Chapter 9

38 10 0
                                    

Mamaku anak tunggal dan yatim piatu, bisa disebut sebatang kara jika tanpa Papa dan aku.

Papaku juga sama, yatim piatu namun dua bersaudara, kakak perempuannya tinggal dengan suaminya dan mereka dikaruniai empat orang anak. Sejak Papa masuk sel tahanan, kakaknya hanya menghubungi kami di awal saat aku dan Mama pindah ke kontrakan ini, setelah itu tidak lagi.

Aku tahu, mereka sibuk.

Atau mungkin, takut kalau kami akan merepotkan mereka? Padahal aku tidak pernah berpikir begitu.

Kupikir Mama juga, namun asumsiku terbantahkan siang ini, ketika ponsel Mama tertinggal di warung. Aku diajarkan untuk saling menghormati privasi sekalipun orang tuaku sendiri sejak kecil, tetapi hari itu, aku tidak bisa menahan rasa penasaranku ketika kontak Tante Dewi--Adiknya Papa-- muncul di notifikasi layar ponsel Mama. Apalagi kata pertamanya dimulai dengan kata 'maaf'.

Maaf Kak, tapi Sandra juga baru masuk kuliah tahun ini, Nana juga mau wisuda, kita belum bisa bantu pinjamkan uang. Yang kemarin saja memangnya tidak cukup? Sahara mungkin harus tunda kuliah dulu, jangan dipaksakan.

Rahangku seketika mengeras, lalu kurasakan mataku mulai memanas dan napasku menderu tak sabaran. Kuletakkan kembali ponsel Mama setelah sebelumnya menghapus pesan dari Tante Dewi.

Aku ingin kuliah kedokteran di Rajawali, tetapi Mama tidak perlu diperlakukan seolah pengemis untuk itu.

Aku ingin kuliah kuliah kedokteran di Rajawali, namun tidak menyusahkan Mama.

Gapyear.

Anehnya, saat ini kata itu terus terngiang-ngiang di otakku meskipun kemarin, aku terus menyanggah kalimat Raja. Seolah ia adalah solusi paling tepat untuk kondisiku saat ini.

Gapyear, ya?

Kalimat Raja tentang hidup itu bukanlah pertandingan juga berputar di kepalaku. Kenapa?

Pencarian tentang gap year membawaku larut berselancar di internet, hingga akhirnya aku menemukan tautan dari Twitter yang tersambung pada sebuah website. Time-Lag.

Time-Lag.

Berhenti sejenak bukan berarti kamu mengalah pada keadaan.

Join group?

Yes or No.

Website ini didesain seperti dinding Facebook, di mana semua anggotanya diizinkan untuk menuliskan tujuan dan alasan mereka melakukan gapyear. Pun mengizinkan anggotanya untuk membentuk grup belajar sendiri berdasarkan domisili. Pengikutnya bukan hanya dari satu kota, komunitas ini sepertinya menjangkau seluruh Indonesia dengan ribuan pengikut.

Kamu tidak sendiri, jutaan orang, bahkan milyaran orang di dunia juga berada di posisimu.

Aku ragu-ragu. Egoku masih ingin berjuang menghadapi ujian masuk, baik SBMPTN maupun ujian mandiri (siapa tahu tiba-tiba ada segepok uang muncul di depan rumah) tetapi hati kecilku berbisik pilu, aku harus tahu diri dengan kondiai keuangan Mama.

Mamaku mungkin akan mengusahakan uang untuk daftar SBMPTN, tapi siapa yang tau bagaimana cara mengusahakan-nya? Bisa jadi Mama meminjam uang--aku benar-benar marah jika Mama masih nekat melakukan itu, mau itu saudara atau bukan. Apalagi pinjaman bank.

Jutaan orang berada di posisi yang sama denganku, jutaan orang bisa bangkit karena bertemu dengan orang bernasib sama di situs ini. Apa sebaiknya aku daftar saja?

"Ah!" Aku baru saja menjerit dan menarik perhatian dua bocah sekolah dasar yang melewati warungku. Jempol sialan, aku baru saja menekan tombol join.

Time-LagDonde viven las historias. Descúbrelo ahora