TDO : 02

90 16 9
                                    

PART 2

"Dia kakakku, bukan suaminya."

Suara berat itu seketika membuat semua mata tertuju padanya. Terlebih Vina memusatkan perhatiannya, bertanya-tanya apakah laki-laki itu marah akan ucapannya. Ia rasa ucapannya tidak salah, atau mungkin hanya keliru.

"Akmal!" seru wanita itu menegur. "Maaf yah dok, ini adek saya. Suami saya lagi di luar daerah," lanjutnya sungkan ke arah Vina merasa tidak enak.

"Oh tidak bu, saya yang keliru," balas Vina tersenyum manis. Sebisa mungkin ia buat nyaman pasiennya, berusaha mencairkan suasana agar lebih santai.

Tiba-tiba kursi yang diduduki laki-laki dipanggil Akmal tadi berdiri. Ia mengulurkan tangannya ke depan mengarah ke Vina seraya menundukkan sedikit tubuhnya.

"Kita kenalan dok," ujarnya tanpa senyum. Matanya tertuju pada netra cokelat gelap Vina, menyiratkan makna terkesan misterius.

Beberapa saat Vina masih mencerna situasi yang terjadi. Jujur baru kali ini ada laki-laki menyinggungnya lalu terang-terangan mengajaknya berkenalan secara formal. Lea berdeham kecil menyadarkan Vina sesaat dari keterlamunannya.

"Saya pamit keluar dok," pamit Lea tanpa menunggu respon berjalan keluar ruangan.

"Arshavina Batari," balas Vina menerima uluran tangan itu. Suaranya terkesan dingin tanpa senyuman.

"Akmal Zen..." ujarnya menjeda lalu dilanjutnya, "...Abrisam."

Kata terakhir seolah menjadi klarifikasi Akmal atas ucapan Vina. Vina sendiri tentu tanggap akan sindiran halus itu. Ia lalu melemparkan senyum terpaksa menanggapi hal itu.

"Iya pak Abrisam, silahkan duduk." Vina menarik paksa tangannya masih mengait dengan Akmal. Senyum paksanya masih terpasang seraya menatap kesal.

Vina mengambil nafas menetralkan kekesalannya. Ia lalu beralih fokus kembali ke pasien sesungguhnya.

"Azena Xylia Abrisam, usia kandungan dua puluh minggu?" tanya Vina memastikan setelah membaca format data pasien.

"Iya dok," jawab Azena.

"Baik bu, silahkan saya cek terlebih dahulu."

Vina lalu mulai melakukan tugasnya sebagai dokter kandungan. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan kehamilan mulai dari tes darah, tes urin, hingga ultrasonografi atau biasa disingkat USG.

Sedari pemeriksaan berjalan, hanya Vina dan Azena yang terlibat di brankar pasien. Sedangkan Akmal duduk bermain ponsel di kursi depan meja Vina. Ia belum beranjak sedari terakhir ia perkenalan.

"Dia emang gitu dok. Anaknya emang rada out of the box," seru Azena duduk memperbaiki pakainnya setelah melakukan USG. Vina menoleh ke Azena tersenyum mendengar ucapannya tertuju pada adiknya.

"Dia itu sok dingin, jutek. Padahal kalo di rumah manjanya minta digetok," seru Azena tanpa beban membeberkan kelakuan adiknya.

Vina tertawa ringan mendengarnya. Setelah merapikan peralatannya kembali, ia mengajak Azena kembali duduk ke kursi tadi. Ia rasa tak perlu membalas ucapan Azena mengenai adiknya. Toh, ia juga tidak mengenal adiknya itu.

-----

Seorang gadis bersurai hitam panjang sedikit ikal. Dress hitam selutut membalut tubuh jenjangnya. Make up tipis namun terlihat elegan dan anggun secara bersamaan.

Semua persiapan arisan sudah lengkap. Akan tetapi, gadis itu tak lain adalah Vina belum benar-benar merasa siap. Tubuhnya masih terpaku berdiri di jendela kamarnya menatap jejeran mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.

The Dark OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang