Bagian 9

1.3K 213 26
                                    

Happy Reading

.




Demi apapun, ingin rasanya Arga mati sekarang juga. Dadanya kembali sakit dengan nyeri yang amat sangat, membuatnya sesak dan kesulitan bernapas. Tak ada sebutir pil obat pun yang ia konsumsi untuk meredakan sakitnya itu. Hingga pada akhirnya ia memilih untuk mentralkannya dengan hal sederhana. Sampai merasa bahwa dirinya kembali baik-baik saja.

"Kenapa, Mas? Sakit ya? Mau saya antar ke dokter?" Tanya Pak Sopir. Ia sedikit khawatir dengan penumpangnya itu. Sejak awal dia sudah merasa iba, keadaan anak sekolahan yang berada di jok belakang sana tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Arga lantas tersenyum, "Nggak pa-pa, Pak. Cuma gabut aja sih, hehe." Elaknya.

"Kalo sakit, saya bisa antar Masnya ke dokter."

Dengan cepat Arga menggeleng, "Nggak usah, Pak. I'm ok." Dengan begitu Pak Sopir akhirnya mengangguk.

Sekarang ini Arga sedang berada di dalam sebuah taksi yang sedang membawanya menuju sekolah. Tak menggunakan motor sport seperti biasanya sebab dirinya tak lagi mampu. Ditatapnya pantulan dirinya melalu kaca dashboard, dan seketika dia sadar bahwa dirinya terlihat begitu....hancur.

"Habis tawuran ya, Mas?" Tanya Pak Sopir setelah beberapa lama hening.

Arga tersenyum kecil, "Dilihatnya kayak habis apa, Pak?" Arga balik bertanya.

"Karena Mas nya masih anak sekolah, kelihatannya sih habis tawuran."

Kali ini Arga tertawa sambil tepuk tangan, "Weey, seratus buat, Bapak. Saya emang habis tawuran, Pak."

"Waduh, jangan suka tawuran, Mas. Nggak baik. Kasian loh orangtuanya capek-capek kerja buat biayain sekolah, tapi Mas nya malah ikut tawuran."

Sejenak Arga hanya mampu tersenyum sumir, "Saya bukan tawuran sama anak sekolahan sebelah apalagi sama anak jalanan, Pak. Ini beda."

Mendengar itu Pak Sopir lantas menatap Arga melalui kaca dashboard dengan pandangan heran, "Lah, lha terus tawuran sama siapa?"

"Sama malaikat pencabut nyawa. Udah, ini Pak uangnya. Makasih ya." Lalu setelahnya Arga keluar, dia sudah sampai tujuan.

Mengehela napas sejenak sebelum akhirnya melangkahkan kakinya memasuki area tempat belajar mengajar itu.

"Semoga luka ini bisa hilang dalam 5 menit."

***********

Renjun menggebrak mejanya kuat, membuat seisi kelas memekik kaget, terutama cewek-cewek.

"Weh, sabar Mas Bro."

Renjun tak menghiraukan peringatan Lukas, dia sudah terlampau kesal pada satu cowok yang sedang duduk dibangku depannya itu, "Lo bercanda mulu, heran gue!" Katanya.

"Lo banyak nanya, heran juga gue!" Jawab cowok itu dengan santai. Membuat Renjun semakin gerah dengan sikapnya.

"Lo kalo lagi ada masalah sama anak lain bilang, kita bisa bantu lo buat ngabisin mereka."

ArgaNantaWhere stories live. Discover now