Perundungan

6 2 0
                                    

Erlan segera bangkit dari duduknya, ia membawa paper bag dan kotak liontin bersamanya. Erlan menghampiri Kayla lalu membawanya keluar dari tempat itu, meninggalkan Awan begitu saja, membawa Kayla sejauh mungkin dari Kakaknya sebelum ia mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya.

Erlan menyerahkan kemeja Kayla lalu mengantarnya pulang. Namun, sebelum Erlan sampai ke rumahnya setelah mengantar Kayla, mobilnya diberhentikan Awan. Erlan tak bisa melawan karena Awan membawa anak buahnya.
.
.
.
Satu pukulan keras kembali mendarat di wajah Erlan. Pelipis kanannya robek, membuat darah keluar tak tertahan. Wajahnya yang mulus kini penuh luka, namun ia tetap teguh pada pendiriannya.

“Sakit?” Awan mencengkram wajah Erlan.

“Pecundang kecil sepertimu tidak pantas memiliki Kayla, dan sikapmu tadi itu sama saja meremehkan kekuatanku. Aku adalah kakakmu, Dik.”

“Kakak? Kakak macam apa yang menyiksa adiknya sendiri? Merebut kekasih adiknya.”

Awan tersenyum mendengar celoteh Erlan, ia menyuruh anak buahnya mengikat Erlan di kursi. “Aku adalah saudaramu satu-satunya Erlan, kakak terbaikmu. Penyelamat keluarga kita, kalau bukan karena aku, kamu sudah mati di hutan belantara.”

Erlan diam, perkataan Awan memang benar, dia yang menyelamatkannya, dia pula yang meneruskan bisnis keluarga setelah Ayah meninggal. Tapi, wasiat ayahnya tidak bisa diubah begitu saja. Amarah Erlan kembali memuncak.

“Aku menikah dengan Kayla adalah wasiat ayah, keinginan terakhir ayah. Dan itu harus terlaksana, kamu tidak bisa mengubahnya begitu saja. Kenapa kamu ingin menikahinya juga?”

Awan mengambil patahan besi di sudut ruangan, Ia memukul lengan Erlan. “Dasar bodoh, untuk apa punya gelar dokter, kuliah di luar negeri tapi otakmu ini masih bodoh. Tidak berguna, seharusnya kamu tetap di sana tidak usah kembali, atau aku tak perlu berderama menyelamatkanmu di belantara.”

Erlan meringis, rasa penasaran lebih mendominasinya dibanding rasa sakit dari hantaman benda keras yang menimpa tubuhnya berulang kali.

“Berderama, apa maksud semua ini Awan?!” Erlan berteriak.

Awan tersenyum penuh kepuasan, ia melemparkan besi di genggamannya ke sembarang arah. Berbalik membelakangin Erlan seraya berkata, “Di duniaku, pernikahan adalah sebuah bisnis, Erlan. Jika kamu mengacau, maka bersiaplah menghadapi kematian.”

***

ErlanWhere stories live. Discover now