~02

35 8 0
                                    

"Baik, Pak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baik, Pak. Terimakasih."

Kanya menerima kertas skripsinya, setelah dikomentari dan di coret-coret di beberapa bagian. Ia memasukkan nya bersama buku note kecil yang ia gunakan untuk mencatat saran serta nasihat dari dosennya itu.

Seharusnya Kanya langsung keluar, tapi karena satu hal ia masih duduk di sini. "Pak Alfi," panggil Kanya.

Alfiansyah Dewantara-Dosen pembimbing Kanya, memandang mahasiswi yang baru saja memanggil namanya. "Ya?"

"Soal waktu itu, saya-

"Di ruangan ini saya hanya akan menerima pembicaraan tentang skripsi dan kampus. Diluar itu, saya tidak akan menerimanya," sela Pak Alfi cepat. "Kamu bisa keluar, yang mau bimbingan bukan hanya kamu saja."

Helaan napas keluar dari mulut Kanya, semenjak kejadian itu dosennya ini tidak pernah mau diajak berbicara selain tentang persoalan kampus. Kanya hanya sempat meminta maaf tanpa menjelaskan semuanya dan ia ingin melakukan itu sekarang. Memberitahu semuanya tanpa ada yang terlewat. Kanya tahu Kanya salah, maka dari itu ia ingin memperbaikinya.

Kanya bangkit, sebelum melangkah ia berucap. "Maaf sebelumnya, kalau bapak ada waktu nanti sore, saya tunggu di cafe dandelion' jam empat. Saya permisi, terimakasih."

Semoga kali ini Pak Alfi datang, dan masalah ini bisa selesai secepatnya secara keseluruhan. Kanya berharap bisa mendapatkan maaf laki-laki itu.

Saat sampai di halte, Kanya mendapati sahabat satu-satunya tengah nangkring dengan sebungkus telor gulung ditangannya. "Bukannya lo ada kelas sampe sore ya?" tanya Kanya, ikut duduk di samping Gadis.

"Kelas yang terakhir gak jadi astoge, dosennya ada seminar ke luar kota," jawab Gadis, "tahu gitu gue tadi langsung pulang, di rumah bisa anget-angetan sama pak pilot yang ada penerbangan nanti malam, mumpung dede lagi di invasi sama mertua gue." Gadis menggigit telor gulungnya dengan sedikit keras, merasa kesal waktunya terbuang sia-sia karena kelas yang gagal.

Kanya mendengkus, ujung-ujungnya pasti ke arah situ juga. Kalau dalam penyakit, tingkat kemesuman sahabatnya sudah stadium akhir, alias susah buat diobatin.

"Noh, pilot lo udah dateng." Kanya menunjuk kedatangan suami Gadis dengan gerakan dagunya.

"Mamas Galang!" Gadis membuang bungkusan telur yang sudah kosong begitu saja, ia memeluk sang suami yang sudah berada di depannya. Wajahnya maju, bibirnya akan mampir di bibir suaminya seandainya saja tasnya tidak ditarik dari belakang.

Gadis menoleh, menatap sang pelaku sengit.

"Apa?!" balas Kanya dengan tatapan tak kalah sengit, "ini di Indonesia ya, bukan di luar negeri yang rata-rata bebas buat kecup sana kecup sini di tempat umum. Di sini juga bukan kamar lo yang bebas buat ngelakuin apa aja. Noh liat!" Kanya menunjuk manusia di sekeliling mereka yang mencuri tatap pada adegan pelukan Gadis dan suaminya, seakan mengatakan bahwa mereka tidak tahu tempat. "Baru pelukan aja, mereka udah ngeliat kalian kayak gitu."

KANYA  [Republish]Where stories live. Discover now