3

170 17 2
                                    

I wish that I could wake up with amnesia

Aku mengulurkan tanganku untuk mengambil ponselku agar aku bisa mematikan alarm tadi.

Ah ya, itu alarm. Aneh memang, alarm-ku pagi-pagi adalah lagu nyelow mellow, sudah seperti anak emo saja. Namun aku bukan anak emo dan yang penting aku bisa bangun pagi. Dan lagu itu membuatku ingat dengan Calum, jadi dengan begitu semangatku untuk membalas dendam menjadi lebih kuat.

Tapi sebenarnya alasan aku memasang lagu itu adalah karena agar aku bisa....... wake up with amnesia.

Oke, mari hadapi realita bahwa itu tidak lucu. Balik ke cerita.

Singkat kata, aku bangun dari tempat tidur dan segera mandi. Dan setelah aku memakai bajuku, aku segera keluar dari kamarku dan beranjak kearah kakakku yang sedang memasak sarapan.

"Pagi, Josh. Hari ini kita sarapan apa?" tanyaku.

"Hei, pagi, K. Omelet dan bacon. Kau menyukainya, kan?" tanyanya menghadap padaku.

"Aww kau kakak yang sangat perhatian!'" seruku becanda.

"Nah, kalau begitu sekarang ambilkan dua piring saji." perintahnya.

"Di mana?"

"Lemari kedua di atas." balasnya singkat.

Aku pun menuju ke lemari yang ia sebutkan dan membukanya. Memang betul di dalam sana terdapat piring saji yang ditumpuk rapi, namun masalahnya adalah fakta bahwa aku pendek. Tinggiku hanyalah 155 cm. Huft.

"Let's do this." gumamku antusias.

Aku berjinjit dan dengan gerakan cepat mengambil piring yang ada di paling atas.

"Phew. Oke, yang kedua." ucapku sambil meletakkan piring tersebut di dekat tempat kakakku memasak.

Aku berjinjit sekali lagi, namun Josh sudah mendahuluiku mengambil piring tersebut.

"Kau makan waktu sekali." komentarnya.

"Haha, lucu sekali. Jangan salahkan takdir bahwa aku pendek."

Josh pun membawa dua piring tersebut dan menyajikan omelet dan bacon yang dibagi rata di sana, sedangkan aku mengambil dua gelas dan mengisinya dengan air putih seperempat penuh.

Kemudian aku segera menuju meja makan dan meletakkan dua gelas tersebut masing-masing di tempat Josh dan diriku sendiri. Aku pun segera mengambil sendok dan garpuku dengan antusias sebelum Josh meletakkan porsi omelet dan bacon milikku di hadapanku. Aku meletakkan sendok dan garpuku di pinggir piring dan berdoa sebelum aku mulai menyantap sarapanku ini.

Setelah selesai berdoa, sinar yang mataku pancarkan berubah menjadi aura yang menunjukkan keserakahan dan pendambaan yang sangat besar...... akan makanan tentunya.

Ah, mungkin majas di paragraf sebelumnya terlalu berlebihan, namun itu sangat diperlukan. Karena dalam kurun waktu kurang dari lima menit, yang tersisa di piringku hanyalah sendok dan garpu yang dihiasi dengan bercak merah bekas saus tomat. Jangan salahkan aku, telur dipadukan dengan saus tomat adalah kombinasi yang luar biasa.

"Cepat sekali kau menghabiskan makananmu." komentar Josh.

"Ya semerdekamu sajalah, Josh." balasku sebelum aku meneguk habis air putih yang kusediakan untukku sebelum aku makan tadi.

"Oh ya, ini dari agensi modelmu. Mereka bilang isinya jadwalmu bekerja untuk minggu ini. Mereka juga bilang kau mulai kerja nanti siang. Kebetulan, untuk ukuran model yang baru mulai bekerja banyak juga yang mem-booking dirimu. Sepertinya keberuntungan sedang ada di sisimu, KT." jelasnya sambil meletakkan sebuah amplop berhias motif vintage di atas meja.

No Goodbyes • c.h (discontinued)Where stories live. Discover now