Live 1: Luo Binghe

741 113 33
                                    

Rumah Sakit Qian Cao.

Perawat itu membereskan barang-barangnya. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan tidak banyak taksi yang mencari penumpang. Dia hanya bisa memesan taksi online menggunakan aplikasi.

Dia keluar dari ruang khusus perawat dan berjalan menuju pintu depan rumah sakit. Namun, letaknya cukup jauh sehingga dia harus melalui koridor yang sunyi. Pasien di bangsal sedang beristirahat dan dirinya hanya ditemani dengan lampu fluorescent yang sedikit redup—menambah rasa mencekam. Perawat menghirup napas dingin, entah mengapa jalan koridor terasa lebih panjang dari biasanya. Dia teringat dengan gosip yang dibicarakan rekannya tadi sore.

"Katanya, pernah ada orang yang meninggal di lantai ini. Dia bukan pasien, melainkan keluarga pasien. Sayangnya, dia tidak punya uang untuk membiayai pengobatan, jadi setiap malam dia akan bekerja paruh waktu di rumah sakit sebagai gantinya. Kadang kala, dia akan mengambil inisiatif untuk menawarkan bantuan. Suatu hari, dia meninggal secara misterius! Pihak rumah sakit menekan beritanya. Karena itu, jiwanya tidak pergi dan bergentayangan. Kabarnya, dia selalu muncul di malam hari, waktu di mana dia meninggal."

Perawat awalnya tidak percaya, namun sekarang dia menelan ludah dengan gugup. Otaknya membayangkan adegan yang terjadi dalam film horor; akan ada bayangan hitam yang diam-diam mengikuti protagonis, semakin dekat dan dekat, kemudian mengejutkan protagonis dengan berkata—

"Ada yang bisa aku bantu?"

Suara yang muncul tiba-tiba di belakang membuat perawat menjerit kecil. Dia berbalik takut, menemukan seorang pria berjas putih dengan kacamata di jembatan hidungnya tersenyum ramah padanya. Dia menghela nafas lega dan menyapa hormat. "Dokter Mu."

Mengetahui bahwa dirinya telah menakuti perawat, Dokter Mu mengubah senyumnya menjadi permintaan maaf. "Apa kamu akan pulang hari ini?"

Perawat, "Ya, jam kerjaku sudah berakhir."

Dokter Mu, "Terimakasih atas kerja kerasmu. Berhati-hatilah di jalan."

Perawat mengangguk mengerti dan berlalu pergi seraya menghela napas lega. Ternyata itu Dokter Mu ...

Dokter Mu memperhatikannya hingga sosoknya menghilang di persimpangan, kemudian dia berbalik menuju tempat parkir bawah tanah. Dia melihat mobil putihnya yang terparkir tak jauh dari lokasinya dan mengeluarkan kunci mobil.

Setelah menyalakan mobil, ponsel pintarnya berdering. Melihat nama yang tertera di layar, Dokter Mu menghubungkannya dengan headset bluetooth. Dia berkata seraya menginjak pedal gas, "Ada apa, Qingyuan?"

"Hei, Qingfang. Kami akan mengadakan reuni teman sekelas. Kamu mau ikut?"

Mu Qingfang sedikit terkejut mendengarnya. "Reuni? Kapan?"

"Lusa. Alamatnya akan kukirim."

Lusa?

Mu Qingfang mengingat jadwalnya untuk seminggu ke depan. Merasa yakin bahwa tidak ada jadwal yang bertabrakan untuk lusa nanti, dia menanggapi, "Ya, aku tidak sibuk."

Panggilan berhenti tepat mobilnya mencapai lampu lalu lintas yang berwarna merah. Mu Qingfang hendak mematikan headset bluetooth-nya ketika ponselnya berbunyi lagi. Dia mengangkat alisnya dengan heran. Begitu banyak orang yang membutuhkannya saat ini?

Dia melirik lampu merah yang belum berubah warnanya, kemudian melihat nama yang tertera di layar. Rasa heran semakin bertambah, pasalnya tidak biasa orang ini menghubunginya.

Jadi, dia menjawab panggilan dan berencana untuk menggodanya sebentar, "Ada apa malam-malam begi—uh, apa?!" Niatnya lenyap seketika. Dia melihat lampu merah berubah hijau dan langsung menginjak gas. "Oke, aku segera ke sana!"

[BL] We Live || BingYuanWhere stories live. Discover now