08

114 30 5
                                    

Charista Dayana

Hi, Sa

Are you home?

I kinda miss you (Deleted)

Asa mengerutkan dahinya. Melihat nama sang pengirim pesan.

"Chacha"

Asa segera membalikan Handphonenya. Tak ingin fokusnya terganggu. Ia mencoba sekuat tenaga. Gagal. Tidak bisa. Sulit banginya mengabaikan Chacha. Terlebih, ia sangat merindukan Chacha. Gadis itu tak perlah lepas dari pandangannya. Belum satu hari Asa tanpa melihat Chacha. Ia sudah merasa sangat tersiksa.

Angkasa Kalandra

Iya, Cha.

Charista Dayana

Oh, okey.

Aku ganggu ya Sa?

Angkasa Kalandra

Kenapa, Cha?

Charista Dayana

Aku dibalkon.

Angkasa Kalandra

Sorry, Cha

Charista Dayana

Oh, it's okey Sa.

Sorry aku ganggu.

Asa tak berminat memperpanjang obrolannya bersama Chacha. Tak ingin pertahanannya runtuh. Gadis itu harus menjauhinya. Ya, mereka harus saling menjauh. Begitu pikir Asa.

"Sorry, ya Cha." Asa lirih menatap layar telponnya. Bangkit dari tempat tidurnya kemudian memilih mematikan lampu kamarnya.

"Udah tidur ya?" Dari seberang diam-diam Chacha memperhatikan kondisi kamar Asa yang kini gelap. Sungguh, Chacha merindukan lelaki itu.

Dengan jaket Asa ditubuhnya. Malam ini Chacha, kembali ingin berteman dengan dinginnya malam. Memeluk lututnya. Menenggelamkan wajahnya diatas lututnya.

Asa sudah menjadi candu baginya. Bahkan sejak ia mulai merasakan jantungnya berdegup hanya karena melihat senyum Asa. Bahkan setelah Asa mengecup bibirnya 2 kali. Asa semakin menjadi candu baginya. Melihat Asa, melihat senyum Asa, mendengar suara Asa seperti sudah menjadi keharusan baginya.

***

"Astagfirullah" Rena setengah berteriak menatap Chacha yang tengah melamun.

"Lo mandi gak sih Cha? Acak-acakan banget deh" Tanya Rena merapihkan rambut Chacha.

"Gue kesiangan. Gue kira udah jam 10. taunya pas nyampe kampus baru jam 9" gerutu Chacha. Yang tak habis pikir pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa salah melihat jam. Sungguh. Salahkan saja Angkasa Kalandra. Lelaki yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Cha, lo kenapa anjir?" tanya Indra yang diikutin Gema dan Gavin dari belakang.

"Lo sakit?" Gavin ikutan bertanya.

"Emang gue kacau banget?" tanya Chacha. Mencoba menahan air matanya.

"Engga kok. cuma lo pucet aja. Kaya orang sakit" jawab Gavin mengelus puncak kepala Chacha. Chacha menarik nafasnya panjang.

"Gue tuh kesiangan. Salah liat jam. Gue kira jam 10. pas nyampe kampus ternyata masih jam 9. bego kan!" gerutu Chacha. "Mana gak sempet bedakan, gak bawa liptint juga. Kenapa sih Cha" Chacha mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Hey, hey. Santai, Cha. Lo kelas jam 10an kan? Masih ada waktu sejam lagi. Mau gue anter ke toko kosmetik depan?" tawar Gavin mendapat anggukan dari Chacha.

"Yaudah, yuk" ajak Chacha kemudian pergi bersama Gavin menggunakan motornya.

"Gue kasian sama Chacha. Belum juga seminggu si Asa jauhin dia. Udah kaya gitu aja anaknya" Indra memandangi punggung Chacha yang semakin menjauh.

"Maksud lo? Gem? Asa ngejauhin Chacha?" Rena menatap tajam Indra dan Gema bergantian.

"Lo aja Gem yang jelasin ke cewek lo" seru Indra kemduian memilih memfokuskan dirinya pada handphonenya.

Gema menarik nafasnya panjang. Menatap Rena dalam. Ia tau gadisnya itu akan amat marah mendengar ceritanya.

"Kamu janji ya, apapun yang kamu denger. Kamu gak boleh menyalahkan salah satu pihak. Janji?" Gema menyodorkan jari kelingkingny.

"Janji" jawab Rena. Perasaanya tak enak. Ia tau jika sesuatu yang besar sudah terjadi. Tidak. Ia tak mau memikirkan apapun. Ia hanya mau mendengar terlebih dahulu dari Gema kekasihnya.

"Asa sama Chacha hampir kelabasan kalo aja malem itu Gavin gak telpon Asa." lirih Gema di Akhir.

"HAH? MAKSUD KAMU ASA SAMA CHACHA HAVING SEX? BUKA BAJU? ANJING!"

"Anjing, Ren. Kaget" gerutu Indra mengelus dadanya.

"Sssttttt, hey hey. Tenang Ren"

"KAMU MINTA AKU TENANG? SI ASA HAMPIR RUSAK CHACHA GEM. KAMU MINTA AKU TENANG?"

"Kamu udah janji loh"

Rena menghembuskan nafasnya kasar. Mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Hari itu Gavin sama Asa bentarem. Chacha cukup shock liat lebam dimuka Asa. Malem itu Chacha sendirian di Balkon kamar Asa yang liat nyamperin Chacha dan kaya udah kamu denger. Asa hampir..." Gema menggantungkan ucapannya.

"Chacha sadar?" Gema menggelengkan kepalanya. "Kayanya sih engga."

"Cha, lo tuh polos atau bego sih. Sekarang lo malah berantakan banget gara-gara Asa jauhin lo" Rena menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tak tau lagi harus menanggapi situasi ini seperti apa.

"Kita gak bisa cuma salahin Asa atau Chacha. Mereka udah gede, Ren. Aku tau kamu sayang Chacha. Tapi sekarang kamu liat sendiri kalo Asa emang niat jauhin Chacha. Udah, jangan terlalu dipikirin." Gema menarik tangan Rena. Menggenggamnya erat. Menyalurkan kehangatan agar gadisnya itu lebih tenang. 

"Pantesan anaknya kaya gitu. jadi Asa beneran jauhin dia. kalo gini ceritanya aku malah gak tega sama Chacha, Gem" Rena menekukukan bibirnya.

"Gimana lagi, Ren. ini udah jadi keputusan final si Asa. dia kalo udah ngambil keputusan gak ada yang bisa cegah."

"Harus banget?" mata Rena berkaca-kaca. Gema menganggukan kepalanya yakin. "Demi Kebaikan mereka berdua, Ren"



Hello guys!

Balik lagi dengan chapter baru.

Semoga gak bosen bacanya ya.

Terimakasih sudah menyempatkan membaca, memberikan vote dan komentar.

Enjoy~~

Stay safe everyone~~

xoxo

CANDU [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang