes • c.h (discontinued)Where stories live. Discover now