:: [05] - Gay

439 144 27
                                    

Aku terdiam, melongo. Namun persen cinta Abbaron berubah. Berubah menjadi -7%.

"Tidak apa-apa kok, aku akan tetap membuatmu jatuh cinta padaku! Karena aku merasa tertantang mengenal seorang gay!," ucapku, yang jantungku sedaritadi berdegup kencang.

Namun sebuah pikiranku lewat, "bagaimana jika aku menciumnya tiba-tiba? Apa dia akan tertarik? Lagian aplikasi sialan ini, yang lurus aja belum tentu tertarik padaku. Ditambah lagi seorang gay!," batinku, yang ingin menjerit frustasi.

Hazel Pov Off

••••••••••••

Abbaron duduk tegak dibawah kolong meja dengan kedua tangannya dilipat ke dada, sedangkan Hazel dia tertidur di bahu empuk.

Bahkan hari sudah malam, dan Abbaron masih berada diposisi yang sama. Seluruh tubuhnya terasa kaku, namun Aron berusaha menahannya.

"Kenapa aku melakukan hal bodoh seperti ini?," ucap Aron pada dirinya sendiri.

Seseorang membuka kain dibawah meja, "kalian masiha da disini?," tanya penjual tersebut.n

"Iya," jawab Abbaron.

"Wanita tadi sudah pergi dari siang, kalian sudah boleh pulang," ucap penjual tersebut, yang sedang membersihkan warungnya.

"Dia sering bersembunyi disini?," tanya Abbaron.

"Iya, karena kakak tirinya selalu memarahinya didepan umum. Bahkan memukulnya, semua orang di daerah ini juga mengetahuinya. Maka dari itu, kami selalu membantunya bersembunyi," jelas penjual tersebut.

"Memukulnya?"

"Iya, bahkan beberapa bulan lalu. Kepalanya terjadi pendarahan hebat, karena dia dipukul dengan sepatu hak tinggi," jelas penjual tersebut.

Jantung Abbarom serasa berhenti seketika, saat membayangkan kepala Hazel bocor.

"Jadi, jaga dia baik-baik ya. Gadis ini, orangnya baik kok," uvap penjual itu.

Abbaron menghela nafasnya kasar, dan mengangkat tubuh Hazel.

"Mau kemana?," tanya penjual tersebut.

"Pulang," kata Abbaron singkat.

"Bagaimana saya bisa percaya dengan kamu? Kalau kamu mencuri wanita ini, gimana?"

"Saya tinggal satu rumah dengan dia."

"Istrinya ya?"

"Iya," kata Abbaron, agar sang penjual tidak bertanya apa-apa lagi.

Abbaron langsung berjalan pergi, dan menuju ke rumah mereka.

Sesampai dirumah, mereka bertiga semua berada di ruang tamu. Abbaron langsung menatap sinis ke arah Gerald, "abang seperti apa, yang membiarkan adiknya terluka?".

"Lebih rendah, daripada sampah," ucap Abbaron menyindir langsung Gerald.

"Berhenti berdebat, lebih baik kalian melakukan persiapan untuk kompetisi besok," ucap Louis, membuat Gerald dan Abbaron berjalan pergi dengan arah berlawanan.

••••••••••••••

Ditunggu komenan kalian, yang banyak-banyak yaaa-!!!

See u in hari selasa❣

Must 100 Percent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang