two

553 99 16
                                        

Jam segini ada yang baca ga ya? ⊙.☉


Haruto melangkahkan kaki panjangnya itu perlahan. Ia menghampiri lelaki didepan sana yang juga tengah menatapnya.

Bugh!

Haruto menatap datar lelaki yang barusaja terjatuh akibat satu pukulan telak yang ia layangkan.
"Bangun lo"
Bukan hanya wajah, nada haruto pun kian ikut mendatar.

"LO APA APAAN?!"

BUGH!

Satu pukulan yang jauh lebih kuat kembali dilayangkan haruto.

Haruto masih bergeming, ia menatap nyalang lelaki yang kini mencoba bangkit dan mengusap bibirnya yang berdarah akibat pukulan haruto.

"APASIH ANJING?! LO KALAU ADA MASALAH SAMA GUE BILANG-"

BUGH! BUGH!

Tidak hanya satu pukulan, namun kini haruto melayangkan beberapa pukulan dan menghabisi lelaki tadi dengan brutal.

Lelaki tadi yang merasa tidak ada masalah dengan haruto hanya pasrah saat ia dibabi buta. Tubuhnya terkulai lemah, pukulan yang diberikan haruto, kuatnya bukan main.

Sampai haruto memberhentikan pukulannya, dan menginjakkan kakinya di atas dada lekaki tersebut. Ia menatap nya sebentar dan mendecih.
"Ini buat lo yang berani beraninya buat rose nangis"

Haruto meludah dan berjalan ke arah motornya dan meninggalkan lelaki tersebut.

Setelah sampai di depan rumahnya, haruto menghela nafas pelan. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam dan pintu rumahnya sudah pasti dikunci.

Haruto mencari kontak rose dan mencoba menghubunginya, namun itu hal yang sia sia karna rose sama sekali tidak menjawab telfonnya.

Cklek!

"Loh? Kok ngga kekunci?"

Haruto melangkahkan kakinya perlahan, ngga ada orang, tapi kok kebuka?
Haruto berjalan menuju mengendap endap, ia was was kali aja ada maling masuk rumahnya dia.

Karna selain ganteng, haruto itu juga kaya raya. Yeah young and rich man.

Karna merasa sepertinya aman, haruto kemudian berjalan santai kearah dapur guna menghidupkan lampu.
Ya karna selain young and rich, haruto itu juga coward.

Ctak!

Saat lampu menyala, saat itu juga mata haruto membelalak kaget.
Hatuto melihat sosok wanita yang berdiri mrnghadapnya dengan rambut panjang yang sengaja diurai menjutai didepan wajahnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah rose.

Haruto berdecak pelan saat rose tertawa melengking.
Padahal haruto udah jantungan. Semudah itu rose mempermainkan nyawanya.

Haruto berjalan mendekat ke arah rose, ia mengapit kepala rose di salah satu lengannya dan kemudian menyeretnya ke tangga menuju kamar.
"Ketek lo anjir to! Bau!"
Ucap rose. Ia melayangkan pukulan pukulan kecil di lengan pemuda itu namun tak sedikitpun mengindahkan nya.

"Diem"

"Lo tau? Dengan lo kaya tadi itu bisa buat nyawa gue hilang dalam sekejap"
Lanjut haruto. Ia mengunci pintu kamarnya kemudian berlalu meninggalkan rose untuk segera mandi.

Rose mendengus kasar, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur haruto.
Bergerak asal ke kiri dan kanan pertanda bahwa rose bosan.
Itu haruto dikamar mandi lagi mandi apa semedi?

Rose kemudian bangkit duduk, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan jatuh pada satu benda pipih yang terletak di nakas.
Rose meraihnya dan kembali merebahkan tubuhnya.

Lockscreen nya tidak dikunci tapi aplikasinya dikunci. Membuat rose lagi lagi mendengus.
"Harutoo gue mau tidur bukain pintunya!"
Rose bangkit berdiri dan berjalan kearah kamar mandi. Ia menggedor gedor pintu itu berkali kali. Masa bodo dengan orang yang ada dirumah, toh mereka udah biasa gini.

Kalau ngga gelud ya kelahi. Kalau ngga kelahi ya gelud. Dan intinya adalah tiada hari tanpa perang.

"TOO!"

TOK TOK TOK!

cklek!

"Berisik!"
Ucap haruto. Ia mendorong dahi rose yang berada tepat di depan pintu kamar mandi dan kemudian berjalan melaluinya.

Masih dengan lilitan handuk yang berada di pinggangnya, haruto berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaiannya.
Setelah meraih pakaiannya, haruto menatap rose yang masih setia berdiri di depan pintu kamar madinya.

Ia menaikkan sebelah alisnya.

Rose yang mengerti keadaan dengan cepat berlalu dan berhambur ke atas kasur. Ia menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut tebal haruto.

Haruto tersenyum tipis dan mulai memakai bajunya.

Setelah selesai, haruto kemudian berjalan ke arah kasur. Ia mendudukkan dirinya disamping rose dan menarik selimutnya.
Rose membuka matanya dan menatap haruto, "udah?"

"Hm" haruto berdehem pelan.

"Kalau gitu buka dong, gue mau balik ke kamar"
Rosr bangkit duduk dan menatap haruto memohon.

Haruto menggeleng pelan, ia mengulurkan tangannya yang disambut tatapan mengernyit dari rose.
"Tidur dikamar gue, obatin tangan gue"
Ucap haruto menjawab pertanyaan yang ada dikepala rose.

Rose mendelik tajam, "ngga mau to, lo kalau tidur badan lo niban gue semua"

"Kalau ngobatin tangan lo yaudah sini ngga masalah, tapi ntar gue balik ke kamar" lanjutnya.

Haruto berdecak malas, "katanya kakak gue, kok nemenin gue tidur doang ngga mau?"

Rose mengabaikan haruto, ia berjalan mengambil kotak p3k dan kembali duduk dihadapan haruto.
"Lo tau kita ngga sedarah" ucap rose, ia meraih tangan haruto dan mulai mengolesinya dengan salep.

Mendengar jawaban itu, haruto kembali mengangkat sebelah alisnya. Haruto ingat, itu jawaban persis apa yang ia katakan kemarin pada rose.

Tanpa ada yang menyangka haruto malah tertawa, ia menggunakan tangannya yang sebelah lagi untuk mengangkat wajah rose yang sedang menunduk untuk mengobati tangan nya.
"Emangnya lo pikir gue mau ngapain? Hm?" Tanya haruto. Ia menatap rose dan tersenyum miring.

Rose memutar kedua bola matanya, ia menepis kasar tangan haruto dan mengambilnya untuk diobati.
"Kenapa bisa gini? Berantem ya lo? Gue aduin mama mampus!"
Ucap rose. Ia menghiraukan pertanyaan haruto.

"Tapi kok tangan doang? Muka lo nggak" lanjut rose.

"Gue tuh mukul, bukan dipukul. Ngga ada sejarah nya"

"Iyain" jawab rose singkat.

Rose kemudian membereskan kotak p3k tersebut dan menaruhnya kembali ketempat nya.
"Gue mau balik to, ngantuk" ucapnya setelah kembali ke hadapan haruto.

"Bobo sini, samping gue"
Ucap haruto. Ia menepuk space di sebelahnya dan mulai membaringkan tubuhnya.

"Serius ih, gue besok ada tugas"

"Ck!"
Haruto berdecak kesal, ia menarik tangan rose hingga terjatuh dikasur. Dengan cepat, haruto menahan pinggang rose yang hendak kembali bangkit dan memakaikan selimut ke tubuh mereka berdua hingga menutupi seluruh tubuh keduanya.

"Jangan gini dong to" ucap rose pelan, ia menahan dada haruto yang semakin mempertipis jarak mereka berdua.

"Gini gimana?"
Tanya haruto, ia menatap wajah rose dalam gelap.

Rose tak mejawab. Ia menundukkan kepalanya.
Haruto tersenyum, ia mengeratkan pelukannya di pinggang rose dan sebelah tangannya ia gunakan untuk mengangkat wajah rose yang kembali menunduk.

"To.."

Cup!

"Kalau gini gimana?"







































#TBC>>

Maaf lama wkwk

^Dejavu^Where stories live. Discover now