Beda elektronik itu berbunyi seperti biasa, garis naik turun terlihat di monitor. Pria itu belum membuka matanya setelah operasi, selang oksigen masih menempel di hidungnya. Erlan menghela napas menatap Dion dari balik pintu.
“Apa dia sudah sadar?” Kayla menyentuh pundak Erlan.
“Aku tidak tahu, kurasa belum.”
“Ayo masuk.”
Erlan menggelengkan kepalanya. “Tidak, kamu saja. Aku harus pulang.”
Erlan melangkah pergi meninggalkan Kayla. Dia berjalan gontai di lorong rumah sakit. Hatinya teriris mengetahui Kayla akan menikah dengan Awan. Namun, lebih sakit lagi menyadari bahwa dia tak berguna. Keegoisannya yang tetap berusaha mendapatkan Kayla malah hampir membuat orang lain meregang nyawa. Bahkan kemampuannya tidak berguna ketika dibutuhkan segera. Padahal ilmu kedokteran itu dia pelajari bertahun-tahun di luar negeri.
Erlan tak mempunyai keahlian berbisnis seperti Awan, dia tak pantas menjadi pewaris perusahaan keluarga. Bahkan menepati janji dari wasiat ayahnya pun terasa berat. Wajar saja Awan mengambil alih semuanya.
“Mampukan aku membahagiakanmu Kayla? Pantaskah aku bersanding denganmu? Haruskah aku relakan kamu dengannya?”
***
YOU ARE READING
Erlan
RomanceSebelum pernikahan dilakukan, Erlan ingin meyakinkan hatinya agar tidak terjadi penyesalan. Erlan mengajak Kayla berlibur, namun keraguan tumbuh diantara keduanya. Akankan Erlan dan Kayla menikah dengan kisah cinta yang indah? Ataukah, akan ada pe...