Bab. 2 : 1. Chosen and Ill

Beginne am Anfang
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring, disusul dengan kalimat penutup tiap pulang sekolah.

"Teman-teman, harap luangkan waktunya sebentar untuk latihan. Naskahnya sudah dibagikan pagi tadi, ini hanya sebagai pemanasan saja."

Begitu Ketua Kelas selesai dengan perkataannya, sebuah suara yang terdengar datar memenuhi ruangan kelas.

"Aku pulang duluan."

Kie mengambil tas dan mendekati Ketua Kelas. Tatapan tajam Kie seolah-olah mengutarakan rasa tidak setuju.

"Aku akan menghapalnya terlebih dahulu, lebih baik latihannya dimulai besok. Ini terlalu mendadak. Jika tidak setuju, ganti saja pemeran utamanya."

Ketua Kelas hanya terdiam, ia tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Siswa Kelas Green dilema. Tidak yakin untuk beranjak pulang, tetapi merasa ragu dalam keheningan tersebut.

Namun, Kie melangkah keluar kelas dengan santai. Apa yang terjadi setelahnya bisa dipikirkan nanti.

Latihan hari itu ditunda karena pemeran utamanya pergi begitu saja. Fierra menepuk pelan pundak Ketua Kelas, ia melempar senyum tanda kasihan.

"Sampai jumpa besok, teman-teman," ucap Fierra ceria.

Anna mengembuskan napas lega, ia bergegas melangkah pulang. Obat rutinnya habis saat makan siang, ia lupa membawa cadangan.

Syukurlah Kie meminta penundaan latihan. Plan B, terdengar menyedihkan. Namun, aku juga harus ikut latihan, kan?

Sang Surya bersiap mengakhiri hari, menuju ke singgasananya dengan ditemani semburat warna jingga kemerahan.

***
30 August, Year 17

Pada hari latihan, Kie melakukannya dengan baik. Ketua Kelas cukup puas, ia bertepuk tangan.

"Sekarang, ayo latihan babak kedua."

Selain latihan, ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk pentas. Semua orang bekerja keras, bahkan kekurangan orang sehingga anggota divisi lain pun ikut membantu.

"Anna, tolong bawakan ini ke sana, ya!" ucap siswa lainnya sembari menyerahkan kotak berisi air.

Gadis bermanik hazel itu terkejut, ia berusaha menstabilkan tubuhnya saat menerima kotak dan segera membawa air ke tempat yang dituju.

Anna, Anna, Anna, Ann--

Ada begitu banyak yang memanggil Anna, meminta bantuan. Anna mencoba membantu dengan maksimal.

"Baiklah, kita istirahat sejenak!"

Kalimat yang meluncur itu dengan segera membuat setiap orang bernapas lega. Kie melangkah keluar, ia ingin menghirup udara segar, melepas penat sejenak.

"Anna, tolong ambilkan beberapa kertas dari tempat parkir. Tolong, ya," ucap seorang siswa berkacamata.

Anna mengangguk, ia segera mengambil barang yang dimaksud di tempat parkir bersama beberapa orang dari divisi tersebut.

Saat Anna membawa beberapa ikat gulungan kertas, ia limbung. Tubuh ramping itu hampir menabrak Kie dan menjatuhkan seluruh kertas yang dibawanya.

Tubuh kekar Kie refleks menghentikan gerakan Anna dan mengamankan kertas-kertas. Ia menahan Anna agar tidak terjatuh.

"Apa kau baik-baik saja? Kenapa membawa banyak barang seperti ini? Seharusnya, kau bawa secukupnya," omel Kie.

Mengedip beberapa kali, Anna segera tersadar. Ia sempat terkejut karena kejadian itu.

"Ah, maaf. Terima kasih sudah membantuku," ucap Anna buru-buru.

Kie mengambil gulungan-gulungan kertas dari Anna, lebih tepatnya memaksa Anna untuk membiarkannya membawa kertas-kertas tersebut.

"Mereka tidak membiarkanmu istirahat meskipun sudah waktunya untuk istirahat. Lagipula, kau harus latihan."

Perkataan Kie tepat menusuk hati Anna, kebenaran yang menyedihkan. Anna sadar bahwa ia tak mampu menolak permintaan tolong seseorang. Bahkan, tidak memedulikan kondisi tubuhnya. Senyuman miris terukir di wajah cantik itu.

"Terima kasih, Kie," lirih Anna.

Sesampainya di ruang kelas, orang-orang dari divisi perlengkapan dan peralatan segera mengambil alih gulungan kertas dari Kie. Pada saat itu, waktu seperti bergerak dalam mode lambat. Peluh dingin membasahi tubuh Anna, pandangan manik hazel itu menjadi buram. Kemudian, dalam hitungan detik maka sempurna sudah Anna kehilangan kesadaran.

Manik biru safir Kie membesar, tanda keterkejutannya. Ia berusaha menangkap Anna agar tidak terjatuh. Namun, kali ini, gravitasi terlebih dahulu menariknya. Karena hal itu, semua orang menjadi panik. Kie dengan sigap membawa Anna ke UKS, sembari harap-harap cemas.

***

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Jan 11, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Journal of MemoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt