23

11K 1.8K 1K
                                    

Matahari pagi terlihat semakin jelas menguasai langit, embun mulai mengering dan udara dingin tak lagi terasa seperti malam tadi. Sosok berambut putih itu berlari cepat, menggerakkan kaki panjangnya yang dibalut sepatu kulit dan celana kain hitam, ia kembali ke pinggiran danau dengan sepasang mantel sewarna gerabah di tangan, mata tajam yang kini dihiasi garis hitam di kelopak matanya itu menyipit, memperhatikan tiga orang alpha pemburu yang sedang berdebat dengan Mark di bawah pohon kenari.

"Ada apa ini?" Tanyanya tepat saat menginjakkan kaki di garis yang sejajar dengan para alpha pemburu.

"Jeno, kau sudah mengantarkan sapi buruan mu?" Tanya Mark.

Alpha bersurai gading itu mengangguk pelan, "ya, Renjun menyukai anak sapi jantan yang aku antarkan. Ini mantel dari Renjun untuk Lucas Hyung dan Haechan."

"Suruh mereka bersiap, aku tidak akan menunggu lebih lama lagi."

Jeno melirik pemburu tertua di sampingnya dengan alis terangkat naik, "baba tidak benar-benar menangkap Lucas Hyung, kan?"

Sosok yang Jeno panggil dengan sebutan baba itu hanya diam, tak bergeming saat mata tajamnya terus menatap ke arah Lucas dengan sorot penuh arti.

"Yuta samchon tidak bisa melakukan ini, aku tidak menyetujuinya." Kata Mark, mata berbeda warna miliknya menatap Yuta, terang-terangan menunjukkan rasa tak suka.

"Bukankah kita bisa membicarakannya baik-baik, maksud ku.. Lucas tidak bersalah sama sekali, yang dia katakan benar."

"Dengar Mark, aku tidak membutuhkan persetujuan mu untuk membawa Lucas ke hadapan Taeyong dan kau Hendery, kau ingin membelanya? Secara tak langsung mengakui jika jajaran alpha pemburu teledor dalam menjaga perbatasan? Bukankah artinya kau juga bersalah."

Sosok alpha tampan yang baru memiliki seekor wolfie itu menaikkan bahunya, "hmm? Seingat ku, aku tidak berjaga malam itu, aku sibuk menjaga Xiaojun dan Yangyang di rumah. Apa aku harus terseret ke dalam masalah yang tidak aku timbulkan?"

Mark dan Jeno mendengus pelan setelah mendengar jawaban Hendery, pintar sekali ayah muda itu mengembalikan kata-kata Yuta padahal awal pertemuannya dengan ayah Renjun, Hendery tidak memiliki mental bahkan untuk sekedar berdiri di dekat Yuta dan Johnny.

"Yang terpenting kita membawa mereka pulang, keputusan ada di tangan Taeyong." Kata Yuta akhirnya.

Yuta memperhatikan sekitarnya yang dihiasi ceceran darah setengah kering lalu menghela napas, "bodoh, Haechan bisa saja mati karena alpha pembangkang itu."

Jeno menaikkan satu alisnya saat sang ayah mertua mulai mengomel sambil berjalan menjauh, ia menatap Lucas yang kini telah berpakaian rapi dengan Haechan berada dalam gendongannya. Omega manis itu terlihat begitu pucat, lehernya masih berhias darah dengan luka yang belum sepenuhnya sembuh, Jeno tidak membayangkan sedalam apa koyakan taring sang alpha pemburu dan seganas apa Lucas menghabisi omeganya.

"Apa di mata kalian, kesalahan ku terlihat begitu besar?" Tanya Lucas memecah keheningan.

"Bukankah seharusnya kita semua menyadari kalau sebuah kebenaran kadang tidak menyenangkan untuk di dengar?"

Langkah Yuta terhenti, ia menoleh dan menemukan Lucas sedang menatapnya dengan sorot penuh tuntutan.
"Apa kata mu?"

Lucas menatap mata Yuta lamat-lamat sebelum mendengus pelan, "tidak perlu kalian paksa, aku akan menghadap Taeyong samchon."

"Hyung, kau bodoh ya?" Protes Jeno kesal.

Mark yang sejak tadi terdiam kini mulai menyunggingkan senyum kecil kemudian menepuk bahu sang alpha pemburu, "aku tahu kau akan terus melawan arus, ayo.. aku akan menemani mu berenang ke hulu."

ÎNTUNERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang