Setelah dirawat satu hari dua malam pagi ini Renjun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Sebab kemarin ia tidak membawa apa pun selain ponselnya Renjun jadi bingung mau pulang dengan apa. Mari pikirkan itu nanti.
Dengan pencahayaan minim sebab gorden kamar rawatnya belum dibuka sejak semalam Renjun memakai kembali pakaiannya yang kemarin ia gunakan saat datang kemari karena tak ada yang datang membawakan pakaian ganti untuknya. Jaemin sebenarnya sudah menawarkan untuk membawa pakaiannya untuk dipinjam Renjun kemarin. Tapi ia menolak, ia merasa sudah banyak merepotkan sahabatnya itu. Lagi pula baju ini kemarin lusa baru ia pakai sebentar walau ada noda darah sedikit.
Renjun baru memakai celananya saja sejak keluar dari kamar mandi, ia duduk mengeringkan rambut terlebih dahulu agar bajunya tak basah nanti.
Renjun menatap lantai dengan tatapan kosong, handuk kecil yang tadi ia pinjam pada perawat sengaja ia jembreng dikepala.
Sedang asik termenung, Renjun menoleh ke arah pintu tatkala ada cahaya masuk dari sana. Padahal tadi ia sudah bilang perawat untuk jangan masuk dulu, Jaemin? Tidak mungkin dia datang karena sekarang masih jam sekolah. Papanya?
Renjun terburu-buru memencet saklar yang terletak tidak jauh darinya. Siapa pria didepannya ini? Dahi Renjun mengerut bingung.
"Cari siapa ya?" Renjun bersuara, apa mungkin pria ini salah kamar?
Sekedar informasi, Renjun sudah kelabakan memakai bajunya sejak pintu terbuka.
Pria itu mendudukkan diri disofa, tanpa seijin Renjun. "Ngga inget saya?–kayaknya kamu suka banget ruangan gelap, ya?"
Bukannya menjawab pria itu malah melontarkan pertanyaan yang membuat Renjun makin bingung, tapi ada benarnya juga. Kegelapan seperti sudah menjadi bagian dari diri Renjun, Renjun lebih suka gelapnya malam dari pada cerahnya siang. Didukung dinginnya udara malam selalu berhasil menghilangkan rasa sesak akan kesedihannya.
Kembali pada pria tidak jelas tadi. Pria tersebut sekarang sudah berdiri didepan Renjun, menekukan kaki untuk menyamakan tingginya dengan Renjun.
"Luka kamu gimana? Masih sakit?"
Gila! Posisi mereka yang berhadapan sejajar terlalu dekat, ditambah suara berat pria itu berhasil bikin bulu kuduk Renjun berdiri. "H-hah?"
Dengan setelan jas rapih, badan tinggi dan wangi, ditambah wajah tampannya sebagai nilai plus membuat Renjun terpukau. Ia iri! Kenapa juga badannya tak tinggi-tinggi bahkan ketika ia sudah rutin minum susu.
Tidak kelewatan Renjun juga salfok dengan jam tangan yang digunakan pria itu, semua yang ada pada pria itu terlihat glamour.
Renjun mengambil ponselnya di laci nakas, memilih segera pulang meninggalkan pria yang entah asalnya dari mana.
Akan tetapi baru akan membuka pintu tangan Renjun ditarik ke belakang, siapa lagi pelakunya kalau bukan pria tadi, hanya ada mereka diruangan ini.
"Kamu pulang sama saya."
"Situ siapa? Saya ngga merasa kita saling kenal?"
Pria itu mendengus, memasukkan tangan ke kantung celananya. "Kalau begitu perkenalkan, Jaehyun–anak dari calon istri papa kamu yang sekaligus calon papa saya. Mungkin."
Sialan, papanya tidak bilang ia juga akan punya saudara tiri. Renjun pikir Tera belum punya anak atau menikah karena Renjun mengakui kecantikannya.
Renjun mengepalkan tangan sampai memutih, ia sudah memikirkan tentang ini semalam. Ia berencana untuk hidup masing-masing dengan papanya, ia akan bilang pada papa untuk membeli rumah baru untuk ditinggali bersama selingkuhan–istri barunya setelah menikah nanti.
أنت تقرأ
Let Me In | Jaeren
أدب الهواةRenjun pikir papanya orang kejam tergila. Ternyata Jaehyun, pria yang menjadi kakak tiri sialan itu jauh lebih gila...dan tampan! Warning! this story contains adult elements, violence.
