Kehidupan Yang Baru

20 3 3
                                    

Triniiiinggg...

Lonceng yang digantung di depan pintu masuk berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam rumah hiburan milik Kakuzu.

"Ah, kau rupanya... kupikir, kau tidak akan kembali lagi kesini..." Kakuzu menatap sendu pada seseorang yang kini sedang berjalan menghampirinya.

"...."

"Kau butuh sesuatu? Aku akan memberikan apapun untukmu saat ini..."

"Aku tidak butuh apapun. Aku tidak tahu apa yang kuinginkan saat ini. Aku tidak tahu aku harus apa... itu saja..."

"Haahh... Sakura, kau sudah beranjak dewasa. Aku hanya bisa berharap, kau segera menemukan jalan hidupmu yang lebih baik daripada kau menjalani hidup yang seperti ini terus..."

"Bukan kemauanku, kan? Sudah jalan hidupku, aku seperti ini..."

"Ya... mungkin... Hmm... bersenang-senanglah diluar sana... aku rasa kau butuh banyak hiburan, berjalan-jalan bisa membuat dirimu lebih baik."

"Berjalan-jalan..." gumam Sakura pelan.

Tanpa berkata lagi Sakura segera keluar dari tempat hiburan Kakuzu. Kakuzu hanya menatap sedih kepada Sakura yang terlihat sudah kehilangan semangat hidupnya.

"Berjalan-jalan..."

Sakura terus menggumamkan kata-kata itu di sepanjang jalannya. Entahlah, Sakura hanya mengikuti kemana kakinya melangkah pergi. Sampai akhirnya kedua kaki Sakura membawa Sakura ke Desa Konoha.

"Konoha... kenapa aku harus ke sini?" tanya Sakura pada dirinya sendiri.

Sudah sampai di Desa Konoha, masa harus balik lagi? Sakura pun memasuki Desa Konoha. Suasana desa terasa sangat damai. Tidak terlalu ramai, juga tidak terlalu sepi. Kalau tidak salah dengar, di belakang rumah-rumah penduduk di desa ini ada sebuah bukit kecil yang sangat indah. Sakura ingin melihatnya. Saat melewati jalan pasar, suasana pasar sedang ramai. Berdesak-desakan pun harus Sakura lewati.

Bruukk

"Aduuhh..."

Seorang ibu tidak sengaja menabrak Sakura dengan kencang. Ibu itu pun langsung meminta maaf kepada Sakura lalu pergi. Tapi, Sakura melihat kalau dompet ibu itu terjatuh di dekatnya. Sakura pun mengambilnya dan hendak memanggil ibu itu untuk memberikan dompetnya yang terjatuh.

"Tunggu! Dom—"

Grepp

"Ah, lepaskan!"

Saat Sakura ingin memanggil ibu itu, seseorang menahan tangan Sakura yang memegang dompet ibu itu.

"Mencuri lagi, ha?"

Sakura terkejut, lagi-lagi Sakura bertemu dengan laki-laki berambut kuning itu.

"Aku tidak mencuri!" kesal Sakura yang dituduh mencuri.

"Ini apa?" Laki-laki itu mengangkat tangan Sakura yang memegang sebuah dompet.

Sakura menatap laki-laki itu tajam. Sungguh, Sakura sedang tidak ingin mencari ribut. Sakura hanya butuh ketenangan. Dengan cepat, Sakura melepaskan tangannya dari laki-laki itu dan melemparkan dompet yang ada di tangan Sakura ke wajah laki-laki itu. Merintih sakit, Sakura pun segera melompat ke atap untuk segera pergi menjauh dari laki-laki yang selalu bertemu dengannya.

"Heeiii... kau mau kemana? Jangan pergiiii...!!!"

Sakura tidak menyangka kalau laki-laki berambut kuning itu mengejarnya. Sakura terus berlari melompati atap-atap rumah dan akhirnya Sakura sampai juga di sebuah bukit yang tidak begitu tinggi. Sungguh, pemandangan yang indah dan sangat menenangkan di bukit itu. Sakura melihat ke belakang, sepertinya laki-laki itu sudah tidak lagi mengejarnya.

Seperti Matahari TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang