17. Aku sayang kamu, tahu?

895 207 27
                                    

Malam itu, udara terasa panas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu, udara terasa panas. Tiffany lupa menyalakan AC. Dia membuka mata. Terasa ada beban berat yang melingkari tubuh. Lengan kekar yang jelas bukan miliknya.

Wanita itu terperanjat dan berteriak dengan keras. Jelas pemilik lengan itu ikut kaget. "Ada apa?" Dylano menyalakan lampu agar bisa melihat pemandangan sekitar.

"Kenapa kamu di sini?" Tiffany terlihat kaget sambil menunjuk suaminya.

"Ini kamar kita, kan?" Pria itu mengusap mata.

"Astaghfirullah, aku lupa kalau udah nikah." Dia pikir masih bangun dalam keadaan perawan.

Tentu saja suaminya heran. "Kamu ini bagaimana? Malam-malam bikin ribut, ternyata malah lupa."

"Maklum, dua puluh sembilan tahun hidup sendiri." Dia menekan tombol AC yang ada di atas nakas. Keringat bercucuran. "Ini mau musim panas, ya?"

"Sepertinya. Kamu tahan dengan cuaca begini? Kalau enggak, kamu bisa tinggal sementara di negara lain," saran Dylano.

"Anda sehat, Bang?" Tiffany memegang kening suaminya.

Padahal Dylano serius. Dibandingkan melihat istri dan anaknya tidak nyaman, lebih baik dia alihkan mereka sementara. Namun, Tiffany anggap itu sebagai candaan karena terlalu berlebihan.

"Gimana kerjaan kamu? Kapan kamu pulang?" Tangan Tiffany mengambil bantal putih dan empuk. Persis bantal hotel yang kalau kotor sedikit saja dendanya satu juta.

"Pukul sebelas tadi mungkin." Dylano berbaring dengan letih.

Kini Tiffany bergeser. Dia sering protes dengan pekerjaan Dylano yang menumpuk, tentu bukan tanpa alasan. Melihat suaminya itu kelelahan begini, dia tidak tega.

"Yang kuat, ya? Sehat selalu, Sayang." Usapan tangan Tiffany terasa lembut.

" Usapan tangan Tiffany terasa lembut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Jangan lupa BELI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Jangan lupa BELI. Gak akan nyesel ngoleksi novel karya Otor)

Dylano sudah terbiasa dengan rasa penat. Baginya tempat ternyaman adalah saat bisa tidur, di mana saja. Meski itu di atas kursi kerjanya. Namun, kini dia berjuang untuk pulang. Dia ingin merasakan belaian halus ini, kasih sayang dan perhatian dari wanita yang dia cintai.

"Kamu semakin cantik," puji Dylano.

"Terimakasih. Tidurlah. Biar aku jaga kamu." Tiffany ikut berbaring, memeluk dan menepuk lengan Dylano. Hingga perlahan pria itu bisa kembali terlelap.

Jari Tiffany menjelajah, ke kening pria itu. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang menarik rasa ingin mencium. "Suamiku ganteng banget," batinnya.

Setelah Dylano terlelap, Tiffany meraih ponsel. Malam ini mendadak dia tak mengantuk. Lama melihat-lihat layar, Tiffany mencoba mencari hal menarik. Hingga dia ingat membuka akun emailnya yang sudah tidak pernah dia buka.

Syukurlah, yahoo belum menghapus akun itu. Di penyimpanan awan, banyak foto yang Tiffany unggah, saat Dylano dan dia masih SMA dulu.

"Aku kangen dia yang ini." Tak lama Tiffany cekikikan. Entah kenapa setelah menikah, dia doyan pamer suami. Sebelum membuat postingan baru, dia melihat notifikasi. Dirinya ditandai di sebuah postingan.

 Dirinya ditandai di sebuah postingan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apasih Dylano, aku jadi malu. Kapan lagi dia ambil foto ini." Wajah Tiffany memerah.

Ini foto prewedding mereka. "Aku bales apa, ya?"

Lama berpikir, akhirnya Tiffany temukan jawaban. Dia nyengir kuda.

"Liat ini makin kangen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Liat ini makin kangen." Tiffany sampai mengigit bantal. Dia kembali berbaring di samping sang suami.

Mendadak ingatannya kembali menyusuri waktu bertahun-tahun lalu. Saat itu dia dan Dylano tengah main ke pantai. Tentu Lorna, Irma, Ben dan Teddy juga ikut. Tiffany mana bisa pergi tanpa kedua sahabatnya itu. Ayah pasti melarang.

Wanita itu duduk tak jauh dari bibir pantai. Ombak sama sekali tak mengenai kakinya. "Haus gak?" Dylano menanyainya tiba-tiba hingga Tiffany sendiri kaget.

"Mau beliin aku minum gak?" Tiffany tersenyum dengan manisnya.

Dylano mengangguk dengan malu. Tak lama dia berlari pergi. Hanya ditunggu, tak kembali lagi bahkan dalam waktu yang lama. Tentu Tiffany heran sendiri. Dia berdiri dan mencari kekasihnya itu.

Kebetulan di pantai sedang banyak orang. Tak juga Tiffany temukan. Ada kumpulan orang di sana. Tiffany takut pacarnya itu terjerat keributan.

"Ada apa, Pak?" tanya Tiffany oada salah seorang pengunjung.

"Ada orang gak mau antre terus main tonjok," jawab bapak itu.

Tiffany meringsak dekati sumber, bukan Dylano. Hatinya merasa lega. Apalagi orang yang sedang dikerumuni babak belur. Dia lekas meninggalkan kerumunan dan kembali mencari.

"Dylan! Kamu di mana? Jangan pergi!" panggil Tiffany. Dia takut ditinggalkan.

Berkeliling dan tak jua bertemu Dylano, Tiffany terdiam. Dia meneteskan air mata. "Dylan, aku kenapa ditinggal. Aku takut kalau gak ada kamu." Tiffany tutup kedua mata dengan telapak tangan.

Tiba-tiba seseorang memeluk dari belakang. Tiffany terperanjat dan terkaget. Dia berbalik dan mendorong orang itu.

"Ini aku," ucap Dylano menatap khawatir sang kekasih.

"Ini aku," ucap Dylano menatap khawatir sang kekasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Chairman HusbandWhere stories live. Discover now