[5/10]

3.2K 579 172
                                    

"Pilih yang mana yaa..."

[Name] mengetuk-ngetuk pensilnya ke dahi. Dia ngelakuin itu untuk mendapatkan pencerahan.

"Nee-chan, aku sudah boleh pergi?"

[Name] tersentak. Dia lupa adiknya masih duduk dikamarnya.

"Ah iya Shoto boleh pergi. Aku lupa masih ada Shoto."

Shoto hanya membalas dengan tatapan datar. Dia memilih untuk keluar dari kamar [Name].

"Shoto tunggu!"

Secara terpaksa Shoto harus berhenti. Ini si [Name] udah nyuruh pergi manggil lagi, greget pen tak ih gitu.

"Shoto hari ini luangkan?"

[Name] sudah menarik Shoto untuk kembali masuk ke kamarnya.

Shoto menaruh ibu jari dan jari telunjuknya di dagu. Memikirkan jadwalnya hari ini.

"Iya Nee-chan, hari ini aku luang."

[Name] berbinar-binar. Lantas memeluk adik kembarnya.

"Bagus. Shoto ikut denganku ya hari ini!"

Shoto berkedip bingung. Laki-laki bersurai nasionalis itu sedikit memiringkan kepalanya.

"Kemana, Nee-chan?"

Mendengar pertanyaan adiknya, [Name] langsung berdiri menunjuk langit-langit kamarnya dengan berteriak.

"Pusat perbelanjaan!"

                                          ~

"Nee-chan jangan berlari."

[Name] terus berlari tak memperdulikan perkataan Shoto.

[Name] sudah berlari, melompat, kayang, jingkrak-jingkrak dan sebagainya.

Orang lain mungkin melihatnya seperti anak yang tidak pernah datang ke pusat perbelanjaan.

Padahal alasan [Name] begitu karena disini dia bisa mencium banyak aroma uang.

Entah teori dari mana itu, yang pasti itu yang tengah [Name] rasakan.

"Shoto kita ke butik dulu ya. Ada yang harus kucari."

Shoto terkejut. Sejak kapan kakaknya ini suka ke butik? Apa jangan-jangan pacar ayamnya itu yang mempengaruhinya?

[Name] itu termasuk cewek yang males cari baju. Baginya semua baju itu sama, yang penting bisa dipakai. Kalau ada acara formal, dia pakai baju punya Fuyumi.

[Name] menarik Shoto ke salah satu butik, ia melihat-lihat kain dan mencocokkannya dengan warna frostbite di wajah Shoto.

"Apa yang Nee-chan lakukan?"

[Name] tidak memperdulikan pertanyaan Shoto, dia malah menempel-nempelkan kain ke wajah Shoto.

Shoto tetap diam, dia pasrah.

Setelah beberapa jam di pusat perbelanjaan, [Name] akhirnya selesai berbelanja.

Shoto merasa shock, kali ini kakaknya benar-benar banyak berbelanja. Tidak memperdulikan uang yang dipakai.

Biasanya yang dibeli cuma buat dijual lagi.

"Oh Shoto! Dia si peringkat pertama di festival olahraga kan?"

Shoto mengikuti arah yang ditunjuk [Name].

Terlihat seorang Bakugou Katsuki dan seorang gadis disampingnya.

"Iya, Nee-chan."

[Name] terus menatap Bakugou, bajunya lebih tepatnya.

"Bisa jadi inspirasi."

My Twins | Todoroki ShotoWhere stories live. Discover now