"Kau tau, aku benci bibir sialanmu yang senang membuatku terpengaruh dengan perkataan yang keluar dari sana."

Clarisa tak dapat berkata-kata, bibirnya tak dapat dibuka karena jahitan yang pria itu buat.

"Gara-gara kau, aku selalu menyakiti hati dan fisik Lesya selama menikah denganku. Dan karna kehamilanmu juga aku jadi terbuang dari keluarga mereka kemudian bercerai dengan Lesya."

Tangannya menusuk-nusuk paha Clarisa dengan jarum.

Alfaro berbuat tanpa memikirkan dampak apa saja yang akan datang kedepannya, yang dia pikirkan sekarang hanyalah kepuasan dalam melepaskan semua emosi.

Clarisa menangis histeris tanpa suara. Dia merasakan sakit dibibir juga pahanya.

Saat tangan itu menyayat kulit wajahnya dengan wajah tak berdosa, rasa sesal menjalar dihatinya.

Dia menyesal karena mendekati pria dihadapannya, dia menyesal merebut Alfaro dari Lesya dan dia menyesal karena mengompori Alfaro agar menyakiti fisik serta batin Lesya.

Sekarang dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Penyesalan memang selalu berada di akhir karena kalau diawal namnya pendaftaran.

"Pantas saja saat aku menidurimu kau sudah tak perawan, ternyata aku memilih jalang."

Kata-kata itu keluar dari mulut Alfaro dengan tangan yang masih terus menyayati wajah Clarisa.

Pria itu beranjak dari duduknya, dia berjalan ke arah meja yang berada didekat sofa ujung kamarnya.

Alfaro mengambil sebotol Vodka lalu meminumnya langsung dari sana.

Melihat sisa minuman itu, dengan tegannya dia mengguyurkan air tersebut ke kepala Clarisa.

Rasa perih seketika menjalar di seluruh wajah wanita itu. Tangisannya semakin deras, dia hanya mampu berteriak dalam hati.

Mati. Kata itulah yang ada di kepala Clarisa, dia tidak mampu menahan rasa sakit ini semakin lama, dia ingin ajal segera menjemputnya.

"Hahaha bagaimana rasanya?"

"Ugh pasti sangat perih ya?"

"Aku membencimu, kau tau?"

"Gara-gara dirimu aku harus kehilangan harta yang begitu banyak."

"Gara-gara dirimu aku dibuang dari keluarga itu."

"Hahaha hiks."

"Karna dirimu juga aku ditinggalkan oleh wanita yang entah sejak kapan aku mulai mencintainya."

"Kau, kau juga yang telah membunuh anakku."

"Nyawa harus dibayar nyawa hahaha."

Clarisa memejamkan matanya menahan rasa sakit dan takut yang begitu besar.

Alfaro menancapkan sebuah pulpen ke mata kiri Clarisa.

Seketika darah mengalir banyak dari sana. Tak hanya itu dia bahkan mencabut dan menusuknya berulang kali dan tidak menghiraukan rasa sakit yang dirasakan Clarisa.

Kesadaran wanita itu mulai berkurang. Rasa sakit yang teramat di mata kirinya itu berkali-kali lipat dari luka lainnya.

Clarisa sudah pasrah, dalam hatinya dia memohon ampunan pada Tuhan dan meminta agar malaikat segera menarik nyawanya.

Karena sudah lelah dan kesal, dalam pengaruh alkohol Alfaro memukul kepala kekasihnya itu dengan botol Vodka.

Botol tersebut pecah jatuh ke lantai dan beberapa masih menancap di kepala Clarisa.

Tubuh wanita itu seketika luruh, dengan rasa sakit yang semakin tak terkira dia merasa nyawanya ditarik paksa dari atas.

Nafasnya tersengal-sengal, jantungnya semakin berdetak tak karuan seperti akan meledak.

Setelah merasakan sakit yang tidak dapat dijelaskan akhirnya nyawa Clarisa melayang ditangan kekasihnya.

Dengan kesadaran yang kian menipis, pria itu berjalan tertatih-tatih ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya dan tertidur seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.

-
-
-
-
-

Bersambung...

Heloo gaeess
Makasih ya buat kalian yang udah baca, vote and komen.

Jujur aku ga nyangka ini cerita bisa sampe part 33, padahal sebelumnya aku udah berkali-kali pngn hapus tapi beruntungnya ada temen yang bilang "jngn dihapus" akhirnya ga aku apus deh.

Btw

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA KALIAN SEMUA >.<

Mohon maaf kalo misalkan aku ada salah sama kalian entah disengaja ataupun tidak disengaja dan buat jodohku dimasa depan 'i love you banyak-banyak'

Beda Raga [End]Where stories live. Discover now