[15]

6.7K 599 45
                                        


Renjun berpaling ke belakang, meyakinkan dirinya bahwa ini bukan halusinasi semata. Tatkala berbalik Renjun bingung mesti bereaksi apa, Jaemin benar-benar ada didepannya saat ini. Renjun menunduk, menggoyangkan kaki gugup.

"Ren, tatap mata gua." Jaemin mengangkat wajah Renjun.

Sial, Renjun jadi ingin tertawa. Bila Jaemin menyamakan lantunannya dengan nada pelawak yang terkenal itu mungkin ia akan kelepasan tertawa hingga terpingkal-pingkal.

"Lo–ada perlu apa?" Renjun tepuk jidat mengingat sekarang ini masih jam sekolah. "Jaemin, lo bolos?"

Dihadapan Renjun sahabatnya itu cengar-cengir, membentuk tangannya seperti huruf v.
"Iya nih, kangen sama si Renjun." Ucap Jaemin, membuka tangannya lebar-lebar.

Renjun mengusap mata sebelum air mata turun membasahi pipi, lantas berhambur ke pelukan Jaemin. "Sama."

Rindu yang terpendam akhirnya terbebas. Kata itu–Renjun akhirnya bisa mengucapkan kata rindu langsung pada Jaemin. Rasanya bagai memetik bunga mawar indah kesukaannya, sakit oleh durinya namun memuaskan perasaan yang tertahan.

"Gua ngga disuruh masuk nih?"

Renjun menampilkan senyum selebar pintu rumah ini yang terbuka lebar untuk Jaemin.

"Ayoo." Renjun menarik lengan Jaemin tergesa-gesa seakan Jaemin akan pergi lagi, mempersilahkan duduk Jaemin di bar stool ruang makan. Renjun tak sudi Jaemin duduk di tempat yang sering diduduki papanya, dan tempat di mana Jaehyun pernah mencium Renjun dalam pangkuannya. Tambah pula waktu itu keadaan lebih intens, setiap momen kala itu makin susah dilupakan Renjun.

Bagaimana bibir tebal Jaehyun menempel di antara belah bibirnya–Lembut tapi memaksa masuk semakin dalam, menciptakan euforia yang memupuk rasa benci sekaligus jijik Renjun pada dirinya sendiri. Momen dimana Renjun tersandung saat sedang memperhatikan indahnya para kupu-kupu yang bertamu di kebunnya.

"Jaehyun?" Jaemin memindai segala penjuru, memastikan pria yang menjadi kakak tiri baru Renjun tidak ada.

"Kerja, mungkin?"

Dari dapur Renjun membawa jus buah dalam kemasan kotak yang Jaehyun beli–Renjun yakin ini terhitung minta.

Hening mendadak, Renjun sangsi dengan keberadaan Jaemin. "Je, tumben mau kesini lagi?" Renjun berujar pelan, sepelan angin masuk dari pintu taman yang sengaja Renjun buka untuk memperlancar sirkulasi udara.

Jaemin menelungkupkan kepala, memandang penuh sanjung Renjun disampingnya.

"Maafin ya ren, gua...terlalu ngatur."

Renjun menggelengkan kepala, mengangkat wajah Jaemin menggunakan kedua tangan. "Gua yang harusnya minta maaf. Maafin ya je mungkin selama ini–ah, entahlah."

"Udah lah men lupain aja, nih dimakan martabaknya."

Jaemin memukul punggung Renjun, beralih membukakan sekotak martabak yang ia beli diperjalanan kemari. Menyuapkan sepotong ke mulut Renjun sebelum ikut makan.

"Jarang dateng sekalinya dateng cuman bawa martabak, yang modalan dikit dong." Sindir Renjun, terus makan tanpa rasa bersalah.

Ditarik kotak martabak yang ada didekat Renjun sama Jaemin.
"Yee! masih untung gua bawain."

"Ya udah iya maaf, je nginep disini yo?" Renjun diam-diam mengambil sepotong martabak.

"Bajunya? Kalo baju sih bisa minjem, dalemannya gimana?"

Renjun berpikir sejenak, mendiamkan martabak setengah terkunyah dimulutnya.

"Pake punya gua aja, muat kayaknya."

Let Me In | JaerenWhere stories live. Discover now