Chapter 22

38 21 79
                                    

Siang hari yang menyentrongkan cahaya terik panasnya sinar matahari itu, Steven sedang dalam perjalanan ke Cafe yang sudah mereka janjikan kepada Eros. Aizy, Zyon, Lucas, Lex, Bryan, dan Kayla mereka mengekori Steven dari belakang dengan menaiki motor balap masing masing, setelah hampir mendekati Cafe, Steven dan yang lainnya berpencar.

"Semua udah siap ye? gue markir motor," ucap Steven melewati alat komunikasi yang ada di telinganya.

"Udah, gue dan Zyon udah di posisi," balas Aizy saat bersembunyi di bangku taman menggunakan topi dan kaca mata hitam menutupi wajah. Mereka disana untuk mengawasi setiap orang yang lewat, takut mereka adalah salah satu dari Geng Fanders, Tidak lupa Zyon mantan ketua dari Geng Fanders pastinya ia hafal dengan wajah wajah orang Fanders.

"Gue dan Lex udah di posisi juga," ujar Lucas sambil bersembunyi di semak-semak yang mengarah kehadapan Cafe tersebut.

"Gue juga udah," timpal Kayla yang sudah siap di posisi bersama Bryan. Mereka berpura pura menjadi sepasang kekasih di Cafe bagian outdoor untuk mengawasi dari jarak dekat.

"Oke gue masuk sekarang." Dengan berjalan masuk, dan melirik sekitarnya mencari keberadaan Eros berada.

Lalu Steven melihat Eros berada di ruangan smoking room langsung Steven mendatangi ruangan itu. Eros yang melihat dari dalam ruangan langsung berdiri dengan smrik. Steven memegang gagang pintu itu lalu membukanya, ia langsung berjalan kearah meja yang ditempati Eros seorang.

"Apa kabar musuh bubuyutan?" sapa Eros sambil menjabat tangan satu sama lain, tak lupa suara Eros bisa di dengar oleh tim Steven yang ada di posisi mereka melewati alat komunikasi itu.

Steven membalas jabatan itu. "Baik, lo sendiri?"

"Gue juga baik," balas Eros. Lalu mereka duduk saling berhadapan dengan tatap tatapan.

"Udah langsung aja to the point, tujuan lo buat ngajak buat ketemuan." Dengan memperbaiki jaket kulit hitamnya dan membuang pandangannya kearah luar.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo," ucap Steven sambil mengeraskan rahangnya.

"Jangan salah tanya Ven.." ucap Aizy.

"Tanya apa lo?" tanya Eros yang sudah penasaran.

"Geng motor lu ada hubungan apa sama Leon?" tanya Steven dengan menatap gerak gerik Leon.

"Huh.. gue gak ada hubungan apa apa. Ya dulu ada emang, tapi dia hianati Fanders, maka dari itu gue udah gak pernah mau komunikasi atau kerja sama dia. Gue bahkan masih dendam bat ama dia," jelas Eros dengan nada penuh kebencian.
Steven mengangguk paham, lalu dia mengambil napas dan membuangnya.

"Emang kenapa lo mau tanya ini?" tanya Eros sambil menatap Steven tajam.

"Pancing Ven," gumam Aizy.

"Gue ajak kerja sama. Karna tujuan kita sama, balas dendam."

Eros melebarkan matanya dan menggeleng tak percaya. "Dendam apaan lo ke dia?" tanya Eros.

"Dia nyuruh orang suruhannya buat bunuh adek gua, dan sekarang adek gua udah gak ada." Dengan meminum secangkir kopi yang sedari tadi sudah ada di atas meja itu.

"HA!? Seriusan lo?" kejut Eros tak percaya. "Siapa nama adek lo?" tanya Eros lanjutnya.

"Aizy Felencia," jawab Steven supaya Eros mau menolong Leigral untuk bertarung melawan Leon.

"G-gue kenal dia! Dia satu sekolah ama gua, dan emang 1 bulan belakangan ini dia udah gak masuk. Jadi itu alasannya.." ucap Eros dengan mendekatkan wajahnya dan menyenderkan kedua tangannya ke atas meja.

A I Z Y O NWhere stories live. Discover now