16

1K 208 7
                                    

Bumi lagi rebahan di kasurnya berbantalkan paha Langit, dirinya sedang istirahat dari kepusingannya terhadap rentetan lingkaran merah yang ada di lembar kertas skripsinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bumi lagi rebahan di kasurnya berbantalkan paha Langit, dirinya sedang istirahat dari kepusingannya terhadap rentetan lingkaran merah yang ada di lembar kertas skripsinya. Langit yang mengerti jika sang kekasih sedang lelah hanya bisa mengelus sayang surai yang lebih tua, sambil membiarkan yang lebih tua memejamkan matanya, menikmati setiap afeksi yang diberikan.

Bumi merubah posisi tidurnya, mendusalkan dirinya pada perut Langit dan menghirup dalam-dalam wangi citrus segar yang menguar dari tubuh yang lebih muda, Langit setelah mandi adalah obat penenang terbaik untuk Bumi.

"Kak Bumi capek banget ya?" tanya Langit sambil masih terus melakukan kegiatannya, mengelus perlahan dan sayang surai Bumi. Bumi melonggarkan pelukannya pada pinggang Langit, mendongak menatap yang lebih muda.

"Capeknya tu bukan capek fisik, lebih kearah capek psikis. Udah bab 4 dan masih direvisi aja, padahal bab 4 itu penjelasan dari bab 3 aja. Malah bab 5 Bumi yang udah di acc, padahal kesimpulan." jawab Bumi dengan nada sedikit kesal disana, kembali memeluk erat pinggang Langit dan mendusalkan wajahnya pada perut Langit. Langit tersenyum getir, kekasihnya ini sepertinya benar-benar lelah.

"Kak Bumi, kita jajan yok jalan-jalan keluar! Ngemil apa aja deh biar suntuknya kakak hilang!" ajak Langit sambil menusuk-nusuk pelan pipi Bumi. Bumi bangun dari tidurannya, mendudukkan dirinya didepan Langit dan menatap yang lebih muda intens.

"Ngemil jajanan diluar itu ngga enak Langit sayang." ucap Bumi pelan sambil menatap Langit cukup teduh. Langit menaikkan satu alisnya, menatap heran kearah sang kekasih.

"Terus ngemil apa yang enak??" tanya Langit heran dengan tatapan bertanya yang cukup menggemaskan dipemandangan Bumi, mata Langit membulat bak permen coklat.

"Ngemiliki kamu." ucap Bumi singkat yang berhasil membuat sebuah tawa pelan Langit mengalun dengan rona merah samar yang nampak di pipinya.

"KAK BUMI GOMBAL!!" ucap Langit gemas sambil mengusal pipi yang lebih tua, sedangkan sang pelaku hanya terus tertawa karena perlakuan sang kekasih.

Selesai.

Selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gulali. | Markno✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang