1

547 17 0
                                    

Malam ini dingin sekali, musim semi tahun ini sepertinya lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya, atau bisa jadi hanya perasaanku saja.

Aku baru saja keluar dari kamar mandi setelah kurang lebih 30 menit berendam dengan air hangat dan membersihkan diri. Waktu menunjukkan pukul 01.20 KST ketika aku menuju ke kamar tidur. Jisung sudah lebih dulu terlelap, lampu kamar sudah lebih dulu dimatikan, hanya ada cahaya dari lampu tidur di meja kamar.

Kami baru saja selesai bekerja, Jaemin dan Jeno juga sudah berada di kamar masing-masing. Mungkin karena aku terlalu lama di kamar mandi sehingga mereka lebih dulu beristirahat. Setelah selesai mengeringkan rambut dengan handuk -tadinya sih mau pakai hair dryer, namun takut mengganggu Jisung dan yang lain, ku putuskan menuju dapur untuk menyeduh teh hangat.

Besok pagi kami memiliki jadwal yang cukup padat menjelang comeback NCT Dream. Namun setelah lelah beraktivitas seharian tidak membuat kantukku datang malam ini. Aku justru tengah duduk diam sambil menghirup aroma teh yang menenangkan.

Ku dengar suara pintu terbuka, Jaemin, ia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur. Apa dia baru saja terbangun karena aku terlalu berisik di dapur?

"Injun, kenapa belum tidur?" Tanyanya sambil duduk di kursi depanku. Lantas menuang secangkir teh yang ku buat di teko kecil.

"Aku belum ngantuk Jaem. Kamu terbangun atau memang belum tidur?" Aku balik bertanya.

"Kenapa teh ini sangat pahit?" ku lihat kerutan di alisnya, ia mengernyit merasakan pahitnya teh buatanku.

Aku tertawa kecil, "Bukankah kamu tau kalau aku tidak pernah menambahkan gula setiap kali membuat teh? Lagian americano-mu jauh lebih pahit daripada ini." Tangkasku mengingat betapa pahitnya americano yang selalu Jaemin pesan. Hampir seperti obat herbal.

Jaemin memutar matanya malas menanggapiku, ia tau ujung-ujungnya akan berdebat. "Aku terbangun, mungkin baru 20 menitan tertidur." Jawabnya.

Aku diam, menuang kembali teh ke dalam cangkir di hadapanku.

"Kamu lelah Jun?" Jaemin tampak diam memperhatikanku.

"Tentu saja, kita bahkan baru sampai di dorm pukul setengah 1 tadi." Aku memejamkan mata, menghirup aroma teh dalam-dalam.

"Benar, aku juga lelah. Tapi aku senang akhirnya kita bisa comeback setelah sekian lama." Ia bangkit dari duduknya, mengisi panci dengan air dan menyalakan kompor. Diam-diam aku menyetujui ucapan Jaemin. Akhirnya NCT Dream akan comeback, dan Mark hyung akan turut serta dalam comeback kali ini.

"Mau membuat ramyeon? Aku juga mau." Pintaku, paham betul Jaemin sering makan tengah malam seperti ini.

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi ulang tahunmu. Tidak ingin meminta hadiah?" Jaemin masih sibuk di depan kompor, sedangkan aku tengah memperhatikan gerak geriknya dari belakang. Ternyata punggung Jaemin terlihat cukup lebar dari angle seperti ini.

"Apapun, aku selalu menyukai hadiah darimu." Jawabku, kemudian Jaemin berbalik, menunggu ramyeonya matang.

"Benarkah? Tidak ada request khusus?" Alisnya naik sebelah, sanksi dengan jawabanku mengingat aku selalu memiliki hal-hal khusus yang ku inginkan dari orang-orang terdekat ketika aku ulang tahun.

"Tidak kali ini. Aku percaya padamu Jaemin, kamu tahu betul seleraku." Aku terseyum kecil.

Baiklah, ramyeonnya sudah matang. Jaemin menyajikan dua mangkuk ramyeon di meja. Asapnya masih mengepul, dan ku dengar Jaemin tertawa kecil.

"Apakah kamu sebahagia itu hanya dengan semangkuk ramyeon, Injun? Lihat, bintang-bintang terlihat di matamu." Tawanya menular, akupun ikut tertawa.

DENIALWhere stories live. Discover now