🌺 1 | Layena Fina

29 5 0
                                    

Roda berputar dengan cepat. Seorang gadis yang mengikat rambutnya jadi 2 itu sedang mengayuh sepeda. Ia tersenyum sepanjang jalan dan merasa hebat menikmati hidupnya. Apalagi cuaca siang hari itu sangat mendukung suasana hatinya.

"Yena!"

Jemari gadis itu menarik rem sekuat tenaga. Menoleh setelah berhenti, ia menemukan temannya berlarian mendekati. "Iya?"

"Bukan apa-apa. Hanya makasih aja udah gantiin aku piket." Cantya berucap malu-malu, seraya menyatukan ujung kedua jemari telunjuknya.

Gadis kuncir dua itu tersenyum manis. "Iya bukan masalah. Yang terpenting jangan lupaan janjimu."

"Iya, membelikanmu buku. Aku sudah berjanji." Cantya berucap mantap karena mengingat janji temannya yang baik itu.

Layena menganggukan kepala sekali dengan mantap. "Okeh kalau begitu. Aku harus pergi ke tempat kerja sebelum terlambat."

"Baiklah, hati-hati."

"Kamu juga, Cantya." Yena kembali mengayuh sepedanya ke tempat kerja paruh waktu sebelum terlambat. Bekerja untuk mengumpulkan uang. Ia memiliki tujuan yang sangat ingin cepat-cepat terwujud.

"Heh!"

Yena menurunkan lengkungan bibir. Mendadak suasana hatinya berubah dingin. Seseorang duduk di jok belakangnya lagi. "Kenapa kamu selalu tersenyum dengan beberapa alasan yang tidak jelas?"

Yena menghela napas, pertanyaan itu cukup mengganggunya beberapa hari ini. Tetapi berusaha mengabaikan sosok yang sedang menganggunya itu. Sosok tak kasat mata yang hanya bisa dilihat olehnya. Perjalan mungkin panjang, tetapi waktu tidak terasa saat ia sampai di depan mini market di pinggir jalan.

"Selamat si--- Ah, ternyata itu kamu."

Yena tersenyum manis, "apa aku terlambat?"

Vania menggelengkan kepala, "tidak."

"Tunggu sebentar. Aku simpan tas dulu." Pamitnya ke dalam gudang untuk menyimpan peralatan sekolah.

"Okeh."

🌺🌺🌺

Layena melihat jam sudah menunjukan pukul tujuh. Keadaan toko sudah mulai sepi tetapi baginya malam ini sosok itu tetap disana menemaninya. Ia memutuskan untuk mengabaikannya dengan merapihkan toko. Menarik barang-barang yang kosong di barisan depan hingga tampak rapih, mengembalikan barang yang konsumen letakan sembarangan kembali pada raknya dan mengisi barang pada selving yang kosong dari gudang.

"Wah kamu pegawai paruh waktu yang semangat."

Yena menoleh dan dapati seorang lelaki tengah berdiri di depan kasir. Gadis itu kembali tersenyum. "Aku hanya melakukan tugasku."

"Aku dengar Vania dapat konsumen nyebelin hari ini." Itu adalah kalimat memecah keheningan.

"Iya, kak Tirta tau sendiri Vania ga bisa ngontrol judes kalo emosi."

"Ada apa lagi?"

"Tadi ada konsumen yang beli teh kotak tiga. Konsumen pikir promo beli 2 gratis 1, padahal engga. Waktu Vania periksa emang ga ada tulisan promonya. Konsumennya malah bilang toko sebelah kok masih promo disini engga."

Tirta tertawa renyah, "konsumen kaya gitu pengennya apa sih? Pengen di tendang mungkin. Kenapa ga beli di sebelah aja? Jelas beda toko, beda promo."

"Wah, kakak hebat. Vania juga bilang gitu pada konsumennya dan konsumennya ga jadi beli terus pergi."

"Heran ya, pergi karna malu ato gatau malu."

"Konsumen itu raja, Vania juga salah. Kita harus melayani dengan baik."

Tringg...

"Selamat malam. Ada apa pa?"

"Rokok." jawab lelaki paruh baya itu tanpa basa-basi.

"Rokok apa?"

"Garfit sama refil."

"Totalnya jadi 40.700. Uangnya 50.000 ya? 300 rupiahnya boleh di donasikan?"

"Kembalian aja."

"Kembaliannya 9.300, terima kasih." Konsumen itu menganggukan kepala lalu pergi begitu saja.

"Semoga seseorang yang pelit kuburannya sempit." lanjut Tirta karena mulai muak kerja di mini market.

Yena menyenggol lengan Tirta. "Itu hak mereka."

"Kalau kamu bilang 9000-nya donasi boleh? Baru aku protes, ini cuman 300 perak loh, Yen. Lagian udah di rumah pasti ga ke pake."

Layena menggelengkan kepala lalu melanjutkan pekerjaannya. Berdebat tentang konsumen dan pelayanan tidak akan berujung apapun. Karena walau pihak toko benar atau salah, pegawai tetap salah dimana pun.

🌺🌺🌺

EvilTypo...
Penulis yang sedang memberikan cuplikan cerita baru setelah sekian lama cuti dari dunia menulis dan ingin menyatakan selamat datang di lembar pertama Welcome Spring
17-8-2021
.
.
.

Welcome SpringWhere stories live. Discover now