2-18 | Impostor

274 98 119
                                    

"I wish you are here. We can kick his ass together!"

 We can kick his ass together!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terserah." Chloe mengakhiri perdebatannya dengan Dylan. Keduanya tidak saling melontarkan argumen selama beberapa detik. "Jernihkan pikiranmu terlebih dahulu dan kembali padaku setelah kau mendapatkan cara menemukan Quentin tanpa bantuan Davis." Gadis berambut merah itu berbalik badan dan berjalan menjauh dari Dylan, menembus kerumunan manusia di lobi lantai satu.

Di satu titik, ia berhenti berjalan. Chloe menunduk dan mendesah pelan, kemudian mengusap wajah dan menyibakkan helaian rambut merah panjangnya. Gadis itu berbalik badan, mencari presensi Dylan yang rupanya sudah menghilang entah ke mana. 

"Apa sih yang ia pikirkan?" sungutnya, "ia bahkan tidak pergi menyusulku."

Tentu Chloe merasa jengkel setengah mati, tetapi ia merasa emosinya sungguh tidak rasional. Dirinya sendiri yang menyuruh Dylan pergi dan menjernihkan pikiran. Lalu, apa yang ia harapkan sekarang?

Tidak mau terlalu ambil pusing, gadis itu memutuskan untuk kembali ke kamar. Chloe melangkahkan kedua tungkainya menuju lift, kemudian berhenti dan menekan tombol panah yang mengarah ke atas. Ia bersedekap sambil mengetuk-ngetuk kaki kanannya ke lantai. Angka tiga tertera di atas pintu, menandakan lift masih berada dua lantai di atas. Tidak ada cara lain selain sabar menunggu.

Karena bosan, Chloe meneliti pintu lift berlapis cermin di hadapannya. Tanpa sengaja, Chloe menangkap figur seorang pria yang berdiri menghadapnya di antara manusia yang berlalu-lalang, jauh di belakangnya. Ia tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana rupanya dikarenakan bayangan yang terpantul di permukaan pintu mengalami distorsi. Namun, Chloe mengingat sosok itu. Janitor cap dan seragam biru-hitam yang dikenakannya masih sama.

Bulu halus di tengkuknya mendadak berdiri ketika melihat sosok itu berjalan menghampiri. Bunyi 'ting' mengalihkan atensinya, kemudian pintu otomatis terbuka. Gadis itu bergegas masuk ke dalam lift yang kebetulan sedang kosong, kemudian menekan tombol nomor empat. Di kejauhan, petugas kebersihan tersebut masih berjalan menuju ke arahnya, tetapi sama sekali tidak mempercepat langkah hingga pintu otomatis tertutup kembali. Akhirnya, lift membawa Chloe naik ke lantai empat, ia mengembuskan napas lega, rupanya pria misterius tadi tidak bermaksud mendatanginya.

"Mungkin aku terlalu paranoid," gumamnya sambil menyibakkan helaian rambut panjangnya.

Bunyi 'ting' kembali terdengar. Pintu otomatis terbuka, Chloe sampai di lantai empat dan berjalan menelusuri lorong yang cukup panjang. Berdebat dengan Dylan membuatnya haus. Gadis itu berhenti di depan dispenser air minum yang diletakkan di salah satu sisi dinding.

Siapa pun yang memiliki ide meletakkan persediaan air minum di setiap lantai, dirinya pantas mendapatkan penghargaan. Bahkan jika bisa, Chloe ingin mengucapkan terima kasih secara langsung. Berkatnya, gadis itu tidak perlu turun ke kafetaria hanya untuk mengambil minum.

Avenir: RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang