Tiffani kemudian mendapat sebuah telepon, ia keluar sebentar untuk menjawab panggilan tersebut. Sementara itu, Aila masih berdiri di dekat meja sembari memikirkan apa yang dikatakan oleh Tiffani tadi. "Lisa gak mungkin ngelakuin hal seperti itu," ujarnya. Saat Aila hendak keluar dari ruangan klub para pecinta kimia, ia tanpa sengaja menyenggol tas Tiffani sehingga barang-barangnya berserakan di lantai.

"Pakai jatuh segala lagi," sebalnya. Aila kemudian memunguti barang-barang tersebut lalu memasukkannya lagi ke dalam tas Tiffani.

"Wait...ini kan ponselnya Lisa, tapi kenapa bisa ada di antara barang-barangnya kak Tiffani," pikirnya.

"Lo apain barang-barang gue?" Aila terkejut karena Tiffani tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Dengan cepat gadis itu bangkit seraya menyembunyikan ponsel Lisa di balik punggungnya.

"Maaf, kak tadi gak sengaja aku jatuhin, tapi udah aku beresin kok," Aila meminta maaf. "Kalau gitu aku pergi dulu," pamitnya. Aila berlari secepat mungkin menuju kamarnya, ia ingin memeriksa isi ponsel Lisa. Barangkali ada petunjuk di dalamnya.

***

"Udah ada yang berhasil nemuin Lisa?" tanya Dira.

"Belum," Jane dan Ify menjawab serempak.

"Sebenarnya Lisa ke mana sih? Bikin orang repot aja." Ify menggigit kuku jarinya.

"Owh, iya Aila mana? Perasaan gue udah ngirim pesan ke dia untuk ngumpul di titik lokasi ini," Dira baru sadar jika Aila tidak ada.

"Anak-anak, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya bu Niar, sembari berjalan ke arah mereka.

"Bu Niar," gumam Jane. "Begini bu kami lagi nyari..."

"Kami udah mau balik ke asrama kok bu," Dira langsung memotong ucapan Jane.

"Yang dibilang kak Dira benar bu. Sebentar lagi kami balik ke asrama," Ify menimpali.

"Baiklah kalau begitu." Bu Niar kemudian pergi meninggalkan ketiga gadis itu.

"Cukup kita berempat aja yang tahu kalau Lisa hilang jangan sampai ada orang lain yang juga tahu, termasuk bu Niar," Dira memperingati.

"Gimana kalau kita lanjut pencariannya besok pagi aja. Ini udah malam, bisa bahaya kalau anak ORKES ngelihat kita masih berkeliaran di area sekolah apalagi kita gak punya kepentingan khusus di sini," saran Ify. Jane sebenarnya ingin menolak, tapi apa dayanya? Hanya itu satu-satunya pilihan yang terbaik bagi mereka sekarang.

***

Sesampainya di kamar, Aila langsung mengisi daya ponsel milik Lisa. Setelah daya ponsel tersebut terisi beberapa persen, Aila buru-buru memeriksanya dan menemukan aplikasi yang berjalan di latar belakang.

"Ada Telepon dan Instagram, berarti sebelum menghilang Lisa sempat main Instagram," tebaknya. Ia kemudian mengecek siapa orang yang terakhir kali Lisa dihubungi, namun belum sempat ia memeriksanya, seseorang tiba-tiba membekap mulutnya dari arah belakang. Kain yang digunakan untuk membekap mulut Aila telah diberi obat bius alhasil gadis itu jadi tak sadarkan diri.

***

Di ruangannya, Niar tampak santai membaca buku. Sesekali ia menyeruput teh buatannya. Ketenangannya lantas terusik ketika tamu tak diundang muncul di hadapannya.

"Apa lagi yang kamu butuhkan?" tanya bu Niar tanpa berpaling dari bukunya. Rupanya, orang yang sedang dia ajak bicara adalah Tiffani.

"Apa persiapan pentas seni untuk besok pagi sudah selesai?" Tiffani langsung to the point saja.

"Semua persiapannya sudah selesai. Besok pagi acaranya pasti akan berjalan dengan lancar." Bu Niar tersenyum dengan elegan.

"Bagus! Kalau begitu rencana bisa dimulai tanpa ada hambatan." Tiffani tersenyum puas, namun lambat laun senyumnya itu berubah menjadi seringaian.

.
.
.
.

a/n :

✨️Satu chapter lagi sebelum epilog✨️

Kira-kira Lisa hilang ke mana ya? Dan kenapa sampai sekarang Ruth belum muncul juga🤔 lalu ada hubungan apa antara bu Niar dengan Tiffani? Wah semoga kalian gak pusing ya mikirin jawaban dari pertanyaan di atas🤗

Sampai bertemu di chapter selanjutnya👐

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now