KEPUTUSAN

3 0 0
                                    

Alarm ponsel membangunkan Yasir, dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menuju masjid rumah sakit setelahnya untuk memenuhi panggilan Sang Pemilik Pagi. Toto dan Feri pasti sudah sibuk di pasar, batinnya. Selepas shalat Yasir menuju warung nasi, memesan sarapan menyambut hari baru. Bergegas kembali ke kamar, membuat 2 paper cup teh dengan sedikit gula. Yuda sudah bangun, karena baru saja ada dokter dan perawat mengecek kondisi kesehatannya.

"Hai Yud, Sir". Suara perempuan menyapa di pagi yang mulai memendarkan cahaya meski samar di luar jendela kamar, Vera kembali menjenguk pagi itu.

"Hai Ver. kamu tidak berkabar akan kemari?", Yuda menyapa

"Apa aku mengganggu Yud?", Vera nampak agak kikuk.

"Enggak sama sekali. Hanya saja aku merasa punya isteri yang selalu mengkhawatirkan suaminya hehehe", Yuda menjawab dengan candaan.

"Dihalalkan saja segera Yud", Yasir menimpali membuat muka Vera bersemu merah.

"Saya nunggu kamu Yas, kan kamu lebih senior", jawab Yuda.

"Bilang aja lebih tua". Yasir menyahut

"Iya gitu maksudnya hahaha". Mereka tertawa menghangatkan pagi yang dingin.

Tidak lama berselang layanan kamar datang mengantar sarapan pagi buat Yuda. Yasir segera menyiapkan makanan, membantu Yuda bangun mempersilahkan sahabatnya itu makan dengan sedikit paksaan. "Ve ayok sarapan, lagi-lagi saya cuma beli sebungkus nasi, nggak tahu kalo kamu datang lagi pagi ini", Yasir kembali ke matras menyiapkan nasi bungkus yang tadi dia beli. "Ini tehmu Ve, tadinya buat Yuda ternyata sudah ada minuman di menunya", Yasir mengangsurkan satu paper cup teh ke arah Vera. Dan sekali lagi Vera tidak menolak, makan sebungkus nasi berdua Yasir, padahal dia yang dikenal dekat dengan Yuda belum pernah makan sepiring maupun sebungkus berdua artis itu.

Yuda hanya tersenyum melihat pemandangan itu, "Enak kan Ve jadi sahabat Yasir, kamu akan selalu dapat perhatian kaya aku", suara Yuda memacahkan lamunan Vera membuat suapan nasinya tertahan.

"Iya kayaknya, pantas Fany betah banget kalo sudah berdua sama Yasir". Vera mencoba menepis perasaan kaku dengan mengalihkan ke nama Fany.

"Udah ah, ngomongin apa si?", Yasir mencoba berkilah. Tiba-tiba seolah ada sembilu yang menyayat hatinya saat nama Fany disebut. "Oh iya Yud, mobilmu saya kembalikan ke parkir kontrakan, ini kuncinya. Ve nanti mau saya antar lagi? tapi naik motor butut".

"Selama kamu tidak merasa direpotkan, ngga papa Sir". Vera menyahut

"Hmmm.. Yas, apa ..".

"Tidak apa-apa Yud, santai saja", Yasir menyela ucapan Yuda, dia tahu Yuda akan memberi pertimbangan, kawatir ketemu Meli lagi.

Setelah Tante Wati datang, Yasir dan Vera pamit. Yasir mengantar Vera ke kampus. Saat memasuki kawasan kampus, motor Yasir disalip sepeda motor model sport warna merah dengan suara knalpot khas dua silider. Fany lebih dulu sampai di parkir motor, dia mengenali sepeda motor yang baru saja ia salip, dia menunggu motor itu mendekat dan berhenti di samping mitornya. "Hai Fay, kenceng banget kamu naik motornya".

"Bukan kenceng, tapi kamu yang terlalu lambat atau sengaja melambat biar makin lama sampainya", Jawab Fany sedikit ketus, ada nada cemburu dalam getar suaranya.

"Kami dari rumah sakit Fan, kebetulan bareng, habis menjenguk Yuda, kalo Yasir malah dari semalam menginap menjaga dia", Vera segera menjelaskan, kawatir praduga salah dari Fany.

"Yuda dirawat di rumah sakit? Sakit apa dia Ve?".

"Mag akut, dasar artis, kebanyakan melek malam buat shooting lupa makan minum dan kurang istirahat, jadi kacau kesehatannya. Untung saja Yasir segera bertindak, kalo tidak entah gimana nasibnya", Vera mengisahkan seperti apa yang diceritakan Yasir padanya saat mulai menemukan Yuda tergeletak di kamar kontrakan.

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang