3. Kun fayakun!

170 140 266
                                    

Apa kamu percaya tentang sebuah kebetulan yang bisa jadi nantinya akan memunculkan kebetulan-kebetulan lainnya? Atau, percaya akan segala takdir Tuhan dengan segala ketetapanNya untuk kita?

Kalau Candra sendiri sih, dia tidak bisa memilih salah satu. Karena baginya sebuah kebetulan juga sebuah takdir Tuhan, bukan? Inget! Kalau Allah berkata jadilah! Maka terjadilah.

Kun fayakun.

Begitu pun siang ini. Di pelataran menuju Gedung Rektorat, Candra di kagetkan dengan munculnya seorang gadis dengan totebag hitam yang tersampir di bahunya.

Benar, gadis itu adalah gadis kemarin sore yang memintanya memasangkan gas di rumahnya.

Dia Ayya.

Sebuah kebetulan yang sudah Tuhan tetapkan untuknya, kalau memang benar itu dia.

Candra masih tertegun, diam, tidak mengambil langkah lagi. Sampai sebuah teriakan yang cukup membuat telinganya berdengung.

"Buman!" Yang dipanggil kicep, berbalik. Ada Naga dan Genta disana. Mereka melambai mendekat.

"Ngapain di sini?"

"Ada Ayya!" Ucapnya bersorak riang, menahan diri untuk tidak melompat.

"Aya teh artinya ada, kan?" Ujar Naga, polos-polos minta di bacok pake obeng bengkok.

"Y nya double Ga. A Y Y A, Ayya!" Jelas Genta sambil mengejakan nama Ayya. Membuat Naga membulatkan bibir seakan berkata, "Oh, Ayya bukan Aya."

"Dia siapa?" Tanya Naga lagi.

"Cewek yang semalem gue ceritain di kostan."

"Yang minta pasangin gas elpiji?" Genta mengangguk.

"Mana cewenya Can?" Naga menelisik ke depan, banyak wanita yang keluar masuk dari gedung di hadapannya itu.

"Nggak mau gue liatin, nanti di embat sama lo, Na!" Katanya, lalu melenggang dengan tawa ringan.

"Yaelah, gue udah punya gebetan kali!" Candra kembali berhenti. Berbalik menatap Naga, begitupun Genta yang berada di sampingnya.

"Serius?!" Candra dan Genta tak percaya, ucapan mereka keluar hampir bersamaan.

Si Naga yang malah mesam-mesem kayak ceu Ita yang suka mangkal di perempatan jalan Veteran, bikin begidik ngeri. Naga kemudian merangkul kedua sahabatnya.

"Nanti kalo gue kasih tau, di embat lo pada lagi." Katanya mengikuti ucapan Candra tadi, mereka tertawa atas ucapan Naga. Mengambil langkah bersama, menuju kantin kampus.

Belum bisa di pastikan sebenarnya itu Ayya atau pun bukan. Hanya saja, intuisinya mengatakan kalau wanita itu adalah Ayya.

Jika memang benar adanya, mereka berada dalam satu atap yang sama. Candra akan meminta dipertemukan lagi untuk banyaknya kebetulan yang akan menghampiri.

Semoga beneran Ayya! Batinnya, berseru.

•○•

Siang ini tidak ada kelas untuk Candra. Pak Sugandi sedang ada acara di kamar mandi, bersama para antek-anteknya yang sudah siap meluncur bebas kedalam lautan. Pak Sugandi sedang terkena diare, beliau tidak bisa jauh-jauh dari kamar mandi.

Kesempatan emas ini Candra lakukan untuk mencari gadis tadi. Memastikan kalau intuisinya memang benar.

Semoga masih ada di kampus, batinnya.

Keluar dari gedung fakultasnya, Candra mengambil langkah ke sebelah kiri. Menyusuri jalan bermaterial paving block dengan rerumputan di kedua sisi, menuju gedung Rektorat.

Perjalanan Untuk Melupakan | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang