"Semangat Ren. Cuman untuk malam ini, habis itu bisa bebas." Renjun berdialog dengan dirinya sendiri di cermin, kalau bukan diri sendiri siapa lagi yang bersedia memberi semangat padanya.
Mungkin jika Jaemin mengetahui ini ia akan marah pada Renjun karena pesannya dari dua jam yang lalu belum dibalas atau pun dibaca, padahal sudah banyak spam chat dari Jaemin namun Renjun tidak menyadari karena ponselnya sedang di charge sebab ia tidak bisa jika keluar dengan baterai ponsel kurang dari sembilan puluh persen.
Renjun mencabut ponselnya yang baterainya sudah terisi penuh, menghela untuk melepaskan beban di dadanya. Tanpa menyalakan ponselnya terlebih dahulu, Renjun bergegas turun karena waktu hampir menunjukkan pukul tujuh.
Begitu turun ia berpapasan dengan supir. "Den Renjun sudah ditunggu bapak dimobil, " katanya.
Spontan Renjun berlari kecil ke luar, mengikuti supir itu. Sebetulnya Renjun malas duduk bersebelahan dengan papa dimobil ini. Tapi apa boleh buat, tidak mungkin juga ia duduk didepan bersama supir. Bisa-bisa kena Renjun sama papanya.
"Nanti jangan bikin malu, jangan keluarkan kata-kata kotormu pada Tera atau Jaehyun. Cukup diam sampai pulang."
Sial, Renjun meremas kantung celananya guna meredam emosi. 'Tau gitu kemarin di rumah sakit lamaan dikit.'
Hening, selama perjalanan hanya itu kalimat yang diucap papa dan tidak mendapat balasan apapun dari Renjun. Pendingin mobil yang ditumpangi Renjun jadi terasa lebih dingin, seolah menyetimbangkan dinginnya hubungan kedua orang ini.
Begitu sampai Renjun tak langsung masuk mengikuti papa ke meja yang sudah dipesan, karena keluarga pengganggu itu belum datang ternyata.
Demi menghindari kecanggungan Renjun memilih berdiam diri dikamar mandi restoran mewah ini, hanya duduk dikloset sambil bermain games yang sudah lama ia tidak mainkan karena sibuk belajar. Setidaknya waktunya yang terbuang untuk makan malam tak guna ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal yang ia suka.
Disisi lain papa Renjun tersenyum lembut menyambut kedatangan Tera dan Jaehyun, senyum yang sudah lama sekali tak pernah Renjun lihat. Mempersilahkan ibu dan anak itu duduk bersampingan.
"Renjun ngga jadi ikut mas?" Tera bertanya.
Lagi-lagi papa tersenyum, "ikut, dia sedang ke toilet. Tapi sudah dari tadi kok belum kembali juga ya anak itu." Papa Renjun mengeluarkan ponsel, menghubungi Renjun yang masih asik sendiri ditoilet.
Renjun tau maksud papa menghubunginya, tapi ia masih betah disini. Bahkan kakinya sudah naik satu ke kloset, ia memilih menolak panggilan dari papanya itu. Persetanan dengan papanya yang menggeram kesal karena Renjun mengingkari janjinya untuk tak bikin ulah.
Jaehyun mengulurkan tangan ke depan papa Renjun agar berhenti menghubungi Renjun terus-menerus meski panggilannya ditolak lagi dan lagi. "Biar saya yang cek sekalian saya mau ke kamar mandi." Jaehyun tersenyum, melangkah ke toilet terdekat.
Sambil mencuci tangannya Jaehyun mendengar gerak gerik orang di dalam bilik toilet, hanya ada satu bilik terkunci. Namun tak ada suara sama sekali dari sana, Jaehyun mengetuk pelan untuk memastikan.
"Ada orang di dalam?"
Tak ada jawaban. Terpaksa Jaehyun berjongkok, mengintip dari bawah pintu yang tak sepenuhnya menutupi bilik itu. Ia mendapati Renjun sedang fokus pada ponselnya, ada earphone terpasang di telinganya, pantas saja ia panggil tak mendengar.
Jaehyun memasukkan tangannya dari ruang di bawah pintu yang terbuka, berusaha meraih satu kaki Renjun yang masih menapak di tanah.
Saat merasa kakinya dipegang Renjun spontan melompat naik ke atas kloset, untung saja tidak sampai pecah lantaran tumbuhnya tidak begitu berat. Tapi sayang ponselnya terjatuh sampai menyelusur ke bilik sebelah, itu sudah bisadipastikan akan rusak atau sedikitnya ya mengalami keretakan layar.
YOU ARE READING
Let Me In | Jaeren
FanfictionRenjun pikir papanya orang kejam tergila. Ternyata Jaehyun, pria yang menjadi kakak tiri sialan itu jauh lebih gila...dan tampan! Warning! this story contains adult elements, violence.
