"Maksud Mark Hyung, Lucas Hyung?"

Mark terkekeh pelan, ia menatap sang omega lalu mencubit pipinya yang terlihat semakin berisi, "menurut mu siapa lagi?"

"Sejak pagi tadi, Lucas pergi mencari hewan buruan untuk dipersembahkan pada Haechan. Aku pikir seekor domba jantan berkualitas cukup untuk membuat para tetua terbakar rasa kesal, tapi ternyata dia kembali dengan seekor serigala alpha. Karena itu dia pantas mempertanyakan kepemimpinan ayah."

"Apa Hyung ikut pergi mencari Haechan dan Lucas Hyung?"

Kaki Mark mulai melangkah, menuntun Jaemin untuk berjalan di sisinya. "Aku dan Jeno akan pergi mencari Lucas, pemburu tidak bisa dibiarkan mating seenaknya."

"Tapi bukankah tindakan kalian menimbulkan perselisihan di dalam kawanan kita?"

Mark menghentikan langkahnya lalu menatap sang omega dengan sorot mata bertanya, "lalu kapan kesalahan ini bisa diperbaiki? Saat kawanan kita dipenuhi lubang kegagalan? Saat seluruh omega dilecehkan? Atau-"

"Cukup, cukup Hyung.. jangan mengatakan hal mengerikan lagi."

Alpha fenrir itu mengeratkan genggaman tangannya lalu menatap Jaemin penuh perasaan, "kau tenang saja, aku akan terus menjaga mu. Mengitari hidup mu dan mengawasi siapa saja yang ada bersama mu."

"Bukankah itu berlebihan?"

"Aku akan mengawasi mu dua kali lipat lebih ketat dibanding sebelumnya."

"Hyung!"

"Ingat kesepakatan kita, Nana. Aku membiarkan anak itu tumbuh dan menggerogoti tubuh mu, sementara kau menuruti semua perkataan, aturan dan perintah ku tanpa terkecuali." Balas Mark.

"Tapi dia juga anak mu, darah daging mu."

Mark mengangguk pelan, tangannya yang bebas mendarat sempurna di perut sang omega lalu tanpa sadar jemarinya bergerak mengusap permukaan perut Jaemin.
"Karena dia anak ku, darahnya adalah darah ku.. maka kita harus lebih waspada."

"Aku, aku tidak akan memberikan kekuatan ku padanya. Aku tidak akan seperti ibu ku yang menurunkan kekuatannya pada ku disaat aku memiliki kegelapan ku sendiri."

"Bagaimana jika dia sekuat diri mu?" Tanya Jaemin pelan, jemari lentiknya ikut bergerak di atas tangan sang alpha yang masih bertengger di perutnya.

"Tidak, dia tidak akan sekuat aku, Jaemin."

Mark terdiam sejenak sebelum matanya menatap Jaemin, "kemampuannya akan jauh melampaui kemampuan ku."

"Benarkah?"

"Ya, karena dia lahir dari rahim omega sempurna seperti mu."

Jaemin menaikkan kedua alisnya saat Mark mengatakan hal yang tidak pernah ia duga, omega manis itu menatap sang alpha dengan tatapan bingung ditemani wajah bersemu merah muda.
"Mark Hyung.."

Mark berdeham pelan lalu menarik tangannya dari perut Jaemin, alpha tampan itu membuang tatapan mata hitamnya ke sembarang arah lalu mulai melangkah meninggalkan sang omega.

"Ayo pulang."

Senyum lebar merekah di bibir merah Jaemin, ia berlari kecil mengikuti langkah sang alpha lalu dengan penuh semangat omega itu melingkarkan tangannya ke lengan Mark.
"Apa aku terlihat cantik hari ini?"

"Hmm.."

"Jawaban apa itu?"

Sudut bibir Mark terangkat naik, "ya ya, kau tidak pernah tidak cantik."

"Nyanyian ku terdengar semakin baik?"

Mark mengangguk pelan, membiarkan sang omega mulai berceloteh tentang apa saja yang terjadi padanya sepanjang hari. Fenrir muda itu tahu seluruh kegiatan Jaemin, apa yang terjadi, apa yang dilakukan bahkan apa yang omega itu makan seharian ini karena Mark tidak pernah berhenti mengawasi sang belahan jiwa, tapi mendengar langsung dari mulut Jaemin terasa jauh lebih menyenangkan, mendebarkan tanpa sadar.

ÎNTUNERICWhere stories live. Discover now