12| Hanya Tempat Singgah

301 83 15
                                    

Bagian Duabelas

"Kalau untuk mengikhlaskan, mungkin sudah aku lakukan. Tapi satu hal yang akan selalu mengganjal pikiran dan menuntut untuk ku ketahui—Alasan dirinya pergi."

"Aku hanya sampai dititik merasa lelah dengan semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku hanya sampai dititik merasa lelah dengan semua. Dengan diri sendiri bahkan dengan kamu, Juan. Aku sampai dimana, aku nggak bisa ngerasain apa-apa, ini soal kita."

"We've been through a lot of things Lis, I know that. Tapi kenapa soal kita, sesimpel itu? Apa yang salah dari aku, bilang?"

"Kali ini aku yang salah Juan, and that's the problem."

"You don't want to try, right? Don't you?"

Kalau saja ada tombol rewind untuk kembali kemasa lalu. Ingin rasanya Juan menggenggam erat tangan itu, kalau bisa—ia akan menariknya paksa. Hanya untuk melihat kedua manik bambi itu mengatakan yang sejujurnya. Sebuah kebodohan yang seorang Juan sesali sampai saat ini. Kenapa saat itu—dirinya dengan mudahnya membiarkan ia pergi. Kenapa Juan hanya menatap punggung itu, dan membiarkannya berlalu. Kenapa tak ia coba untuk menggapainya, meski hanya sekali saja.

Sampai saat ini, kalau saja dan kenapa—selalu menjadi kata yang kerap kali berputar di kepala seorang Juan Raka Narendra. Ada ruang penuh tanya dalam hatinya, yang meminta diisi dengan sebuah jawaban-tentang alasan mengapa wanita itu pergi.

Bagaikan sebuah kaset yang diputar berkali-kali, ingatan akan dia masih saja melekat. Bahkan hingga saat ini, seakan dengan tak tahu diri—menolak untuk pergi. Meski kerap kali Juan coba tuk sibukkan diri, sekadar menekuni hobi baru seperti; mendaki, bersepeda, hingga yang terbaru belajar bisnis keluarga. Namun tetap saja, ada satu waktu dimana memori tentang seorang Alisa Camania akan berputar dikepala.

Juan tertawa miris, saat mengingat pertemuan tanpa sengaja dirinya dan wanita itu setelah sekian lama. Juan bahkan berdoa agar ia bisa melupakan presensi seorang Alisa Camania dan belajar untuk merelakannya. Namun semesta justru seolah bercanda, dengan menghadirkan wanita itu kembali tepat didepan mata. Saat Juan akan menghadiri acara pernikahan kerabatnya.

Awalnya ia ingin bersikap biasa saja-anggap saja teman lama. Tapi melihat bagaimana wanita itu mencoba untuk menghindarinya. Ada bagian dari Juan yang terasa nyeri, sakit rasanya. Apa yang salah darinya? Hingga diawal jumpa saja wanita itu mencoba untuk menjauh darinya. Sebegitu bencikah Alisa padanya? Bukankah seharusnya Juan yang melakukan itu? Juan terkekeh pelan, entah kenapa ia merasa kecewa.

 Sebegitu bencikah Alisa padanya? Bukankah seharusnya Juan yang melakukan itu? Juan terkekeh pelan, entah kenapa ia merasa kecewa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NERVESWhere stories live. Discover now