8| Risalah Hati

314 84 16
                                    

Bagian Delapan

"Apakah aku diizinkan untuk menetap? Karena sepertinya, aku tak sanggup untuk pergi."

"Sepatu siapa nih?!" tanya Dewanda Kamal sembari mengangkat tinggi ankle strap berwarna cream yang ia temukan ditempat sampah—saat ia hendak membuang kertas yang tak terpakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepatu siapa nih?!" tanya Dewanda Kamal sembari mengangkat tinggi ankle strap berwarna cream yang ia temukan ditempat sampah—saat ia hendak membuang kertas yang tak terpakai.

"Ulie, ini bukannya sepatu lo ya?"

Maulie melotot mendapati Dewanda masih menenteng sepatu yang salah satu haknya sudah patah itu, tinggi-tinggi. Sepatu yang tadi pagi tak sengaja ia patahkan saat dalam perjalanan menuju kantor.

"Kak! Turunin itu sepatu, jijik udah Maulie buang ke tong sampah." bentak Maulie.

Sedangkan Dewanda tertawa-tawa, melihat Maulie yang sepertinya marah karena malu. Dewanda masih meneliti sepatu yang ujung haknya patah. Kemudian mengernyit ngeri, membayangkan kenapa para wanita suka sekali menyiksa diri dengan menggunakan benda-benda yang terlihat elegan namun tajam.

"Kok bisa jadi gini sih, Ul?" tanya Dewanda lagi ditengah tawanya.

"Ya bisa aja kak! Balikin ketempat semula udah." tukas Maulie geram.

Tak ingin membuat perempuan itu marah lebih jauh lagi, Dewanda bergegas menuruti perkataan Maulie. Kembali menaruh sepatu hak tinggi itu ketempat sampah yang ada di sudut ruangan.

"Lo habis ngapain aja sampe sepatu lo patah? Kaki lo nggak kecengklak kan?" Kali ini pertanyaan serius dari Serena yang berada disebelah meja kubikel Maulie.

Wajah datarnya kini mulai mengendur, tergantikan oleh cebikan sebal saat mengingat kejadian menyebalkan pagi tadi.

"Kaki Maulie nggak kenapa-kenapa sih kak. Cuman masih sebel aja, Maulie tadi habis rebutan ojek buat kekantor. Baru sadar paket data abis jadi nggak bisa pesen ojol. Eh ternyata ada mas arsi nyebelin yang juga nyelonong mau naik ojek gara-gara ponselnya ketinggalan. Disitu sepatu Maulie patah, nggak sengaja jatuh pas mau minggir ke trotoar. Sebel banget sumpah! Baru tahu kalau mas arsi kantor sebelah satu komplek sama Maulie." jelas Maulie panjang lebar, yang kemudian segera menegak air mineral dibotol tumblr miliknya.

"Ciee...tiati jodoh!" goda Joeana yang tanpa sadar ternyata menyimak penjelasan Maulie sedari tadi.

Maulie mendelik tak terima, "Amit-amit jabang bayi! Rese' orangnya, nggak mau! Maulie kan sukanya orang yang dewasa dan pengertian."

"Cukup kau patahkan sepatuku, jangan hatiku ya Ul." timpal Dewanda.

Maulie menatap laki-laki dihadapannya sinis, "Apaan sih kak! Ikutan wae."

"Ulie galak banget hari ini. Palang merah Indonesia atau nggak sempet nyatok?" Kali ini Dewanda berlutut disebelah kursi Maulie, mengajak perempuan itu berbicara. Namun ditanggapi dengan tak acuh oleh perempuan bermata sipit itu. Maulie menaikkan kacamata miliknya yang sempat merosot, kemudian beralih mengetik sesuatu.

NERVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang