KETULUSAN

5 0 0
                                    


Siang itu Yasir sedang berjalan di koridor yang memisahkan gedung kampus. Ya, semester baru sudah masuk pekan kedua. Saat sedang berjalan dengan sesekali membaca catatan yang dia pegang, dilihatnya seorang gadis terseok dengan banyak barang bawaaan di tangannya. Menggedong tas, menenteng beberapa map dan2 kardus bertali ditenteng tangan satunya yang entah apa isinya. "Boleh saya bantu?", sapa Yasir.

"Nggak usah, masih bisa kok". Jawab gadis itu polos.

"Serius, saya hanya ingin membantu, kamu nampak sangat kerepotan". Yasir masih menawarkan jasanya.

Gadis itu diam sejenak, matanya memandang Yasir serius nampak sedikit menyelidik, "Baiklah, tolong bawakan dus ini", kata gadis itu sambil menyodorkan kardus. "Bawain ke depan, Papi saya sudah menjemput".

"Ayo", Yasir meraih kardus dan mendului gadis itu, melangkah menuju parkir mobil yang memang berjarak sekira 100 meter. Mereka berjalan beriringan tanpa bicara. Bahkan Yasir masih saja menyambi bacaannya sesekali.

"Itu mobil papi", Kata si Gadis di belakang Yasir sesampai di parkir mobil, dilihatnya mobil mewah yang sepertinya pernah dia jumpai. Tak lama berselang, keluar seorang lelaki setengah baya dengan mata agak sipit.

"Pak Waluyo", Yasir menyapa lelaki itu, yang ternyata adalah orang yang pernah dia antar dari Sukun beberapa bulan silam, karena mobilnya mogok.

Lelaki itu diam sejenak, seolah sedang mengingat sesuatu, "Hai, Yasir kan", katanya kemudian. "Kamu kuliah di sini?".

"Iya Pak. Nyambi, biar pinter dan bisa sukses kaya Bapak", Jawab Yasir sambil tertawa kecil.

"Kamu satu kampus dengan Vera?", tanya Pak Waluyo kemudian.

Yasir menengok gadis yang ternyata bernama Vera, dia sedang memasukan barang ke bagasi mobil. "Oh iya, tapi beda jurusan. Saya manajemen Pak, kalo Vera kurang tahu malah".

"Saya akuntansi, bareng sama Fany", gadis itu menyahut cepat.

"Loh apa kalian tidak saling kenal?", Pak Waluyo nampak bingung, dia pikir Yasir akrab sama ankanya karena membantu membawakan barang barusan.

"Enggak pi, tadi Yasir spontan membantu, karena kasihan sama Vera", Vera menjelasakan ke bapaknya.

Berbarengan terdengar suara khas knalpot sepeda motor dua silinder mendekat, Yasir menengok dan mengenali siapa penunggang motor merah itu, meski dengan helm full face, jelas itu adalah Fany. Dia melambaikan tangan meminta Fany datang. Fany memarkirkan motornya di pinggir parkir mobil itu dan melangkah mendekat.

"Hai Fan", Vera menyapa.

"Hai Ve, kamu nampak habis ikut UKM, banyak sekali bawaanya".

"Iya, yang lain pada malas bawa alat praktek, terpaksa ngalah deh, biar cepet selesai dan mudah menjelasakan kegiatan yang mau dijalankan. Pi, ini Fany temen Vera, dia anaknya Pak Prawira, Papai pasti kenal kan?".

"Tentu saja, nasi di semua Prawira resto saya yang menyuplai", Kata lelaki itu sambil menyodorkan tangan ke Fany, mereka bersalaman. "Salam buat Papa Kamu ya nak, sehat sehat saja dia kan".

"Alhamdulilah Pak, Papa sehat".

"Oh iya pak Waluyo, apakah tawaran dari Bapak waktu itu masih berlaku?", Yasir menyela.

"Tawaran yang mana Sir, aya agak lupa, maklum udah beruban ini kepala hahaha".

"Tentang bantuan, kalo saya membutuhkan bisa menghubungi bapak, begitu", Yasir menjelasakan singkat.

"Oh itu, tetu saja. Bantuan apa yang kamu butuhkan?".

"Kalo bos saya setuju, saya berencana membuka kios beras di Kasin, disamping kios bawang. Kebetulan ada kios kosong yang bersebelahan persis dengan kios bawang di sana. Kios itu bisa disewa atau mungkin dibeli. Jadi mungkin nati saya akan menghubungi bapak untuk minta arahan dan juga suplai beras. Belum pasti memang".

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang