BAB 8 ~ 🧶 BENANG KUSUT YANG TERURAI 🧶

9 8 0
                                    

Malam ...

Lusiana sama Theo dateng lagi nih, bawa benang kusut .... 🧶

Babah Tan-nya diem-diem dulu di rumah, ya, Bah... 🤭🤭✌✌

#autodigeplakmaBabahTan 

Yuk, langsung tengokin aja... 

Jangan lupa pencet bintang ma kasih komen ya... 😘😘



🧶🧶🧶



Langkah Lusiana lagi-lagi terhenti. Kepala berambut hitam panjang itu kembali berputar. Kedua alis melengkungnya saling mendekat, menimbulkan kerutan di tengah-tengahnya.

"Hah? Suami apaan? Ngaco kamu!"

"Ya, suami. Pendamping hidup laki-lakilah! Kalau perempuan 'kan namanya istri. Atau ...." Theo sengaja memanjangkan ucapannya yang terakhir.

"Apa?" sergah Lusiana.

"Err ... Jangan bilang kalau sekarang kamu jadi penyuka sesama jenis."

"Heh!" Lagi-lagi Lusiana memelotot.

Gelak tawa langsung keluar dari bibir Theo. Ia berujar, "Bercanda kali."

Namun, Theo tiba-tiba menghentikan tawanya ketika menyadari tatapan Lusiana. Apa aku gak salah lihat kalau barusan Ling-Ling memberikan tatapan merindu? Ya, Tuhan! Bolehkah aku berharap? Hush! Jangan ngaco, Theo! Jangan jadi biang kerok!

Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Theo berdeham. Lusiana terkesiap dan langsung membalikkan badan lagi. Namun, Theo masih sempat melihat sedikit rona merah di pipinya yang sewarna susu putih. Ya, Tuhan! Kuatkanlah iman hamba-Mu ini!

"Aku serius waktu menanyakan soal suamimu, Ling," ucap Theo sembari berusaha menata hati.

"Omong apaan sih kamu? Aneh, deh!" jawab Lusiana sedikit ketus. Kali ini, Lusiana terus berjalan. Kakinya sudah menapak di anak tangga kedua ketika Theo mencengkeram pergelangan tangan kanan Lusiana agar berhenti. Perempuan itu sedikit memutar tubuh akibat sentakan Theo.

"Lho, bukannya tiga tahun yang lalu kamu merried?" tanya Theo seraya melepas cengkeramannya.

"Mana ada? Kamu kali!"

"Tunggu, tunggu! Aku jadi bingung. Dari berita yang disampaikan papaku, kukira kamu udah merried tiga tahun yang lalu. Ini beneran kamu belum married?" Harapan dalam hati Theo mulai mengembang.

"Ya, benerlah! Kamu kali yang sudah nikah!"

"Hah?" Kali ini, giliran kedua alis Theo yang mengerut.

"Empat tahun yang lalu, Paman bilang kalo kamu sudah nerima perjodohan yang diatur orang tuamu. Siapa yang tahu kalo kamu sudah nikah sekarang."

"Tunggu! Aku gak ada nerima perjodohan apa pun. Emang sih, Papa pernah berusaha jodohin aku sama anak kenalannya Papa, tapi aku tolak. Jadi, gak ada tuh nikah-nikah segala."

"Serius?" Kali ini, Lusiana berbicara dengan nada lebih rendah dan penuh harap.

Tatapan mereka saling beradu. Otak cerdas Theo mulai mencerna situasi mereka saat ini dan ia tak sanggup berkata-kata. Lelaki itu hanya mengangguk. Kepalanya lalu menoleh ke arah rumahnya sendiri. Ia mulai merangkai kejadian-kejadian tiga-empat tahun yang lalu. Di sela-sela otaknya yang tengah bekerja, indra pendengarannya menangkap seruan tertahan dari bibir perempuan cantik yang sudah disayanginya sejak mereka kecil hingga kini.

"Ya, Tuhan!"

Ketika Theo kembali berpaling, ia terperanjat melihat Lusiana tengah limbung. Ia tak sempat meraih perempuan itu. Lusiana keburu terperenyak di tangga teras. Tangannya yang semula menggapai tiang penyangga rumah kini sudah bertumpu di lantai teras. Bahunya melorot. Theo merasa iba sekaligus marah. Melihat gestur perempuan itu, Theo bisa membayangkan bagaimana menderitanya Lusiana selama beberapa tahun terakhir ini, apalagi dengan perpisahan mereka yang terjadi secara mendadak. Mengingat hal itu, membuat hati Theo menggelegak. Ia marah pada ayahnya yang tega memisahkan mereka dengan keji.

(Bukan) Ke Lain Hati ~ (TAMAT) ~ TERBIT E-BOOKWhere stories live. Discover now