MAAF?

18 11 3
                                    

Tandai typo!!!

"Aku bukan manusia sabar dan pemaaf seperti yang kamu bayangkan, aku hanya orang yang berusaha tahu diri dengan cara diam".

*Dyas Anastasya*

Praktek hari ini telah usai, nilai pun telah dibagikan dan aku cukup puas dengan nilai yang kelompok kami dapatkan.

Sebenarnya pada saat praktek tadi aku tidak sepenuhnya fokus tapi untung saja Dini dan Dirga banyak membantu, alhasil kami selesai tepat waktu.

"Makasih ya kerjasamanya."Ujar ku sambil memberikan sebuah permen kepada Dini.

"Eh, iya Yas, gw juga makasih banget udah lu ajarin tadi."Jawabnya dengan riang.

"Iya, kalo gitu gw duluan ya Din, yuk Ga." Aku berpamitan kepada Dini dan menarik tangan Dirga agar ikut bersama ku.

"Yas, kita gak ke kantin bareng Dini dan yang lain?." Tanya Dirga sambil mensejajarkan langkahnya dengan ku.

"Gak, gw bawa bekal, kalo lu mau makan di kantin ya sok mangga gw mau makan bekal sendiri aja." Jawab ku dengan pandangan lurus kedepan.

Saat dalam perjalanan menuju kelas ponsel di dalam saku seragam ku bergetar menandakan ada notifikasi masuk, segera ku ambil ponsel itu.

Setelah ku lihat ternyata notifikasi itu bukan notifikasi pesan dari orang yang aku tunggu selama ini, aku menghela nafas lalu memasukan kembali ponsel ku ke dalam saku.

"Chat dari siapa?." Tanya Dirga sambil menatap ku lekat, aku yang ditatap menggeleng dan menelan ludah dengan susah payah.

"Eh apasi liatinnya gitu amat, itu notif shopee." Jawab ku sambil mengalihkan pandangan.

"Gw kira dari Nando, untung deh kalo bukan dari dia." Gumam Dirga yang masih bisa aku dengar.

Namun, aku tidak mengindahkan gumaman Dirga. Aku anggap saja itu hanya angin lalu, tidak mau memperpanjang masalah karena aku tau apa yang Dirga akan lakukan jika itu pesan dari Nando.

Sesampainya kami di kelas aku dan Dirga duduk di meja milik ku, Dirga sudah fokus dengan ponselnya sedangkan aku mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas.

"Yas, gw jadi keinget kata abang gw deh." Ujar Dirga tiba-tiba.

"Apa? Eh setau gw lu gak punya abang deh Ga, kan lu anak tunggal." Jawab ku heran.

"Ih ada, itu abang Fiersa Besari." Ucap Dirga sambil menyengir kuda.

"Nyengir lu." Sinis ku, Dirga menunjukan tanda peace kepada ku.

" Kurang lebih katanya gini Yas "kalo kau butuh telinga tuk mendengar, bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung, jadikan aku berada digaris terdepan bertepuk dengan sebelah tangan." Dirga menyanyikan sepenggal lagu dari yang katanya abangnya itu.

Aku termenung mendengar nyanyian Dirga, bukan karena suaranya yang merdu tapi karena arti sepenggal lagu itu yang menyiratkan sebuah arti yang dalam.

Ku tatap sendu Dirga, ada sebuah rasa menyerang jantung ku seperti rasa bersalah kepada orang didepan ku ini.

"Maaf ya Ga." Lirih ku. Dirga mendengar itu menatap ku dan tersenyum.

Bukan CLBK Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα