4| A Piece From Past

386 94 17
                                    

Bagian Empat

"Let my mind just sneak back to a better time."

Bandung, 2021Five days before meeting07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, 2021
Five days before meeting
07.00 PM

"Wah, Abangku tersayang! Long time no seeee! Apakabar bang?" teriak lelaki berjaket denim dengan rambut berwarna soft pink. Wajah sumringahnya terlihat jelas saat membuka pintu apartemen miliknya. Kemudian tanpa segan merangkul kakak kelasnya sewaktu SMA yang selama hampir dua tahun terakhir ini jarang dijumpainya.

Juan terkekeh pelan-kemudian membalas rangkulan Kafka Adhitama sembari menepuk-nepuk punggung laki-laki itu. Bagi Juan, Kafka sudah seperti adiknya sendiri dan juga sahabat baginya. Lelaki yang dulu merupakan adik kelas semasa SMA-nya itu, baru kembali ke tanah air untuk berlibur setelah dua tahun belakangan ini menempuh studi di luar negeri dengan jurusan ilmu komunikasi.

Juan mengacak gemas rambut Kafka, "Mentang-mentang kuliah di Amrik, rambut lo diwarna jadi kayak permen kapas ya Kaf."

Kafka mendengus, lelaki di hadapannya masih sama menyebalkannya sejak kali terakhir mereka bertemu.

"Soft pink bang, lagian ini tuh fashion. Kayak lo nggak pernah ngewarnain rambut aja masa kuliah!"

"Beh, jangan salah Kaf. Mejikuhibiniu waktu kuliah si Juan mah. Andai lo tau waktu ospek fakultas, dia kena teter gara-gara ngewarna rambut padahal baru awal jadi maba." sahut Ghali Sadewa dari arah dapur yang langsung berhadapan dengan ruang tamu milik Kafka.

Juan Raka Narendra tertawa renyah, ia berjalan masuk ke ruang tamu kemudian mengambil bantal yang terletak disofa dan melemparnya kearah Ghali. "Jangan diinget lagi woy! Jaman gajah itu!"

Naasnya, si bantal justru mengenai punggung laki-laki di sebelah Ghali. Dan membuat Juan tersenyum tanpa dosa saat melihat Rendy menatap tajam sang pelaku.

"Ju, mending duduk anteng di sofa atau lo jadi sop buntut habis ini? Pilih mana?"

Mendengar ancaman seorang Rendy Galen Saputra, membuat Juan langsung duduk diam di atas sofa sembari memangku tangan di atas pahanya. Membuat Ghali maupun Kafka tertawa seketika saat melihatnya.

"Sup ekor Juannya satu!" timpal Ghali.

"Masih kicep aja sama bang Rendy." ucap Kafka yang dibalas cengiran kemudian disusul lirikan tajam Juan.

"Itu bocah katanya nggak bisa dateng." Juan menunjuk Rendy yang masih mengenakan celemek dapur dan mengaduk sop buntut buatannya di atas kompor.

"Klien gue ayahnya sakit, jadi gue cancel aja meetingnya." balas Rendy yang kini mematikan kompor dan memindahkan masakannya kedalam mangkok saji.

"Duh duh, perhatian sekali sama klien yang satu ini. Gue curiga, kalian bukan konsultasi bangun rumah biasa, melainkan rumah tangga." ucap Juan yang terlihat asyik menggoda laki-laki yang berprofesi sebagai arsitek itu.

NERVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang