Keluarga Baru

233 110 530
                                    

Taman bermain selalu ramai akan canda tawa anak-anak. Semua anak merasa bahagia dapat bermain bersamin, Cika melihat seorang gadis bermain ayunan sendirian tanpa seorang teman, tatapanya lurus memandang anak-anak seusianya bermain, Cika mendekati anak tersebut.

"Hai ... kenalkan nama aku Cika Maharani, kamu bisa panggil aku, Cika." Cika menyodorkan tanganya dengan seulas senyum tulus menghiasi wajah cantiknya, anak itu tetap diam menatap Cika dengan binggung.

"Tiyas." Panggil seorang Ibu muda kepada anaknya. Gadis kecil itu menoleh kesumber suara.

"Sayang, kita pulang yuk." Ajak Ibu muda itu.

"Ayah udah pulang ke rumah apa belum, Bun? Tiyas kangen Ayah." Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Sayang, Ayah sedang sakit. Jadi Ayah harus tinggal sementara dirumah sakit." Ibu muda itu membelai rambut sang putri.

"Ini semua salah Tiyas, Bun," buliran bening turun dari kelopak mata Ibu dan anak. Cika hanya memperhatikan Ibu dan anak itu. Cika pernah merasakan kehilangan atas kepergian kedua orang tuanya.

"Ayah kamu pasti sembuh, kamu beruntung masih punya Ibu sedangkan aku, aku tidak memiliki siapapun selain Ibu Panti," ucap Cika getir menggingat takdir yang harus ia terima.

"Teman kamu, Sayang?" tanya Ibu muda itu pada anaknya.

"Tidak tau, aku tidak mengenalnya." Jelas sang putri

"Halo ... gadis manis, siapa nama kamu?" tanya Ibu muda itu.

"Nama aku Cika Maharani, Tante." Ucapnya.

"Terima kasih sudah mau berteman sama anak Tante, maaf kalo kata-katanya menyakitkan kamu, Nak." Ibu muda itu berjongkok mensejajarkan tinggi Cika. "Ayah pasti sembuh, coba kamu lihat Cika. Dia udah enggak punya orang tua, dia tetap semangat menjalankan hidupannya, Sayang."
Cika hanya tersenyum mendengar kata-kata Ibu itu. Jauh dilubuk hati, ia amat merindukan kasih sayang keluarga.

"Kamu bisa panggil Tante Rini. oh iya, kamu tinggal di Panti Asuhan?" tanya Rini memastikan.

"Iya, Tante Rini," jawab Cika dengan seulas senyum dibibir munggilnya.

"Panti Asuhan Kasih Ibu, 'kan namanya, Sayang?" tanya Rini memastikan.

"Iya, Tante." ucapnya. "Yaudah, Cika main lagi ya, Tante." Pamit Cika pada Ibu anak tersebut.

***

"Assalamualaiku," seorang Ibu muda dengan anak gadis kecil dibelakangnya membawa makanan ringan.

"Waalikumsalam," seorang wanita paruh baya tersenyum ramah.

"Silakan duduk Bu, jangan sungkan." Ajak wanita paruh baya mempersilakan sang tamu untuk duduk.

"Iya, terima kasih Bu. kedatangan saya kesini hanya ingin melihat anak-anak disini," jelas Ibu muda itu."Nama saya Rini, kebetulan ada anak sini yang berteman dengan anak saya namanya Cika Maharani." Jelas Rini.

"Oh, Cika."

"Iya Bu, dan maksud kedatangan saya kesini juga ingin mengadopsi Cika sebagai anak angkat saya, Bu." Pintanya.

"Tetapi, bukankah anda sudah memiliki anak?" tanyanya, melihat gadis kecil disebelahnya.

"Iya Bu. Saya sangat berterima kasih pada Cika, karena sudah memberi semangat baru dalam hidup anak saya. Tiyas putri kesayangan saya, Bu." Rini mengelus rambut sang putri.

"Ibu Panti, Cika dimana? Tiyas mau main sama, Cika." Tanyanya pada Ibu Panti.

"Ada di belakang masuk aja, Nak. Anak-anak di sini baik-baik semua, tidak usah takut." Jelas Ibu Panti memberi tau arah jalan menuju belakang.

Setelah kepergian Tiyas, Rini menjelaskan alasan ia ingin mengadopsi anak dari Panti, sedangkan ia sudah memiliki anak. Memang setelah sang suami sakit-sakitan dan baru dua bulan lalu sang suami meninggal, Rini merasa kasihan pada anaknya jika dirumah sendirian. Rini kerap melihat Cika dan Tiyas bermain, ia melihat harapan baru pada diri Cika yang mampu membuat Tiyas tersenyum kembali. Pada akhirnya Tiyas meminta pada Rini untuk menjadikan Cika sodaranya.

"Jadi seperti itu Bu, kenapa saya ingin mengadopsi Cika sebagai anak saya ,dia seperti obat untuk keluarga saya, terutama Tiyas." Jelas panjang lebar Rini pada Ibu Panti.

"Saya bisa memahami posisi Ibu disini, apalagi putri anda pasti terpukul dengan kepergian Ayahnya, saya izinkan Ibu Rini merawat Cika. Karena saya yakin dia juga masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu."

"Terima kasih atas pengertiannya," seulas senyum tulus tersungih dikedua bibir wanita itu.

***

Tiyas berjalan menyusuri lorong yang ditunjukan Ibu Panti tadi. Banyak anak seusia Tiyas bahkan ada yang masih balita.

"Hai gadis cantik, kalo mau lewat bayar dulu!" ucap anak cowok dengan sombongnya.

"Aduh anak tengil! Aku ke sini mau cari sodaraku!" Tiyas yang tidak sabar langsung menendang kaki anak itu.

"Mingir! Aku enggak ada waktu buat urusin kamu." Tiyas menagkis tangan yang menghadangnya.

"Woi! Bayar dulu, pelit banget!" pekiknya.

"Ih enggak jelas banget, deh." Gumam Tiyas beranjak cepat meninggalkan bocah tengil itu.

"Woi awas, ya! Kalau aku udah gedek, jadi cowok ganteng tajir. Bakalan aku tolak kamu!"  anak cowok itu mengumpat setelah kepergian Tiyas.
Tiyas tidak peduli dengan  pekikan bocah tengil itu, bisa-bisanya ia menyumpahi dirinya. Ia masih berjalan mencari sosok Cika.

"Cika!" refleks Cika menoleh ke sumber suara.

"Tiyas, kok kamu kesini?" tanya Cika bingung.

"Mulai hari ini kamu jadi sodara aku beneran." Ucap Tiyas girang.

"Maksudnya apa sih?" tanya Cika masih bingung dengan ucapan Tiyas.

"Tante, mau angkat Cika jadi anak Tante, Sayang." Ucap seseorang mendekati mereka berdua.

"Tante Rini?"

"Iya Cika, aku dan Bunda pengen kamu tinggal sama kami, kita bisa main, bertukar pikiran, tidur bareng, masak-masak bareng dan lain-lain gimana? Mau ya, Cika?" Tiyas merangkul baru Cika.

"Tapi, Ibu Panti gimana?" ucapnya. Cika menatap Ibu Panti yang berdiri dibelakang Rini.

"Sayang, gakppa kamu masih bisa berkunjung disini. Panti ini masih terbuka untuk kamu, Nak." Jelas Ibu Panti pada Cika.

Cika berpamitan dengan teman-temanya, semua anak Panti menangis merasa kehilangan Cika. Saat Cika akan memasuki mobil, seorang anak laki-laki mencegahnya untuk pergi.

"Cika, mau kemana? Cika, enggak boleh ninggalin Riyan sendirian!" mohon anak laki-laki dengan tangisnya.

"Riyan, Cika akan memiliki keluarga baru, biarkan Cika pergi. Riyan mau, 'kan lihat Cika bahagia?" Ibu Panti mencoba menenagkan Riyan.

Cika hanya tersenyum melihat Riyan yang masih terus menagis didalam gendongan Ibu Panti. Ia akhirnya akan memiliki keluarga baru seperti teman-temanya yang lain.

Selamat tinggal semua. Ucap Cika dalam hati.

Semarang, 02 Oktober 2022

*****

Hay semua yg udah baca ciraka Sampek episode ini, salam kenal aku masih belajar nulis jadi mohon kritik dan dukungan bagi para pembaca yg masih setia menunggu ciraka update.

Salam hangat,

Lestari

CIRAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang